UMUM Ladder Diagram Perancangan Prototype Lift 4 Lantai Yang Dikontrol PLC

18 BAB III DASAR PEMROGRAMAN PLC DENGAN MENGGUNAKAN GX DEVELOPER

3.1. UMUM

Pemrograman adalah penulisan serangkaian perintah yang memberikan instruksi pada PLC untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan. Pada dasarnya program untuk sistem yang berbasis mikroprosesor harus dimuatkan dalam bentuk kode mesin. Kode ini merupakan serangkaian bilangan biner yang merepresentasikan instruksi-intruksi program. Program yang dapat digunakan dapat berupa bahasa tingkat rendah yaitu bahasa assembler maupun bahasa tingkat tinggi seperti bahasa C, BASIC, PASCAL, FORTRAN. Akan tetapi pemrograman ini membutuhkan keahlian pemrograman hingga taraf tertentu, sementara PLC ditujukan dapat digunakan oleh para teknisi yang tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai pemrograman. Sebagai konsekuensinya, dikembangkanlah metode pemrograman tangga ladder programming. Metode ini menyediakan suatu cara untuk menuliskan program- program yang kemudian dapat dikonversikan menjadi kode mesin oleh suatu software sehingga dapat digunakan oleh mikroprosesor PLC. Sistem pemrograman sebuah PLC terdiri dari beberapa format: 1. Ladder Diagram 2. Function Chart 3. Statement List

a. Ladder Diagram

Penulisan dengan cara ladder diagram ini paling banyak digunakan pada sistem kontrol menggunakan relay-relay atau pada sistem kontrol yang menggunakan PLC, sehingga pada PLC penulisan ladder diagram ini merupakan pengembangan dari penulisan dan penggambaran rangkaian dalam sistem relay elektronik. Penulisan dengan ladder diagram bertujuan untuk menampilkan urutan- urutan kerja dari sinyal-sinyal listrik. Melalui diagram ini dapat diperlihatkan hubungan antar peralatan aktif atau tidak aktif hidup atau mati sesuai dengan urutan yang ditentukan. Diagram tangga terdiri dari dua garis vertikal yang merepresentasikan rel-rel daya. Komponen-komponen rangkaian disambungkan sebagai garis-garis horizontal seperti anak tangga diantara kedua garis vertikal ini. Dalam menggambarkan sebuah diagram tangga, diterapkan konvensi- konvensi tertentu: 1. Garis-garis vertikal diagram merepresentasikan rel-rel daya, dimana di antara keduanya komponen-komponen rangkaian tersambung. 2. Tiap-tiap anak tangga mendefenisikan sebuah operasi di dalam proses kontrol. 3. Sebuah diagram tangga dibaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Anak tangga teratas dibaca dari kiri ke kanan. Berikutnya anak tangga kedua dibaca dari kiri ke kanan dan demikian seterusnya. Ketika PLC berada dalam keadaan bekerja, PLC membaca seluruh program tangga dari awal sampai akhir, anak tangga terakhir ditandai dengan jelas, kemudian memulai lagi dari awal. 4. Tiap-tiap anak tangga harus dimulai dengan sebuah input atau sejumlah input dan harus berakhir dengan setidaknya sebuah output. Istilah input digunakan bagi sebuah langkah kontrol, seperti misalnya menutup kontak sebuah saklar, yang berperan sebagai input ke sebuah PLC. Istilah output digunakan untuk perangkat yang tersambung ke output sebuah PLC, misalnya sebuah motor. 5. Perangkat-perangkat listrik ditampilkan dalam kondisi normalnya. Dengan demikian, sebuah saklar yang dalam keadaan normalnya terbuka hingga suatu objek menutupnya, diperlihatkan terbuka pada diagram tangga. Sebuah saklar yang dalam keadaan normalnya tertutup diperlihatkan tertutup. 6. Sebuah perangkat tertentu dapat digambarkan pada lebih dari satu anak tangga. Sebagai contoh, kita dapat memiliki sebuah relay yang menyalakan satu buah perangkat listrik atau lebih. Huruf-huruf dan nomor-nomor dipergunakan untuk memberi label bagi perangkat tersebut pada tiap-tiap situasi kontrol yang dihadapinya. 7. Input-input dan output-output seluruhnya diidentifikasikan melalui alamat- alamatnya. Alamat ini mengindikasikan lokasi input atau output di dalam memori PLC. END ANAK TANGGA 1 ANAK TANGGA 2 ANAK TANGGA 3 ANAK TANGGA 4 ANAK TANGGA TERAKHIR Gambar 3.1 Cara Membaca Ladder Diagram Gambar 3.2 memperlihatkan simbol-simbol baku yang digunakan untuk perangkat-perangkat input dan output. Perhatikan bahwa input-input direpresentasikan oleh hanya dua simbol, yaitu untuk kontak yang secara normal terbuka normally open dan untuk kontak yang secara normal tertutup normally close. Hal ini berlaku untuk perangkat input apapun yang tersambung ke PLC. Proses yang dilaksanakan oleh perangkat input adalah sama halnya dengan membuka atau menutup sebuah saklar. Output-output direpresentasikan oleh hanya satu simbol, terlepas dari apapun perangkat output yang disambungkan ke PLC. END KONTAK INPUT NORMALLY CLOSE PERANGKAT OUTPUT KONTAK INPUT NORMALLY OPEN SEBUAH INSTRUKSI KHUSUS ANAK TANGGA TERAKHIR Gambar 3.2 Simbol-Simbol Pada Ladder Diagram Sebagai contoh gambar 3.3 menunjukkan diagram koneksi untuk mengontrol sebuah motor dengan menggunakan 2 buah tombol, yaitu tombol start yang bersifat normally open dan tombol stop yang bersifat normally close. Tombol start digunakan untuk mulai menyalakan motor, sedangkan tombol stop untuk menghentikannya. M RELAI START STOP L1 L2 Gambar 3.3 Diagram Koneksi Relay Pada Kontrol Motor Pada saat awal kedua tombol tidak ditekan antara L1 dan L2 tidak terhubung, akibatnya tidak ada aliran listrik yang melalui motor sehingga motor tersebut tidak menyala. Ketika tombol start ditekan, listrik mengalir melalui tombol tersebut, relay dan juga motor. Akibatnya relay menjadi aktif dan motor menyala. Ketika tombol start dilepaskan, aliran listrik tetap terjaga karena sekarang relay menjadi terhubung. Aliran listrik menjadi terputus saat tombol stop ditekan. pada PLC, gambar 3.3 diatas diubah menjadi ladder diagram seperti gambar 3.4. Dalam menggambar diagram tangga, alamat tiap-tiap elemen rangkaian disertakan bersama simbolnya sehingga ketika merangkaikan perangkat input dan output ke PLC, perangkat-perangkat tersebut harus disambungkan ke terminal- terminal input dan output dengan alamat yang sesuai. X000 Y000 X001 Y000 Gambar 3.4 Ladder Diagram Pada Kontrol Motor

b. Function Chart