Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Investasi pada hakikatnya merupakan kegiatan meningkatkan dana pada satu atau lebih jenis aset pada jangka waktu tertentu, dengan tujuan mendapatkan manfaat ekonomis yang maksimal. Bagi sebagian orang, investasi merupakan upaya untuk mengoptimalkan hasil dari sisa penghasilan yang mereka miliki dengan memanfaatkan berbagai sarana investasi yang tersedia dan berharap uang yang telah diinvestasikan akan bertambah dikemudian hari. Istilah investasi dapat berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Secara garis besar investasi dapat dibagi menjadi dua bagian, investasi dalam bentuk aktiva riil real assets investment dan investasi dalam bentuk aktiva keuangan financial assets investment http:www.asiafxonline.com . Tujuan investor melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tetapi tujuan investor melakukan investasi yang lebih luas adalah meningkatkan kesejahteraannya. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan keuangannya, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan pada saat ini ditambah nilai saat ini dari pendapatan masa datang Nugroho, 2008. 1 Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana. Kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal Moch. Ludfi Habib, 2007. Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham adalah jenis surat berharga yang paling dikenal masyarakat. Tujuan dari investor menanamkan modalnya dalam bentuk saham yaitu untuk memaksimalkan kekayaan yang didapat dari deviden atau capital gain saat saham itu dijual. Tetapi mereka pun harus siap bila hal sebaliknya terjadi Nugroho, 2008. Perkembangan dunia usaha akhir-akhir ini membuat banyak orang membutuhkan tersedianya dana dengan cepat untuk menambah modal. Karena pada dasarnya, setiap perusahaan membutuhkan dana dalam membiayai kegiatan operasionalnya. Dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, pertama berasal dari dalam perusahaan yakni pemilik modal, maupun laba ditahan retairned earning. Sedangkan sumber pembiayaan lain, berasal dari luar yakni dalam bentuk pinjaman hutang dari pihak lain. Selain pinjaman, perusahaan yang telah go public dalam upaya menambah dana kegiatan 2 operasionalnya dapat diperoleh melalui penjualan saham pada investor pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya pada publik adalah pasar modal Nur Vetty Karina Puspitasari, 2009. Di lain pihak, terdapat banyak pula orang yang tertarik menginvestasikan dananya karena menginginkan keuntungan. Melalui pasar modal, investor sebagai pemilik dana dapat menanamkan dananya untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukan, sedangkan perusahaan sebagai peminjam dapat menghimpun dana untuk keperluan usahanya dengan menerbitkan dan menjual sahamnya kepada masyarakat umum. Salah satu indikator untuk melihat tingkah laku pasar investor yaitu dengan melihat pergerakan volume perdagangan di pasar modal. Salah satu kunci pokok dan sangat mempengaruhi dalam memutuskan tindakan pada seluruh aktivitas di pasar modal adalah informasi yang lengkap. Dalam menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di pasar modal biasanya ia akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang ia miliki, baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi. Informasi tersebut akan memliki makna nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan transaksi di pasar modal, dimana transaksi ini tercermin melalui volume perdagangan saham. Dengan demikian, seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat disimpulkan dengan mempelajari kaitan antara volume perdagangan di pasar modal dengan keberadaan informasi tersebut Eky Wijaksono, 2007. 3 Pasar modal yang berfungsi sebagai perantara untuk mempertemukan pemilik modal investor dengan pihak-pihak yang berupaya memperoleh tambahan dana melalui penjualan sahamnya, diharapkan mampu berfungsi secara optimal dalam menjembatani hubungan antara investor sebagai pemilik dana dengan perusahaan yang menjual sahamnya untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dengan adanya pasar modal, perusahaan tidak perlu lagi mengatasi masalah dana karena posisi yang dianggap tidak aman dapat diperbaiki dengan menarik dana dari masyarakat melalui pasar modal dengan menjual saham Nugroho, 2008. Pasar modal di Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan sebagai bagian dari instrumen perekonomian, dimana indikasi yang dihasilkannya banyak dipicu oleh para peneliti maupun prkatisi dalam melihat gambaran perekonomian Indonesia. Oleh karena itu komitmen Pemerintah Indonesia terhadap peran pasar modal tercermin dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, dimana dinyatakan bahwa pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat Rustamadji, 2001:36. Sebagai salah satu instrumen perekonomian, maka pasar modal tidak terlepas dari pengaruh yang berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di lingkungan mikro yaitu peristiwa atau keadaan para emiten, seperti laporan kinerja, pembagian deviden, perubahan strategi perusahaan dalam rapat umum 4 pemegang saham akan menjadi informasi yang menarik bagi para investor di pasar modal. Di samping lingkungan ekonomi mikro, perubahan yang terjadi di lingkungan ekonomi makro juga dapat memberikan pengaruh terhadap pasar modal Rustamadji, 2001:36. Menurut Budiantara 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pasar modal diantaranya adalah tingkat suku bunga dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Tingkat suku bunga merupakan nilai yang sangat berpengaruh terhadap besarnya nilai sekarang dari pendapatan deviden di masa yang akan datang. Meningkatnya tingkat bunga akan menurunkan nilai sekarang dari pendapatan deviden di masa datang, sehingga kondisi ini akan mempengaruhi menurunnya harga saham di pasar modal. Sebaliknya, menurunnya tingkat bunga akan mendorong investasi dan aktivitas ekonomi, sehingga meningkatkan harga saham. Menurut Cahyono 2000:117 terdapat dua penjelasan mengapa kenaikan suku bunga dapat mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi. Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga emiten, sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akanmenunda pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualanperusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan harga saham. 5 Sedangkan Suta berpendapat Moch. Ludfi Habib, 2007: 44 “Kurang dari 0,5 dari rakyat Indonesia melakukan investasi pada saham dan obligasi, sedangkan 40 juta penduduk Indonesia telah telah membuka rekening di bank. Hal ini terjadi karena keuntungan investasi pada pasar modal tidak pasti, tergantung pada mekanisme pasar, maka investor lebih memilih berinvestasi yang dijamin pemerintah, apabila pada saat tingkat suku bunga sangat tinggi. Jadi besar atau kecilnya nilai tingkat bunga mempengaruhi volume perdagangan saham, karena tingkat suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi para investor untuk lebih memilih berinvestasi dalam bentuk deposito dari pada dalam bentuk saham, begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena para investor lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya atas dana yang telah diinvestasikan. Hubungan antara inflasi dan tingkat bunga dapat dijelaskan dengan persamaan Irving Fisher Fisher Equation. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi dengan inflasi. Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah bertambah dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya www. amriamir.wordpress.com . Secara teoritis investasi pada saham dapat memberikan perlindungan nilai hedge yang baik dari pengaruh inflasi karena saham merupakan klaim terhadap aset-aset riil. Teori tersebut dikemukakan antara lain oleh Bodie 6 Common stocks as a hedge against inflation, Journal of Finance, 31, 459- 470, 1976 serta Fama dan Schwert Asset returns and inflation, Journal of Business, 55, 201-231, 1977. Berdasarkan teori tersebut, tingkat pengembalian riil dari saham seharusnya tidak terpengaruh oleh perubahan harga-harga barang dan jasa. Berlawanan dengan teori tersebut kenyataan empiris di Amerika Serikat AS menunjukkan bahwa inflasi dan tingkat pengembalian investasi pada saham berkorelasi secara negatif dalam arti inflasi yang sangat tinggi cenderung disertai dengan tingkat pengembalian investasi pada saham yang rendah Indrayadi, 2004. Hubungan antara jumlah uang beredar dengan inflasi dapat dijelaskan dengan teori kuatitas uang quantity theory of money. Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi www.docstoc.com . Menurut Mankiw 2003 hubungan inflasi dengan jumlah uang beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka panjang, bukan dalam jangka panjang www.docstoc.com . Nilai kurs dolar Amerika Serikat USD merupakan salah satu pilihan dari berbagai macam pilihan dalam berinvestasi. Kemudahan yang ditawarkan kepada para investor dengan pemenuhan fasilitas money changer yang memudahkan para investor untuk menginvestasikan dananya dan mencairkan dananya 7 Berinvestasi dengan dolar AS USD tidak memerlukan perantara dan mudah dipindah tangankan, kemudahan ini akan mempengaruhi para investor untuk memilih berinvestasi dalam dolar AS USD dari pada berinvestasi dalam saham, terutama pada saat nilai kurs dolar AS USD tinggi, tetapi pada saat nilai kurs dolar AS USD rendah para investor akan lebih memilih berinvestasi dalam saham dari pada dolar AS USD, karena para investor lebih mengutamakan keuntungan atas dananya Habib, 2007 Selain sebagai alternatif investasi, nilai tukar juga mempunyai peranan pada pasar modal. Krisis ekonomi pada tahun 1997 menunjukkan bahwa gejolak nilai tukar mempengaruhi pasar modal yang terlihat dari IHSG yang mulai mengalami penurunan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar, peranan pasar modal sebagai alternatif pembiayaan dunia usaha mengalami penurunan, mengingat sebagian besar perusaahaan yang go public mempunyai hutang luar negeri dalam bentuk valuta asing. Di samping itu, produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan public tersebut banyak menggunakan bahan yang memiliki kandungan impor yang tinggi Budiantara,2003. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba untuk mengetahui beberapa faktor makro ekonomi diantaranya tingkat inflasi, BI rate, kurs rupiah terhadap dolar Amerika dan jumlah uang beredar apakah menpunyai pengaruh secara bersama-sama ataupun secara individual terhadap volume perdagangan saham. 8 Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moch. Ludfi Habib yang menggunakan SBI sebagai acuan untuk tingkat bunga, penelitian ini menggunakan BI rate sebagai acuan tingkat bunga dengan pertimbangan BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Selain itu, variabel bebas yang digunakan juga ditambahkan dengan tingkat inflasi dan jumlah uang beredar. Berdasarkan pertimbangan di atas maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH INFLASI, BI RATES, KURS RUPIAH, DAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah