55
Pengorbanan dan kesabaran tiga figur dan idola ini memberikan suatu gambaran tentang peranan hidup umat manusia sejak jaman lampau hingga hari raya
dan juga untuk masa yang akan datang. Sesungguhnya di dalam kehidupan itu ada cita-cita dan perjuangan.
66
Oleh karena itu, Allah swt memberikan ilham melalui mimpinya sebagai syari’at qurban bagi umat Islam dulu, sampai umat Islam sekarang ini. Sebagaimana
Firman Allah dalam surat As-Shafaat ayat 102-107 yang telah disebutkan di atas. Perintah Allah tertulis di dalam Al-
Qur’an sebagai pedoman hidup dan sunnah Rasulullah saw, sebagai tuntunan dan teladan bagi umat yang beriman, yaitu cara
berpikir hidup, aktivitasnya, sikap dan tingkah laku sesuai dengan pedoman dan petunjuk Al-
Qur’an dan Sunnah. Demikianlah kisah mimpi Nabi Ibrahim As sebagai syari’at qurban yang masih berlaku di zaman sekarang ini.
C. Ayat-Ayat dan Tafsir Mimpi Nabi Ibrahim As
1. Ayat-ayat Mimpi Nabi Ibrahim
Mengenai pembahasan-pembahasan tentang seputar mimpi sampai dengan mimpi
Nabi Ibrahim
untuk mengorbankan
anaknya Ibrahim
as atau
penyembelihannya Isma’iltelah diabadikan”.
67
Firman Allah swt :
66
Ramlan Marjoned, Dinamika kekuatan Islam, Jakarta: Media Dakwah, hal.81
67
Kholilah Narhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, hal.147
56
Artinya: “Maka tatkala anak sampai pada umur sanggup berusaha sama-sama dengan
Ibrahim as . Ibrahim berkata “Hai Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” ia menjawab, “hai Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. insyaAllah kamu akan
mendapatkan termasuk kedalam orang- orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan Anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran dirinya.
Dan K ami panggillah dia “Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu” sesungguhnya demikianlah kami memberi alasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya kini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor kambing sembelihan yang besarQ.S. As-Shafat : 102-107.
68
2. Tafsir Ayat Mimpi Nabi Ibrahim
a. Asbabun Nuzul Ayat
Asbabun nuzul ayat di bawah ini adalah ketika Nabi Ibrahim benyak menyembelih hewan-hewan ternaknya yaitu berupa kambing, sapi, dan sekali potong
atau menyembelih berjumlah 1900 ekor kambing dan sapi yang berjumlah 100
68
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al- Qur’an, 1989, hal.725
57
sampai-sampai malaikat heran dengan Nabi Ibrahim as, dan dari sinilah Ibrahim melontarkan kata-kata berikut:
Kalau sekiranya Tuhan perintahkan kami untuk menyembelih anak, maka kami turuti perintah-Nya. Kemudian zaman berlalu, tiba-tiba Nabi Ibrahim dikaruniai
anak yang bernama Ismail as, ketika itulah Nabi Ibrahim as diminta janjinya oleh Allah swt karena Ibrahim lalai dengan janjinya.
69
1. Penafsiran Kata Sulit
يعسلﺃ ݑعم ﻎّب اﻤّﻓ
maka tatkala Ismail mencapai umur, ia dapat membantu ayahnya untuk berusaha bersama-sama dengan beliau, dalam pekerjaan-pekerjaan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup.
اﻤّسﺃ
kedua-duanya berserah diri dan taat atau tunduk kepada perintah Allah
ݑّﺗ
dia menundukkan wajahnya
ايوﺮلا ﺪﺻ
engkau menepati apa yang diperintah kepadamu
نﻴﺒﻤلا ﺀﻼﺒلا
ujian yang nyata dapat dibedakan mana yang ikhlas dan mana yang tidak
ﺢب ﺬب
dengan seekor binatang yang disembelih Qurban
ݑﻴّع اݏﻛ راب
kami curahkan keberkahan-keberkahan kepada Ibrahim as.
70
2. Penafsiran Secara Global
يعسلﺃ ݑعم ﻎّب اﻤّﻓ
maka setelah sampai anak itu dapat berjalan bersamanya.
71
Keadaan ditonjolkan dalam ayat ini, untuk menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Ibrahim pada anaknya itu Ismail di kala itu berumur 10 sampai 15
tahun, pastilah seorang ayah bangga sekali jika berjalan bersama-sama dengan
69
U ’sman bin Hasan A
h
mad Al-Syakir, Durrotun Nâsih
î
n, Semarang, hal.179
70
Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Semarang: Karya Toha,1993, hal.127
71
Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Pentafsir Al-Quran, 1971, hal.102
58
anaknya. Suatu waktu dibawalah Ismail oleh Nabi Ibrahim as berjalan bersama-sama, dan di tengah jalan
“berkatalah dia Nabi Ibrahim,
72
“sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwasanya aku menyembelih engkau, maka pikirkanlah apa
pendapatmu? ”. Dengan kata yang halus dan mendalam si ayah berkata pada anaknya.
Pada saat itu Nabi Ibrahim berusia lebih dari 90 tahun, dan anak yang dihadapinya adalah anak yang berpuluh tahun lamanya ditunggu-tunggu dan sangat diharapkan.
73
Kemudian Ismail memikirkan mimpi itu dan menyatakan pendapatnya Ismail”, ia
menjawab: “Hai bapakku engkau telah menyerah kepada anak yang mendengar dan
engkau telah meminta kepada anak yang mengabulkan dan engkau telah berhadapan dengan anak yang rela dengan cobaan dan keputusan Allah swt. Maka bapak tinggal
melaksanakan apa saja yang diperintahkan-Nya, sedang kau hanyalah patuh dan tunduk kepada Allah, dan alangkah mengharukan
jawaban “Ismail”, benar-benar terkabul do
’a ayahnya yang telah berdo’a meminta anak yang sabar. Ia percaya bahwa mimpi bapaknya merupakan mimpi benar dari Tuhannya.
74
Firman Allah :
Artinya: “Dan katakanlah hai Muhammad kepada mereka kisah Ismail di dalam Al-
Qur’an sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi.
” Q.S. Maryam : 54.
75
72
Hamka, Tafsir Al-Azhâr, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982,hal.143
73
Al-Jalâlain, Tafsir Jalâlain, Semarang, Juz 1, hal.370
74
Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Semarang: Karya Toha,1993, hal.129
75
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al- Qur’an, 1989, hal.468
59
يعسلﺃ ݑعم ﻎّب اﻤّﻓ
dan setelah keduanya berserah diri benar-benar yakin dan iman, lalu ia menyerahkan dirinya dengan penuh ridho kepada Tuhannya.
“Berbaringlah anak itu, pipinya terletak pada tanah supaya mudah meletakkan pisau di atas lehernya dan mulailah Ibrahim mengalun
gkan pisaunya” menurut riwayat dari Mujahid bahwasanya Nabi Ismail berkata kepada ayahnya janganlah
engkau menyembelihku sedang engkau melihatku”.
76
ﻢﻴﻫﺮبﺀاي ّﺇ ݑݏيﺪﻧو
dan Kami panggill ah dia “Hai Ibrahim sesungguhnya telah engkau
benarkan mimpi itu bahwa sepanjang yang Kami perintahkan kepadamu dalam mimpimu telah engkau benarkan, engkau tidak ragu-ragu bahwa itu memang perintah
Tuhanmu. Maka Allah memberikan pahala yang tinggi di sisi Allah sampai Nabi Ibrahim as
lah yang mendapat sebutan “Kholilullah” orang yang sangat dekat dengan Allah laksana sahabat, kemudian Allah menyebutkan tentang beberapa besarnya
kesabaran Ibrahim dalam mematuhi perintah Tuhannya. Dalam Firman-Nya :
Artinya: “Sesungguhnya ini benar-benar merupakan cobaan besar yang nyata” Q.S.
As-Shafat : 106.
77
Sementara itu, memang banyak beban yang kita tidak ketahui rahasia-rahasia
hikmahnya, namun Allah Maha Tahu tentang segala, karenanya beban-beban itu disyariatkannya tentang Qurban.
76
Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Semarang: Karya Toha,1993, hal.130
77
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur ’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al- Qur’an, 1989, hal.725
60
۷
ﻡﻴﻇع ﺢبﺪب ݑݏيﺪﻓو
“ dan telah Kami tebus dia dengan seekor kambing yang sangat besar” ke atas leher Ismail, maka didatangkanlah seekor domba besar sebagai ganti
dari anak yang nyaris disembelih.
78
Menurut Usman bin Hasan as Sair mengatakan, bahwa pengganti dari penyembelihan Ismail itu diganti dengan seekor kibas yang besar dan yang datang
dari surga dibawa oleh malaikat yaitu kibasnya Khabil sewaktu qurban dan ada pula yang menyatakan bahwa kambing itu datang dari gunung “Khoidil” ini menurut
Hasan Al-Bisri.
79
Dari lukisan ayat Al- Qur’an ini dapat dihayati betapa demokrasinya hidup di
naungan Islam yang bersumberkan Al- Qur’an dan Sunah. Seorang bapak berdialog
dan musyawarah kepada anaknya. Demikian pula jawaban seorang anak, seorang pemuda tak akan membantah perintah Allah melalui bapaknya walaupun akan
disembelih, tanpa ragu-ragu tampil dengan penuh ikhlas menyerahkan diri untuk berkurban dengan mencari kemulyaan dan keridhoan Allah swt.
80
78
Hamka, Tafsir Al-Azhâr, Jakarta: Panjimas, 2000, hal.145
79
U ’sman bin Hasan Al-Syakir, Durotun Nâsih
î
n, Semarang, hal.181
80
Ramlan Marjoned, Dinamika Kekuatan Islam, Jakarta: Media Dakwah, hal.31
62
BAB IV ANALISA TERHADAP MIMPI NABI IBRAHIM AS