Implementasi Akad LANDASAN TEORI

C. Implementasi Akad

Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Umum Syariah Perusahaan asuransi kerugian umum adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. 15 Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tabarru’ dan akad tijarah. 16 Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum Syariah adalah akad tabarru dan akad wakalah bil Ujrah. Adapun mengenai akad mudharabah , mudharabah musyarakah merupakan akad yang diimplementasikan dalam kegiatan investasi saja. Lain halnya dengan perusahaan asuransi jiwa yang memang dalam produk asuransinya ada yang mengandung unsur saving dan ada yang tidak. a Akad Tabarru pada Asuransi Umum Syariah Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a, yatabarra’u, tabarru’an artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi sumbangan disebut mutabarri’ dermawan. Niat tabarru’ dana kebajikanhibah dalam akad asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt. Dalam konteks 15 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992, Tentang Perasuransian, Pasal 1 Ayat 5. 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18PMK.0102010, Tentang Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah , Pasal 7. akad pada asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara peserta jika ada yang mendapat musibah, dan dana tersebut ditempatkan secara terpisah pada rekening sekaligus pencatatannya dari dana pengelola perusahaan asuransi syariah. 17 Jadi dana tabarru merupakan dana kolektif diantara peserta yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru dan reasuransi syariah. Dana tabarru ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tebarru itu akan dimasukkan ke rekening dana tabrru peserta dan pihak pengelola mendapatkan upah bagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati wakalah bil ujrah, mudharabah, atau mudaharabah musytarakah . 18 Selain itu jika terdapat surplus underwriting dari dana tabarru penetapan besaran pembagiannya tergantung kepada peserta kolektif, regulator atau kebijakan manajemen : 19 1 seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru, 2 sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada peserta; atau, 3 sebagian sebagai cadangan tabarru’, sebagian didistribusikan kepada peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola 17 M. Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani Press. 2004, h. 35-36 18 Fatwa DSN-MUI No. 53DSN-MUIIII2006 tentang Tabarru pada Asuransi Syariah 19 Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 108 tentang Transaksi Asuransi Syariah b Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Umum Syariah Dalam konteks asuransi syariah akad wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan atau melakukan kegiatan lain seperti, administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting pengelolaan portofolio risiko, pemasaran, dan investasi, dimana perusahaan mendapatkan imbalan dalam bentuk ujrahfee karena jasanya tersebut. 20 Alur dari akad wakalah bil ujrah ini diawali dari kontribusi peserta yang diterima oleh perusahaan asuransi syariah, lalu dipisah menjadi 2, yaitu ke dana peserta tabarru’ dan dna pengelola sebagai ujrah. Dana tabarru yang terkumpul selanjutkan digunakan untuk hal-hal seperti yang telah dibeutkan pada pembahasan akad tabarru diatas. Jika terdapat defisit pada dana tabarru, maka perusahaan memberikan pinjaman dari dana pengelola dengan akad qardh. Dalam hal ini, akad wakalah adalah bersifat amanah yad amanah sehingga perusahaan sebagai wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya kecuali karna kecerobohannya atau wanprestasi. lihat kembali Fatwa DSN-MUI No. 52DSN-MUIiii2006 . Untuk lebih jelasnya mengenai alur business process pada asuransi syariah lihatlah ilustrasi 2.1 dibawah ini. 20 Fatwa DSN-MUI No. 52DSN-MUIIII2006 tentang Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi Syariah Tabel 1.1 Syariah Business Process 21 Kontribusi Premi Dana Tabarru Beban Tabarru Surplus Tabarru Ujroh Investasi Hasil Investasi Bagian Pendapatan Operator Perusahaan Cadangan Dana Tabarru’ Bagian Peserta

D. Produk Asuransi kendaraan Bermotor