Hal penting yang harus diketahui berkaitan dengan perubahan makna yaitu perubahan makna karena diakibatkan oleh perubahan lingkungan, contohnya seperti kata
cetak . Bagi mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak selalu
dihubungkan dengan kata tinta, huruf, dan kertas. Tetapi bagi tukang bata, kata cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat bata, mencetak batu bata pada
cetakannya . Sedangkan bagi petani, kata cetak biasanya dikaitkan dengan usaha
membuka lahan baru untuk pertanian sehingga muncul urutan kata percetakan sawah baru
. Selanjutnya, bagi para dokter kata cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan menghasilkan uang, dan bagi para pemain sepak bola kata cetak biasanya dihubungkan
dengan keberhasilan memasukkan bola ke gawang lawan
23
sehingga muncul kalimat “Ronaldo mencetak 1 gol dalam pertandingan Real Madrid vs Barcelona semalam”
B. Konsep Umum Penerjemahan al-Qur’an
1. Pengertian Terjemah Al-Qur’an Secara harfiah, terjemah berarti menyalin atau memindahkan suatu pembicaraan dari satu
bahasa ke bahasa lain, atau singkatnya mengalihbahasakan. Sedangkan terjemahan, berarti salinan bahasa, atau alih bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain.
24
Secara etimologis kata “
ترجمﻩ” atau translation berarti menerangkan atau menjelaskan, seperti
dalam ungkapan tarjamatu kalam maksdunya bayyinahu wa wadihahu “menerangkan
suatu pembicaraan dan menjelaskan maksudnya.
25
Maka, menafsirkan atau menjelaskan al-Qur’an ke dalam berbagai bahasa selain bahasa Arab, termasuk menerjemahkan al-
23
Jamiluddin Ali, Analisis Semantik Ayat-Ayat al-Qur’an Tentang Jilbab, h. 32.
24
Tim PrimaPena, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru, Jakarta: Gita Media Press, h. 754
25
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH. MA, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an 1, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000 h. 129.
20
2. Macam-Macam Terjemah Al-Qur’an Munculnya persoalan-persoalan baru seiring dengan dinamika masyarakat yang progresif
mendorong umat Islam untuk mencurahkan perhatian yang besar dalam menjawab problematika kontemporer yang semakin kompleks dari masa kemasa. Untuk itu Penulis
akan menjelaskan beberapa model dalam penerjemahan al-Qur’an sebagai berikut: A. Terjemahan secara harfiyah lafziyah yaitu menerjemahkan al-Qur’an ke dalam
bahasa sasaran di mana kalimat dan susunan kata disesuaikan dengan bahasa aslinya. Contoh, kalimat bismillah diartikan dengan “dengan menyebut nama
Allah” yang secara harfiyah adalah dua kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa pemakai yang sudah beredar di masyarakat contohnya adalah terjemahan al-
Qur’an Depag RI dari tiap edisi. Dalam terjemahan harfiyah selain beberapa pemahaman di atas ada dua hal yang harus
diikuti jika menerjemahkan al-Qur’an. • Adanya kosakata-kosakata yang sempurna dalam bahasa terjemah sama
dengan kosakata-kosakata bahasa asli.
26
Drs. M. Ali Hasan Drs. Rif’at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1988, h. 170.
21
• Harus adanya penyesuaian kedua bahasa mengenai kata ganti dan kalimat penghubung yang menghubungkan antara satu frasa dengan frasa yang lain
untuk menyusun kalimat. B. Terjemahan tafsiriyah ma’nawiyah yaitu menerjemahkan dari ayat-ayat al-
Qur’an di mana si penerjemah memusatkan perhatiannya pada arti al-Qur’an yang diterjemahkan dengan lafaz-lafaz yang tidak terikat oleh kata-kata dan susunan
kalimat dalam bahasa dalam bahasa asli. Model terjemahan tafsiriyah seperti ini juga sudah banyak beredar di masyarakat.
2. Syarat-Syarat Terjemah Al-Qur’an Penerjemahan al-Qur’an adalah mengalihkan pesan al-Qur’an, ke bahasa asing selain
bahasa Arab, dan terjemahan tersebut dicetak dengan tujuan agar dapat dikaji oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Arab sehingga dapat dimengerti maksud dari
firman Allah tersebut dengan bantuan terjemahan. Seorang penerjemah al-Qur’an harus memenuhi syarat-syarat berikut:
• Penerjemah haruslah seorang muslim, sehingga tanggung jawab keislamannya dapat dipercaya.
• Penerjemah haruslah seorang yang adil dan tsiqah. Karenanya, seorang fasik tidak diperkenankan menerjemahkan al-Qur’an.
• Menguasai bahasa sasaran dengan teknik penyusunan kata. Ia harus mampu menulis dalam bahasa sasaran dengan baik.
• Berpegang teguh pada prinsip-prinsip penafsiran al-Qur’an dan memenuhi kriteria sebagai mufasir, karena penerjemah pada hakikatnya adalah
seorang mufasir.
22
Menurut T.M. Hasbi ash-Shiddieqy ada beberapa ilmu yang harus dimengerti dan dikuasai oleh seorang mufassir sebagai berikut:
• Lughat Arabiyah: dengan ilmu ini seorang muafassir akan mengetahui syarah kata tunggal.
• Undang-undang bahasa Arab: aturan-aturan yang terdapat dalam bahasa Arab atau jelasnya mengerti ilmu sharaf dan nahwu.
• Ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’: dari ketiga ilmu ini seorang mufassir akan mengerti susunan pembicaraan dan penjelasan dari setiap kalimat dan
memahami letak keindahan bahasa al-Qur’an. • Mengetahui asababun nuzul dan nasakh serta mengerti antara mubham dan
mujmal .
• Mengetahui ijmal, tabyin, umum, khusus, itlaq, taqyid, petunjuk suruhan, petunjuk larangan. Ini diambil dari ilmu ushul fiqh.
• Ilmu Kalam • Ilmu Qira’at.
27
Pada saat melakukan kerja penerjemahan al-Qur’an, seseorang harus memenuhi syarat-syarat berikut:
• Dalam menerjemahkan seorang penerjemah harus berpedoman pada syarat- syarat penafsiran rasional
ﻲ ﻘﻌﻟاﺮﻴﺴﻔﺘﻟا. • Penerjemah harus memperhatikan ketepatan terjemah dengan melihat
tingkat penerjemah sebagai berikut: 1 terjemah kata per kata dengan melihat padanannya; 2 terjemah makna dan penjelasannya dengan
27
T. M. Hasbi ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’anTafsir, Jakarta: Bulan Bintang 1980, h. 207
23
menggambarkan makna tersebut dan memberi beberapa penjelas tambahan atas makna kata; 3 menjelaskan kebenaran pemilihan makna terjemahan
dan berusaha menjelaskan dengan dalil. • Dalam menerjemahkan haruslah terkonsentrasi pada redaksi ظﺎﻔﻟﻷا dan
makna al-Qur’an, bukan pada bentuk susunan al-Qur’an, karena sistem susunan tersebut merupakan mukjizat yang tak terjemahkan.
• Hendaknya menerjemahkan makna al-Qur’an dengan metode terjemah yang benar dengan kriteria: 1 gaya penerjemahan dengan bahasa yang
mudah dicerna, dan sesuai dengan kemampuan umum pembaca; 2 hati- hati dalam mencarikan padanan yang tepat dari kalimat-kalimat yang ada
dalam al-Qur’an; 3 menuliskan makna ayat dengan sempurna; 4 memohon bantuan pada ahli Bsa untuk mendapatkan koreksi.
• Menjadikan tafsir sebagai rujukan dalam penerjemahan. • Harus memberikan keterangan pendahuluan yang menyatakan bahwa
terjemah al-Qur’an tersebut bukanlah al-Qur’an, melainkan tafsir al- Qur’an.
Selain strategi di atas, ada teknik umum yang harus pula diketahui seorang yang hendak menerjemahkan al-Qur’an, seperti berikut:
• Penerjemahan ayat sebaiknya ditulis miring. • Penerjemahan informasi ayat dituliskan sesuai dengan kelaziman yang
dipakai, seperti QS Al-Baqarah [2]: 33. Namun demikian, penulisan ini bisa disesuaikan dengan gaya selingkung yang berlaku.
• Penerjemahan ayat sebaiknya diapit oleh tanda petik ganda.
24
25 • Penerjemahan harus mengacu pada penerjemahan lain yang telah
disepakati keakuratannya oleh banyak kalangan, meskipun tetap dibenarkan melakukan penyuntingan bahasa, bukan isi terjemahan.
• Penerjemahan al-Qur’an di dalam teks lain, biasanya didahului dengan klausa Allah Swt. berfirman. Ini bukan merupakan keharusan. Penerjemah
bisa memodifikasinya.
28
Dari teori-teori tentang konsep umum semantik dan konsep umum penerjemahan al- Qur’an yang telah Penulis jabarkan di atas, maka akan di jadikan sebagai landasan
analisis pada bab empat.
28
www.kampusislam.com , ditulis oleh: Moch. Syarif Hidyatullah. Diakses pada tanggal 19
februari 2010
BAB III BIOGRAFI KEDUA PENERJEMAH