Kurs Rupiah Kajian Teori

a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik modal apakah ia akan berivestasi pada real assets ataukah pada financial assets. c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan lainnya. d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.

4. Kurs Rupiah

Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan- keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara kedalam satu bahasa yang sama. Krugman, 2000:40. Menurut Mansur 2009 Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Sadono Sukirno 2004:197, menjelaskan bahwa kurs valuta asing dapat di definisikan sebagai nilai seunit valuta mata uang asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri. 30 Bank Indonesia 2003:69 menyatakan bahwa nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Menurut Mankiw 2003:127 nilai tukar antar dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Nilai tukar dibagi menjadi dua nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. The Nominal Exchange rate is the relative price of the currency of two countries Mankiw, 2003:127. Sedangkan the real exchange rate is the relative price of the goods at two countries. Perubahan nilai tukar nominal akan diikuti oleh perubahan harga yang sama yang mejadikan perubahan tersebut tidak berpengaruh terhadap posisi persaingan relatif antar perusahaan domestik dengan pesaingnya di luar negeri, dan tidak ada pengaruhnya terhadap aliran kas. Sedangkan perubahan nilai tukar riil akan menyebabkan perubahan harga relatif perubahan perbandingan antara harga barang domestik dengan barang luar negeri. Dengan demikian perubahan tersebut akan mempengaruhi daya saing barang domestik. Menurut BI 2003:69 dalam menentukan nilai tukar mata uang asing dikenal tiga sistem dan diterapkan disemua negara di dunia ini yaitu sistem kurs tetap fixed exchange rates, kurs mengambang terkendali managed floating exchange rates dan kurs mengambang bebas free floating exchange rates. 31 Dalam sistem kurs tetap, pemerintah menetapkan nilai tukar mata uang dalam negeri secara tetap terhadap nilai tukar mata uang lain. Sedangkan dalam kurs mengambang terkendali, kurs bergerak sesuai dengan perkembangan pasar berdasarkan permintaan dan penawaran. Akan tetapi pemerintah menetapkan batas dari perubahan kurs tersebut. Dalam sistem kurs bebas nilai tukar suatu mata uang tidak dapat dipengaruhi oleh pemerintah melalui suatu tingkatan tertentu, maupun melalui intervensi langsung di pasar valuta asing. Oleh karena itu pada sistem kurs bebas ini fluktuasi yang terjadi cukup besar jika dibandingkan kurs mengambang terkendali. Menurut Madura 2000, penentuan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang bebas ditentukan oleh mekanisme pasar, dengan demikian hal itu akan sangat bergantung pada kekuatan faktor-faktor ekonomi yang diduga dapat mempengaruhi kondisi permintaan da penawaran valuta asing di pasar valuta asing. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah perbedaan tingkat inflasi, perbedaan tingkat suku bunga, perbedaan tingkat pendapatan nasional antar kedua negara tersebut. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, terutama pasar modal. Misalnya ketika terjadi apresiasi kurs rupiah, akan berdampak pada perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam persaingan harga. Sebaliknya, bila terjadi depresiasi rupiah, akan berdampak pada perusahaan- perusahaan go public, terutama yang menggantungan faktor produksi terhadap 32 bahan-bahan impor, sehingga biaya produksi meningkat, laba yang diperoleh menurun dan berakibat jatuhnya harga saham perusahaan tersebut Fahrudin, 2006. Perkiraan nilai tukar uang yang benar merupakan salah satu tujuan utama pelaku pasar. Hal ini disebabkan oleh besarnya pengaruh pergerakan nilai tukar uang terhadap kegiatan bisnis dan investasi, serta pembuatan kebijaksanaan. Para ekonom menawarkan berbagai teori yang coba menjelaskan bagaimana nilai tukar uang itu ditentukan. Hasil studi empiris menjelaskan bahwa model-model yang berdasarkan pendekatan teori fundamental sangat bermanfaat untuk menjelaskan pergerakan dan tren nilai tukar uang dalam jangka panjang, tetapi belum dapat menjelaskan pergerakan jangka pendek dan menengah. Bahkan, studi empiris memperlihatkan bahwa pergerakan nilai tukar uang jangka pendek merupakan pergerakan acak random walk yang sulit diramalkan. Pendekatan teknikal atau model berdasarkan tren melalui grafik dapat memberikan prediksi yang lebih tepat untuk jangka pendek. Metode ini sangat populer dalam perdagangan valuta asing jangka pendek. Namun, bergantung sepenuhnya pada pendekatan teknikal dalam memprediksi nilai tukar uang bukanlah tanpa resiko. Oleh karena itu, pendekatan ideal dalam memprediksi nilai tukar uang adalah dengan menggabungkan pendekatan fundamental yang memberikan 33 keuntungan jangka panjang dan pendekatan teknikal yang memberikan keuntungan jangka pendek. Salah satu pendekatan paling konservatif dan paling banyak dipakai para ekonom dalam menentukan nilai tukar uang untuk jangka panjang adalah berdasarkan paritas daya beli Purchasing Power Parity PPP Pardede, 1999. Menurut Shapiro 1996:820 Purchasing power parity is the notion that the ratio between domestic and foreign price level should equal the equilibrium exchange rate between domestic and foreign currencies. Shapiro berusaha menjelaskan bahwa paritas daya beli merupakan persamaan yang menyatakan bahwa rasio tingkat harga domestik dan luar negeri seharusnya sama dengan tingkat ekuilibrium nilai tukar mata uang domestik dan luar negeri. Purchasing Power Parity diperkenalkan oleh ahli ekonomi Swedia bernama Gustav Cassel pada tahun 1918 dalam versi relatifnya mengatakan bahwa ekspektasi perubahan kurs adalah perbedaan dalam ekspektasi tingkat inflasi pada negara-negara tersebut kurs suatu mata uang dengan mata uang lainnya ditentukan oleh purchasing power dari masing-masing mata uang yang diperbandingkan da karenanya nilai tukarkurs tersebut akan bergerak pada arah yang ditentukan oleh perbedaan tingkat inflasi dari negara-negara tersebut. Atau nilai tukar mata uang terhadap lainnya akan menyesuaikan diri untuk merefleksikan perubahan-perubahan dalam tingkat harga dari kedua negara tersebut. 34 Menurut Salvatore 1997:43, pada dasarnya teori paritas daya beli adalah sebuah cara untuk meramalkankurs keseimbangan, jika suatu negara mengalami ketidakseimbangan nilai impor dan ekspor. Jadi jika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspornya defisit maka mata uang negera tersebut akan mengalami depresiasi atau kurs melemah. Sedangkan Haryanto 2000 berpendapat bahwa teori paritas daya beli menjelaskan pergerakan kurs antara mata uang dua negara disebabkan oleh tingkat harga masing-masing negara. Dalam jangka panjang, tingkat harga tingkat harga domestik akan mempengaruhi pembentukan suatu kurs. Teori paritas daya beli memprediksi bahwa kenaikan tingkat harga domestik mencerminkan adanya penurunan daya beli mata uang domestik. Penurunan daya beli mata uang tersebut akan diikuti dengan terdepresiasinya mata uang. Demikian pula sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang domestik mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang tersebut secara proporsional dalam pasar valuta asing. Adanya depresiasi ataupun apresiasi mata uang ini menyebabkan terjadinya keseimbangan dalam perdagangan internasional. Jadi, suatu negara tidak akan mengalami kelebihan impor atau ekspor Sasana 2004 menyatakan beberapa hal yang perlu ditekankan dari teori paritas daya beli adalah pertama masalah dasar dari paritas daya beli, yakni proporsionalitas tingkat harga dan nilai tukar hanya terjadi jika penyebab goncangan yang mengubah tingkat harga dari nilai tukar merupakan suatu goncangan moneter. Kedua, teori paritas daya beli tersebut tidak kerja seketika, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga dapat 35 dikatakan bahwa teori tersebut menunjukkan hubungan keseimbangan jangka panjang antara nilai tukar dengan tingkat harga. Teori paritas daya beli memiliki dua versi, yaitu versi absolut dan versi relatif. Teori paritas daya beli absolut mengatakan bahwa kurs ekuilibrium sama dengan rasio tingkat harga yang berlaku di kedua negara yang terkait. Sedangkan versi relatifnya menyatakan bahwa perubahan kurs dalam jangka waktu tertentu akan bersifat proporsional atau sebanding besarnya terhadap perubahan tingkat harga yang berlaku di kedua negara selama periode yang sama. Jadi, paritas daya beli relatif mengubah versi absolutnya, dari sebuah pernyataan mengenai tingkatan harga dan kurs menjadi perubahan harga dan kurs Salvatore, 1997:126. Menurut Pardede 1999, versi paritas daya beli absolut nilai keseimbangan dari suatu nilai tukar ditentukan oleh rasio antara harga-harga dalam negeri, yang diformulasikan sebagai berikut : Dimana : E = nilai keseimbangan mata uang P = harga-harga dalam negeri P = harga-harga luar negeri Karena banyaknya kelemahan-kelemahan yang disebabkan asumsi- asumsi yang tidak realistis dalam versi paritas daya beli absolut, maka terbentuklah versi relatifnya, yang diformulasikan sebagai berikut : E = ∗ P P R ab1 = 1 1 b b a a P P P P x R ab0 36 Dimana : R ab1 dan = kurs negara A terhadap negara B pada periode 1 dan 0 P a1 dan = Indeks harga konsumen negara A pada periode 1 dan 0 P b1 dan = Indeks harga konsumen negara B pada periode 1 dan 0 Berbagai pengujian empiris membuktikan bahwa versi relatif paritas daya beli dapat memberikan perkiraan yang cukup baik dalam jangka panjang dan dalam berbagai kasus terjadinya gangguan moneter murni, seperti lonjakan inflasi dan sebagainya Salvatore, 1997:133.

5. Jumlah Uang Beredar