Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

martabat kaum perempuan dan memberikan kembali hak-hak mereka yang telah hancur berantakan, diinjak-injak oleh dominasi kaum laki-laki dan telah diluluhlantakkan oleh tradisi-tradisi keagamaan, fanatisme, golongan dan kebangsaan yang sempit.di antara hak-hak yang dikembalikan oleh Islam, setelah lam dirampas kaum laki-laki, tanpa ada orang yang berusaha memperjuangkan untuk merebutnya kecuali Islam. 4 Mengetahui hukum yang disepakati ijma’ dan perbedaan pendapat para ulama termasuk perkara penting. Hal ini merupakan keharusan bagi setiap mujtahid dan hakim terutama para imam mazhab yang pendapat-pendapat mereka dijadikan rujukan di timur dan barat. Ijma’ salah satu tonggak Islam sehingga menurut para ulama kufurlah orang yang mengingkarinya jika telah ada hujah bahwa hal itu merupakan ijma’ yang sempurna. Diperkenankan mengingkari orang yang melakukan sesuatu yang menyimpang darinya. Perbedaan pendapat di antara para imam mazhab merupakan rahmat bagi umat ini, yang tidak dijadikan Allah sebagai kesempitan di dalam agama ini. Melainkan, hal itu merupakan luthf dan kemurahan. 5 Mantan istri masih memiliki hak untuk dituntut apabila terjadinya perceraian. Antaranya hak-hak mendapatkan nafkah iddah, hak untuk menuntut harta sepencarian, hak untuk mendapatkan mut’ah dan penjagaan anak. Ini bagi memastikan bahwa kaum wanita perlu mengetahui hak mereka supaya tidak dianiayai 4 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010, h.115. 5 Muhammad bin Abdurrahman ad- Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab, Bandung: Hasyimi, 2010, h. 10. oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab. Begitu suami mempunyai hak dan tanggungjawab setelah perceraian. Walaupun istri diceraikan, namun hubungan anak dengan ayahnya tetap kekal hingga ke akhir hayat. Bapa mempunyai kewajiban memberi nafkah kepada anak-anak. Namun begitu, terdapat beberapa pendapat imam mazhab tentang hak-hak istri akibat perceraian dan dijadikan landasan hukum atau sebagai pedoman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia merupakan rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang diambil dari berbagai kitab yang ditulis para ulama fiqih yang biasa dipergunakan sebagai referensi pada Pengadilan Agama yang diolah dan dikembangkan serta dihimpun ke dalam satu himpunan. Himpunan tersebut inilah yang dinamakan kompilasi. 6 Mayoritas penduduk di Asia tenggara adalah muslim dan menganut mazhab Syafi’i, terdapat juga sebagian penduduk yang menganut mazhab lain seperti, Hanafi, Maliki dan Hambali. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan tentang hak-hak istri akibat perceraian secara mendalam. Penulis mencoba melakukan penelitian lebih lanjut dan terdorong untuk menganalisis lebih mendalam melalui penelitian skripsi yang berjudul “HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN: Perbandingan Antara Pendapat Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum di Indonesia KHI”. 6 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo, 2007,h. 14. B . Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan terfokus sehingga para pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini, penulis membuat batasan hanya tentang persamaan dan perbedaan hak-hak istri akibat perceraian menurut pendapat Imam Syafi’i di dalam kitab Fiqih Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. 7 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di atas dan supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan pemasalahan dengan rincian dalam bentuk persoalan yang berikut: a Adakah istri yang telah diceraikan masih mempunyai hak-hak? b Hak-hak apa saja yang dimiliki oleh mantan istri akibat perceraian menurut Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia? c Di mana letak perbedaan dan persamaan pendapat Imam Syafi’i dan KHI di Indonesia tentang hak-hak istri akibat perceraian? C . Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas, penelitian memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hak isti setelah diceraikan. 7 Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007, h. 23. 2. Untuk mengetahui hak-hak yang dimiliki oleh mantan istri akibat perceraian menurut Imam Syafi’i dan KHI di Indonesia. 3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan pendapat imam Syafi’i. Seterusnya, manfaat yang dapat dikutip dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Secara akademis untuk mendapat jawaban terhadap perbedaan dan persamaan tentang hak istri akibat perceraian menurut Imam Syafi’i dan KHI di Indonesia 2. Sebagai pedoman kepada para peneliti lain yang ingin memahami hak-hak istri menurut pandangan Imam Syaf i’i dan KHi di Indonesia. 3. Sebagai motivasi kepada wanita terutamanya wanita Indonesia tentang hak mereka yang diatur di dalam KHI di Indonesia. 4. Penelitian ini juga dapat memberi sumbangan karya ilmiah dan juga sumbangan pemikiran bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan dan literasi pada Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Studi Review Terdahulu

Penulis berusaha membaca beberapa penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian yang penulis lakukan baik Fakultas Syariah dan Hukum, berupa skripsi maupun dalam bentuk buku. Penulis menemukan tidak banyak penelitian terkait masalah ini. Namun penulis menemukan satu penelitian yang dilakukan oleh Nurul Huda Abdul Razak dengan judul skripsi “Nafkah masa Iddah Menurut Perspektif dam Implementasinya DalamEnakmen Keluarga Islam Studi Pada Mahkamah Rendah Syariah Rendah Malaysia”,mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Peradilan Agama Tahun 2009. Di dalam skripsi tersebut, ia membahaskan antara lain yaitu menginterpretasikan urgensi nafkah dalam iddah dari perspektif hak-hak perempuan dalam perkawinan, khususnya hak yang harus diterima oleh istri setelah perceraian, dan dan studi komparatif antara fiqih dan Enakmen keluarga Islam tahun 1984 pindaan 2004 di Negeri Perak sebagai hokum positif di Malaysia dan Hukum positif yang ada di Indonesia. Dengan melihat review studi terdahuku di atas, yang membedakan antara skripsi di atas dengan skripsi penulis, adalah bahwa penulis membahas tentang hak-hak istri akibat perceraian, dan perbandingan pendapat Imam Syafi’i dan KHI, karena itulah dari aspek pembahasannya berbeda dengan pembahasan dari skripsi Nurul Huda.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari suatu karangan ilmiah, maka metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data yang diperlukan untuk penulisan tersebut akan memegang peranan yang sangat penting. Dengan demikian penggunaan metode pembahasan bagi suatu hal yang menentukan bermutu atau tidaknya dari penulisan yang bersangkutan. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Penentuan Jenis Data Dalam kajian ini data yang diteliti adalah data yang berhubungan dengan topik yang dikaji, yaitu Hak-hak Istri Akibat Perceraian: Perbandingan Antara Pendapat Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia KHI. 2. Pendekatan Penulis mendiskripsikan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan bersifat normatif. 8 3. Obyek Penelitian Penulis melakukan penelitian kepustakaan atau studi dokumentasi dengan merujuk kitab- kitab fiqih Imam Syafi’i yaitu, kitab Fiqih Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. 4. Sumber data Penelitian berorientasikan data kualitatif yang bersumber pada: a Data Primer: Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber yang asli dari obyek penelitian, yaitu kitab fikih Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. 9 b Data Sekunder: Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperolehi dari sumber kedua atau sumber pendukung dari data yang kita butuhkan. Data ini didapati dari buku-buku lain yang berkaitan dengan obyek penelitian. 8 Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum , Buku Pedoman Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007, h. 25. 9 Amirudin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada, 2004 h.119.