Mimpi menurut Al-Quran ( studi historis mimpi nabi Ibrahim As )

(1)

(Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S.Th.I)

Oleh : LIA ANGRAENI

NIM: 106034001240

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As) SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S.Th.I)

Oleh: Lia Angraeni NIM: 106034001240

Pembimbing:

Dr. M. Suryadinata, M.A NIP: 19600908 198903 1005

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Skripsi yang berjudul Mimpi Menurut Al-Qur’an (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin (S.Th.i) pada Program Studi Tafsir Hadis.

Jakarta, 22 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. M. Suryadinata, MA Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA NIP: 19600908 198903 1 005 NIP: 19711003 199903 2 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA Muslih, MA NIP: 19711003 199903 2 001 NIP: 19721024 200312 1 002

Pembimbing

Dr. M. Suryadinata, MA NIP: 19600908 198903 1 005


(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lia Angraeni

NIM : 106034001240

Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 19-Februari-1989

Program Studi : Tafsir Hadits

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul:

“Mimpi Menurut Al-Quran” (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As), adalah karya intelektual saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.

Apabila terdapat kesalahan dan keliruan di dalamnya, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya, dan Dr. M. Suryadinata, MA. sebagai dosen pembimbing tidak bertanggung jawab apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 01-Mei-2011


(5)

Lia Angraeni, Nim: 106034001240. Judul Skripsi “Mimpi Menurut Al

-Quran” (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim AS).

Mimpi senantiasa menjadi topik perhatian yang serius bagi yang melihat dan yang merasakannya. Kalau diperhatikan, Al-Quran tentu akan ditemukan bahwa Allah swt telah mengisahkan di dalamnya berbagai hal tentang mimpi yaitu diantaranya mimpi Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Ismail.

Mimpi bisa jadi isyarat yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya berupa berita gembira ataupun buruk, dan mimpi ada yang bermakna dan ada pula tidak bermakna. Mimpi yang baik berasal dari Allah, yang merupakan sejenis wahyu yang datang kepada seorang yang baik dan dapat member kabar baik dan peringatan.

Syariat Islam khususnya dalam menyikapi mimpi telah membedakan tingkatan orang yang bermimpi. Sejak pertama kali diturunkannya syariat Islam, memandang bahwa: semua orang sama tingkatannya kecuali taqwanya. Bahwa mimpi ada yang baik dan ada pula mimpi buruk bahkan ada mimpi-mimpi kosong. Mimpi yang baik merupakan (Busyra) dari Allah swt. Sedangkan mimpi buruk dari syaitan, mimpi kosong hanya bisikan jiwa kecuali mimpi para Nabi. Mimpi para Nabi merupakan wahyu dan sebagai dasar syariat hukum untuk umat. Seperti Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya (Qurban).

Dari latar belakang di atas dapat disusun perumusan masalahnya sebagai berikut: 1) Apakah mimpi dapat dijadikan dasar hukum?

2) Bagaimanakah mimpi menurut Al-Quran? dan

3) Bagaimanakah mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui mimpi dapat dijadikan dasar hukum, atau tidak?, 2) Untuk mengetahui klasikfikasi mimpi menurut Al-Quran, dan 3) Untuk mengetahui mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran.


(6)

وي سحإب ع ت مو هب حصأو هلا ى عو د حم ديس ى ع اسلاو اصلا و ي علا ر ه د حلا يدلا دعب مأ .

Tiada kata yang pantas terucap selain pujian dan rasa syukur kehadirat Allah swt, atas izin, rahmat, hidayah serta karunian-Nya, sehingga penulis diberikan jalan kemudahan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam, semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, seorang Nabi pembawa perubahan, Sang revolusioner dalam segala aspek kehidupan dan rahmat sekalian alam dan seorang teladan yang sempurna hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul: Mimpi Menurut Al-Qur’an (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As), merupakan karya ilmiah Penulis sebagai perjalanan akhir setelah sekian tahun menuntut ilmu di bangku perkuliahan guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Fakultas Ushuluddin pada Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menemukan banyak kesulitan yang menghambat penyelesaian skripsi ini. Namun, berkat do’a, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


(7)

Kamal, M.A, beserta para Pembantu Dekan.

2. Dr. Bustamin, M.Si Ketua Jurusan Tafsir-Hadis, dan Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.ag Sekretaris jurusan Tafsir-Hadis.

3. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Keluarga besar penulis di Tangerang: Ayahanda M. Sanata dan Ibunda Kusmiati tercinta yang telah memberikan pengorbanan dan dorongan yang tidak terhingga kepada penulis dalam mengarungi perjalanan hidup baik dorongan moril maupun dorongan materil.

5. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga penulis mendapatkan imu yang bermanfaat.

6. Sahabat-sahabat penulis yang terkasih, Kakak Lukman, Azma, Falah, Ella, Ida, dan Teman-temanku yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, penulis banyak menghabiskan waktu dengan mereka yang tidak dapat terlupakan I Love U All, dan seluruh mahasiswa dan mahasisiwi Tafsir-Hadis angkatan 2006/2007 TH A dan TH B.

Akhirnya penulispun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah berupaya menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, penulis


(8)

balasan yang lebih baik dari semua pihak pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin menyampaikan harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat bagi segenap pembaca, dan semoga setiap bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Allah swt, karena hanya pada Allah jugalah penulis memohon, semoga jasa baik yang kalian sumbangkan menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah swt. Amin ya Rabb.

Jakarta, 01-Mei-2011


(9)

Padanan Askara

Berikut adalah daftar askara Arab dan padanannya dalam askara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ﺏ b be

ت t te

ث ts te dan es

ج j je

ح h h dengan garis bawah

خ kh ka dan ha

د d de

ذ dz de dan zet

ر r er

ز z zet

س s es

ش sy es dan ye

ص s es dengan garis bawah

ض d de dengan garis bawah

ﻁ t te dengan garis di bawah

ظ z zet dengan garis di bawah


(10)

ف f ef

ق q ki

ك k ka

ل l el

ﻡ m em

ّ n en

و w we

ﻫ h ha

ء ' apostrof

ي y ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebai beerikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

___

___ a fathah

______ i kasrah

___


(11)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي__َ__ ai a dan i

__َ __

و au a dan u

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اَــ â a dengan topi di atas

يــ î i dengan topi di atas

وـــ û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu


(12)

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secara lisan berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih aksara

1 قيرط tarîqah

2 يماسإا عم جلا al-jâmî ah al-islâmiyyah


(13)

Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.


(14)

Abstrak………. i

Kata Pengantar……… ii

Transliterisasi………... v

Daftar Isi……… x

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Pembatasa dan Perumusan Masalah……….. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 5

D. Metodologi Penelitian……… 6

E. Tinjauan Pustaka……… 8

F. Sistematika Penulisan………. 10

Bab II: SEKILAS TENTANG MIMPI A. Pengertian Mimpi……… 12

B. Makna Mimpi dalam Al-Quran……….. 13

C. Macam-Macam Mimpi……… 20

1. Al-Ru’yah Al-Nafsiyah………... 21

2. Al-Ru’yah As-Syaitan………. 22

3. Al-Ru’yah As-Sholihah……… 23

D. Hakikat Mimpi………. 24


(15)

A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim As………. 32 B. Mimpi Nabi Ibrahim Dalam Al-Quran……… 46 C. Ayat-Ayat dan Tafsir Mimpi Nabi Ibrahim As……….. 56 BAB IV: ANALISA TERHADAP MIMPI NABI IBRAHIM AS

A. Mimpi Nabi Ibrahim Sebagai Dasar Hukum………... 62 B. Hubungan Antara Mimpi Nabi Ibrahim Dengan Realitas Sosial…. 65 C. Pendapat Para Ulama Tentang Mimpi………. 70 BAB V: Penutup

A. Kesimpulan……….. 74

B. Saran……… 75


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kisah tentang umat Islam yang merupakan bagian dari isi Al-Qur’an yang esensial dari segi proporsi, kisah menempati bagian terbanyak dalam keseluruhan kitab suci. Kisah- kisah itu diturunkan sebagai media penyampaian pesan kepada umat manusia tentang usaha terus menerus meningkatkan harkat martabat manusia sebagai puncak ciptaan Ilahi.1 Beribadah kepada Allah adalah esensi dari ajaran para Nabi dan Rasul oleh karena itu Allah dalam kitabnya Al-Qur’an telah mengisahkan di dalamnya berbagai hal tentang mimpi baik tentang kisah mimpi Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, atau Nabi Muhammad saw. Mimpi merupakan aktifitas fikiran yang dalam keadaan sadar disebut imajinasi, sebagai imajinasi yang jika dikendalikan oleh kehendak akan menjadi suatu fikiran, maka mimpi yang diarahkan akan menjadi mimpi yang nyata, memang benar bahwa kehendak akan kehilangan kontrol pada saat manusia tidur, tetapi jika diteliti secara mendalam tentang seluruh sifat dan cara kerjanya, mimpi biasanya di bawah pengaruh kebiasaan.2

Perwujudan mimpi itu sendiri, adakalanya berupa bisikan jiwa yang masuk ke dalam hati atau kondisi-kondisi rohani yang tergambar dalam imajinasi. Hal ini karena seluruh perasaan tidak tenggelam pada saat manusia tidur, sehingga orang

1

Nurcholish Majid, Islam Agama Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2000), Cet. Ke-2, hal.45

2

Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), Cet. Ke-1, hal.214


(17)

menduga seakan-akan ia dalam keadaan terjaga dan mampu melihat dengan sebenarnya padahal itu semua merupakan proyeksi atau gambaran yang tertanam di hati manusia. Ketika rasa fisik terasa hilang dari mereka, yang tertinggal adalah objek-objek imajinasi yang diketahui melalui rasa dan bersifat langsung. Kondisi seperti ini sedemikian menguat di benak pemiliknya.3

Pada saat terjaga kondisi tersebut melemah karena didominasi oleh kondisi-kondisi indrawi yang ada dalam kenyataan, serta munculnya pengetahuan langsung, seperti orang yang disinari oleh lampu di tempat yang gelap gulita. Saat orang yang tidur terjaga ia akan ingat apa yang tergambar di dalam tidurnya termasuk hal-hal atau peristiwa yang datang dalam hati pada saat tidur.

Mimpi merupakan keseharian bagi manusia, setiap hari manusia pasti tidur dan dalam tidur itulah mimpi hadir tanpa didasari. Mimpi merupakan kawan dekat manusia, yang setiap hari datang dalam kehidupan manusia baik diinginkan maupun tidak diinginkan, terkadang mimpi itu indah terkadang biasa, tetapi tidak jarang pula mimpi buruk yang hadir dalam tidur bisa menolak kehadiran atau menggantinya sesuai dengan keinginan.

Hal-hal yang datang dalam mimpi seseorang, terkadang dari syaitan dan terkadang juga bukan. Mimpi itu ada yang bermakna dan ada juga yang hanya sekedar bunga tidur saja, namun pada dasarnya mimpi itu datang dari Allah swt, dan

3Usman Sya’roni,


(18)

adapun mimpi yang mengandung makna syariat adalah mimpi Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Ismail (Qurban).

Sebagaiman Firman Allah swt:

































































Artinya:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"(Q.S As-Shaffat:102).4

Di dalam Al-Quran kisah mimpi Nabi Ibrahim dan Ismail (anaknya), disebutkan dalam surat As-Sofat ayat: 100-107 “sehingga Allah syariatkan melalui mimpi Nabi Ibrahim as yaitu Ibadah Qurban” 5 sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada penciptanya (Allah swt).

Kisah mimpi Nabi Ibrahim tersebut mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Karena mimpi Nabi Ibrahim senantiasa mengiringi langkah-langkah perjalanan hidup manusia sehingga dapat melahirkan amal-amal kebajikan dan pemahaman yang baik pada Tuhannya. Kitab-kitab suci diturunkan dan menjadi

4

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

5


(19)

tulang punggung syariat, juga menjadi tolak ukur ditegakkannya ajaran Nabi dan Rasul.

Jadi kisah mimpi Nabi Ibrahim mempunyai kedudukan yang agung dan tinggi diantara sekian banyak mimpi ia memiliki aturan-aturan dan syariat-syariat beribadah qurban bagi umat manusia mulai dari Nabi Ibrahim as sampai dengan umat Nabi Muhammad sekarang ini yang pelaksanaanya dilaksanakan pada hari raya Idul Adha, hal ini merupakan inti dari kisah mimpi Nabi Ibrahim sebagai bapak dari para Nabi dan Rasul.

Dari sekian banyak kisah mimpi, baik itu mimpi Nabi Yusuf, Nabi Muhammad, tetapi hanya mimpi Nabi Ibrahim yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Di samping studi ini belum ada yang menyentuhnya sehingga menarik untuk dikaji dan ditelaah secara mendalam terutama kisah mimpi Nabi Ibrahim dan penyembelihannya.6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dapat dibahas secara komprehensip dan lebih terarah, maka penulis membatasi tulisan ini hanya sekitar mimpi, dan bagaimana mimpi nabi Ibrahim as dalam Al-Qur’an dibanding mimpi-mimpi para nabi yang lainnya.

6


(20)

Dalam Al-Qur’an dikisahkan berbagai hal tentang mimpi, baik mimpi Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Muhammad, dan mimpi para Nabi lainnya, akan tetapi dalam tulisan ini penulis hanya mengisahkan tentang mimpi Nabi Ibrahim yang menyembelih anaknya. Dalam Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat tentang mimpi, tetapi penulis hanya membatasi pada empat ayat saja, yaitu: (Q.S. As-Shafat:102-107), (Q.S. Al-Anbiya: 51), (Q.S. Al-Isra: 60),dan (Q.S Al-Fath: 27), dari ayat-ayat tersebut, penulis mencoba memberikan gambaran tentang mimpi para Nabi khususnya mimpi Nabi Ibrahim as.

2. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam tulisan ini, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan di bahas dengan membuat pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran?

2. Apakah mimpi dapat di jadikan Dasar Hukum atau tidak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami secara mendalam tentang mimpi Nabi Ibrahim As dalam Al-Quran.


(21)

2. Untuk mengetahui lebih jelas mimpi dapat dijadikan dasar hukum atau tidak.

Manfaat dari kisah Mimpi Nabi Ibrahim yaitu adalah sebagai syariat bagi umat Islam, juga merupakan syariat yang abadi dalam kehidupan manusia yang beriman serta agar meningkatkan dan mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Ibadah qurban itu benar akan memberikan manfaat kepada orang yang melaksanakannya sepanjang ia tahu syariat-syariatnya. Sebab berkorban tanpa Ilmu, maka amal ibadahnya tidak diterima Allah. Ibadah yang agung ini “ melahirkan komitmen yang ikhlas dan menetapkannya dalam kalbunya. Dengan melaksanakan ibadah qurban yang disyariatkan Nabi Ibrahim as tersebut, berarti mengakui bahwa yang harus diteladani adalah Nabi Muhammad sebagai penutup semua Risalah, dan Allahlah yang kuasa yang menciptakan Alam semesta ini di samping mengakui pada utusannya termasuk pada Nabi Ibrahim as, juga pada Nabi Muhammad saw sebagai akhir Nabi dan Rasul.

D. Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang ilmiah dan akurat tentang penulisan skripsi ini, sangat tergantung pada sejauh mana cara penulis memperoleh pengumpulan data yang berkualitas pada skripsi ini, dan dalam penulisan skripsi ini langkah-langkah penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:


(22)

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui metode kepustakaan, baik dengan cara membaca, memahami, dan menganalisa buku-buku serta literatur yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis buat.

Sebagai bahan primer, penulis mengambil data dari buku karangan

“Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri (Ensiklopedia Arti Mimpi), Ahmad bin Sulaiman

Al-Uraini (Petunjuk Nabi Tentang Mimpi), dan Yadi Purwanto (Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam)”. Sedangkan sebagai data sekunder diambil dari berbagai sumber yang berkaitan dengan tulisan ini.

2. Metode Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan tafsir, dengan

menggunakan suatu kajian Qur’ani yaitu metode deskriptif analisis. Metode deskriptif

digunakan untuk menjelaskan segala hal tentang mimpi. Metode analisis adalah menguraikan masalah dengan menampilkan penafsiran ayat-ayat dalam beberapa surat yang berhubungan dengan masalah, menjelaskan pendapat para ahli, kemudian dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.

Untuk mengolah dan menganalisa data yang telah terkumpul, penulis juga menggunakan beberapa metode sebaga berikut:


(23)

a. Metode Induktif, yaitu metode dengan cara menganalisa suatu permasalahan dengan bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

b. Metode Deduktif, yaitu menganalisa masalah dengan bertitik tolak dari hal yang bersifat khusus untuk selanjutnya menarik kesimpulan yang bersifat umum.

Dalam penulisan ayat-ayat Al-Quran penulis berpedoman pada Al-Quran dan terjemahannya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, dan dalam penulisan Hadis-hadis Nabi saw, tergantung pada rujukan yang penulis ambil, baik buku aslinya maupun buku terjemahannya, apabila tidak ditemukan rujukan aslinya, maka penulis menggunakan buku yang tersedia.

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Petunjuk Penulisan

Skripsi, Tesis, dan Disertasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta”.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ushuluddin maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain dari buku-buku yang jadi rujukan utama, data-data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada mimpi Nabi Ibrahim as. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat ini hanya menemukan, yaitu:


(24)

Buku Karya Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri (Ensiklopedia Arti Mimpi), yang ditulis oleh seorang salih yang amat termasyhur dan terhormat, seorang ulama besar dan sufi agung. Meski buku ini memandang mimpi dan arti pentingnya dari sudut pandang Islam, namun kebenaran yang menjadi landasannya dan yang disingkapkannya telah diakui sejak dahulu oleh agama-agama besar dunia dan terkemuka dalam khazanah Islam. Dalam buku ini membahas secara umum tentang mimpi, kekayaan sinonim dan atribut yang digunakan dalam buku ini sepenuhnya berasal dari tradisi yang kaya dan struktur sosial yang rumit, buku ini di susun dalam bentuk ensiklopedia takwil mimpi dengan sistem indeks, dan kurang memandang dari segi spesipik psikologi manusia.7 Sedangkan perbedaan penelitian yang penulis lakukan, hanya membahas tentang mimpi nabi Ibrahim as dengan metode pendekatan tafsir, dan bagaimana pandangan menurut psikolog, namun tidak mencantumkan tentang pengertian takwil mimpi.

Buku karya Yadi Purwanto (Memahami Mimpi Persepektif Psikologi Islam). Dalam buku ini lebih kepada pembahasan tentang kesehatan (psikolog) manusia, dan metode yang digunakan yaitu menurut James P. Caplin. Menurutnya, mimpi adalah deretan tamsil dan ide yang kurang lebih saling bertalian dan berlangsung selama tidur, atau selama orang dikuasai obat bius, atau seseorang berada dalam situasi

7

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008).


(25)

terhipnotis8. Tetapi menurut pembahasan penulis, pengertian mimpi dalam tulisan ini adalah mimpi yang berlangsung selama seseorang tidur.

Buku karya Ahmad bin Sulaiman Al-Uraini (Petunjuk Nabi tentang Mimpi), buku ini disajikan dalam bentuk pembahasan singkat namun padat. Hampir semua dimensi pembahasan mimpi telah dirangkum dalam buku ini dengan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasul yang shahih.9 Perbedaan yang penulis lakukan dalam tulisan ini yaitu penulis mengartikan mimpi lebih kepada pendekatan

tafsir, dengan menggunakan suatu kajian Qur’ani.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, dan untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

8

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003).

9

Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul Falah,1416H).


(26)

Bab II Sekilas Tentang Mimpi, dalam bab ini menjelaskan tentang pengertian mimpi, kemudian macam-macam mimpi, hakikat mimpi, dan bagaimana mimpi menurut psikolog.

Bab III Ayat-Ayat Mimpi Nabi Ibrahim As, dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana sejarah hidup Nabi Ibrahim as, kemudian tentang makna mimpi dalam Al-Quran, dan penjelasan tentang ayat-ayat dan tafsir mimpi Nabi Ibrahim as.

Bab IV Analisa Terhadap Mimpi Nabi Ibrahim As, dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran, apakah mimpi nabi Ibrahim dapat dijadikan sebagai dasar hukum atau tidak?, kemudian bagaimana hubungan antara mimpi Nabi Ibrahim dengan realitas sosial, dan pendapat para Ulama tentang mimpi.

Bab V Penutup, bab ini mencakup pembahasan tentang kesimpulan dan saran-saran yang terkait masalah pembahasan tentang mimpi.


(27)

BAB II

SEKILAS TENTANG MIMPI A. Pengertian Mimpi

Mimpi dalam kamus lengkap bahasa Indonesia yaitu angan-angan yang terjadi saat tidur1, dan dari bahasa Arab yang asal katanya yaitu (

ةيْؤر اًيْءر ىري ىأر

) yang

berarti “Melihat” Ru’ya atau Hulm, meskipun tidak selalu tepat biasanya kata Ru’ya

lebih banyak digunakan untuk mimpi yang baik, sedangkan kata Hulm digunakan untuk mimpi yang buruk disebut (

ماْحأ ثاغضأ

) 2, sedangkan kata mimpi menurut

istilah ialah “ungkapan tentang sesuatu yang dilihat oleh seseorang yang tidur di

dalam tidurnya, akan tetapi kata Ru’ya lebih sering digunakan dengan mimpi baik”, mimpi juga sesuatu yang terjadi dalam proses tidur disebut ( ).

Sedangkan dalam bahasa inggris kata “mimpi” dinisbatkan dengan “Dream“.

Sedangkan kata “mimpi” sering dikaitkan dengan Visi, wujud sesuatu yang belum

jelas nyata atau masih sesuatu yang masih diidealkan. Impian dikenal dengan arti yang lain sebagai Vision3 (Visi, cita-cita) atau Wish artinya sesuatu yang baik atau bernilai yang ada di dalam pikiran seseorang, baik itu hasil mimpi selama tidur ataupun dalam keadaan terjaga.

1

Abdul Muis, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Jakarta: Gali Ilmu, 2000) hal. 209

2

Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.496

3


(28)

Mimpi adalah suara-suara dari alam bawah sadar kolektif kita, pemberi peringatan tentang adanya gangguan batin dalam jiwa seseorang, pembawa kabar gembira tentang kebaikan yang akan tiba, atau gema-gema dari kenangan indah atau sedih yang telah lama terpendam.4

Mimpi merupakan sesuatu yang teramat penting dimiliki oleh setiap orang, baik secara individu maupun kolektif di dalam kehidupan melalui visi seseorang atau sekelompok orang menjadi lebih terencana, terarah, dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya.

Secara umum pengertian mimpi, menurut James P. Caplin (1990) adalah deretan tamsil dan ide yang kurang lebih saling bertalian dan berlangsung selama tidur, atau selama orang dikuasai obat bius, atau seseorang berada dalam situasi terhipnotis5. Untuk membatasi bahasan, maka pengertian mimpi dalam tulisan ini adalah mimpi yang berlangsung selama seseorang tidur.

B. Makna Mimpi Dalam Al-Qur’an

Sejak dahulu hingga kini, mimpi senantiasa menjadi topik perhatian yang serius bagi yang melihat dan merasakannya. Kalau diperhatikan dalam al-Qur’an, tentu akan ditemukan bahwa Allah swt telah mengisahkannya di dalam al-Qur’an

4 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri

, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008)

5


(29)

dengan berbagai hal tentang mimpi, seakan-akan Allah swt mengiringi umat manusia untuk mencurahkan perhatiannya terhadap mimpi.6

Mimpi yang pada dasarnya menurut al-Qur’an dibagi menjadi tiga bagian mimpi.

1. Ahlam (

ﻡّﺤا

) yaitu mimpi-yang tidak benar atau kosong.

2. Adghos (

܁اﻐضا

) yaitu mimpi yang bercampur dengan ahlam (kacau balau).

3. Ru’yah (

ﻩاﻴﺆﺮ

) yaitu mimpi yang benar-benar dari Allah swt.7

Dalam surat yang lain menerangkan tentang ru’yah itu benar sebagai mimpi yang

benar. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:



















Artinya:

“Mereka menjawab (itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan Kami sama

sekali tidak tahu mena’birkan mimpi itu” (Q.S. Yusuf: 44).8













Artinya:

“Sesungguhnya Allah membenarkan mimpi Rasul-Nya” (Q.S. Al-Fath: 27).9

6

Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.175

7Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini,

Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul

Falah,1416H), hal.182

8

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.355

9

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan


(30)

Berdasarkan nash-nash di atas, jelaslah bahwa mimpi tidak selalu dalam satu garis. Ia tergantung kepada siapa yang mengalami mimpi, para ulama menyimpulkan dari nash-nash itu bahwa: mimpi itu ada tiga macam : mimpi Nabi, mimpi orang yang shaleh dan selain golongan dua ini.10

Selanjutnya ru’yah yang benar atau mimpi yang benar dibagi menjadi empat macam,

yaitu:

1. Ar-ru’yah al-Sadiqoh

Ar’ru’yah al-Sadiqoh adalah mimpi yang benar-benar kenyataan, dan ini

merupakan sebagian dari wahyu dan kenabian, seperti yang telah dinyatakan dalam firman-Nya Allah swt surat al-Fath ayat 27 yang berbunyi:



























































Artinya:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang

kebenaran mimpinya dengan sebenar-benarnya. Yaitu bahwa kami pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dengan keadaan aman dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkan kamu tidak merasa takut. Maka Allah

10

Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul Falah, 1416H), hal.58


(31)

mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya dan Dia memberikan itu sebelum

kemenangan yang dekat”. (Q.S. al-Fath: 27).11

Adapun mimpi yang benar ini terbagi menjadi dua bagian:

a. Mimpi yang jelas dengan lafadz yang jelas dan tidak memerlukan penafsiran atau takwil, seperti mimpi Rasulullah saw.

b. Mimpi yang masih samar-samar, yang di dalamnya terkandung hikmah walaupun mimpi ini masih memerlukan penafsiran, seperti mimpi Nabi Yusuf.

2. Ar-Ru’yah al-Salihah

Ar-Ru’yah al-Salihah adalah mimpi yang baik yang merupakan berita gembira

yang dibawa oleh malaikat dari Allah swt.

3. Ar-Ru’yah Hatifah al-Marmuzah

Ar-Ru’yah Hatifah al-Marmuzah adalah mimpi berupa bisikan dan berbentuk

simbolik, mimpi ini diberikan Allah untuk menjelaskan suatu persoalan atau kesulitan

11

Selang beberapa lama sebelum terjadi “perdamaian Hudaibiyah” Nabi Muhammad saw bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota mekkah dan Masjidil Haramdalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti, kemudian berita ini bersinar dikalangan kaum muslimin, orang-orang munafik, orang-orangorang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekkah, maka orang-orang munafik memperolok-olok Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan Beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang.


(32)

yang dihadapi oleh seseorang di dalam kehidupan sehari-hari, akibat tidak ada suatu bentuk penyelesaian.12

4. Ar-Ru’yah al-Muhaziroh

Ar-Ru’yah al-Muhaziroh adalah mimpi sebagai peringatan. Mimpi ini dibawa

malaikat sebagai peringatan yang akan terjadinya bahaya serta mengancam orang-orang yang bermimpi. Biasanya mimpi ini dikuatkan dengan syahid, yaitu indikasi atau keterangan yang datang bersama mimpi tersebut yang juga berfungsi sebagai pertimbangan-pertimbangan ta’wilnya. Hal ini disebutkan oleh Allah swt dalam surat Yusuf ayat 43 tentang mimpi Raja Mesir.13

Sebagaimana Firman Allah :















.

Artinya:

“Dan Al-Malik (Raja Mesir) berkata, sesungguhnya Aku bermimpi melihat

tujuh ekor sapi gemuk memakan tujuh ekor sapi kurus” (Q.S. Yusuf: 43).14

12Usman Sya’roni,

Otentisitas Hadits, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2002), hal.64

13Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini,

Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Darul Falah;

Jakarta,1416H), hal.182

14

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan


(33)

Yang dimaksud dengan tujuh ekor sapi gemuk adalah musim subur dan makmur. Sedangkan tujuh ekor sapi yang kurus adalah musim kemarau dan kelaparan.15

Di antara rahmat Allah terhadap hamba-Nya adalah, di antaranya mensyariatkan beberapa perkara ketika melihat mimpi, baik yang mereka sukai maupun yang tidak mereka sukai. Hal-hal yang di syari’atkan bila orang bermimpi yang baik :

1. Bertahmid (memuji) kepada Allah setelah mendapat mimpi yang baik 2. Menceritakan dan membicarakannya dengan orang-orang yang disukai15 3. Tidak mengisahkannya kecuali kepada orang yang berakal, mempunyai

hikmah, ilmu dan nasihat.

Dari macam-macam bagian mimpi tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

Adghâts adalah bentuk jamak dari lafadh daghats yaitu mimpi yang bercampur dengan ahlam (yang bercampur baur), dan tidak ada takwilnya. Sedangkan ahlam adalah bentuk jamak dari hulm yaitu mimpi yang tidak benar.

Dari sini jelaslah bahwa ahlam adalah mimpi-mimpi yang bercampur aduk dan dusta, tidak ada artinya, serta tidak ada hakikatnya, dan biasanya hulm terjadi

15

Syaikh Usamah Al-Alawi, Hukum Mimpi Menurut Al-Quran dan Hadist, (Jakarta: Mustaqim,2003), hal.46


(34)

karena gangguan syaitan terhadap seorang manusia. Apalagi syaitan mempunyai tipu daya yang menyusahkan Bani Adam.16

Adapun cara-cara mengantisipasi atau cara menanggulangi terjadinya mimpi-mimpi buruk agar tidak terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :17

1. Berlindung kepada Allah (dari gangguan syaitan)

Dalilnya adalah hadits Abu Qatadah.

اﻫﺮܞا نﻤ ﺬوعّﻴّو ﻢﻛ ﺪﺤا ݖﺃﺮ اﺬاﻓ ّاﻄﻴܟلا نﻤ ﻢّﺤّاو

Artinya:

“Dan mimpi burukku itu dari syaitan, barang siapa mimpi sesuatu yang tidak disukainya maka memohon perlindungannya.”

2. Meludah tiga kali ke arah kiri

Dalilnya adalah hadits Abu Qatadah.

ا܂ﻼ܂ ﻩﺮاسي ّع ܽﺻﺒيّو

“Lalu meludah ke arah kirinya 3x” (H.R. Muslim, Sharah An_NAwawi).

3. Yakin bahwa hal itu tidak akan membahayakan

Dalam hadits Nabi juga disebutkan, riwayat dari Abi Qatadah sebagai berikut :

16

Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.183

17


(35)

ۺﺪاّق ݗﺒا ّع

،

اذاﻓ ّاﻄيܞّاّﻤ ﻡّﺤّاو هّﻤ ايؤﺮّا ﻞوﻘي ﻢعّﺻ يﺒﻧّا ۽عﻤس ﻞاق

܁ܻݏيّﻓ ݑﻫﺮﻛي ۫يܞ ﻢ݃ﺪﺤا ݖﺃﺮ

اݓݏﺈﻓ اﻫﺮܟاّﻤ ﺬوعّﻴّو تاﺮﻤ ܁ﻼ܂ اضﻘﻴّسي نيﺤ

ﻩﺮضّݢ

﴿

ݖﺮاﺧﺒّا ݑﺤﺮﺤا

:

۷٦

ﺏاﻁلا ﺏاﺗﻛ

:

٣٩

-

ﺔيق ﺮّاﺮﻓ ثܻݏّا ﺏاب

)

Artinya:

“Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi burukku itu dari syaitan, barang siapa

mimpi sesuatu yang tidak disukainya ia meludah kesebelah kirinya 3x dna memohon perlindungannya dari syaitan, maka mimpi itu tidak akan membahayakannya (H.R.

Bukhori dan Muslim)”.18

C. Macam-Macam Mimpi

Sunnah Nabi telah merinci mimpi dalam hadist, banyak dijelaskan tentang mimpi, Imam Bukhori dalam kitab shahihnya bahkan membahas dalam satu Bab

khusus yang diberi nama Bab “Ta’bir” dengan menyebut 99 hadis yang semuanya

disepakati oleh Imam Muslim kecuali beberapa hadis saja. Imam Bukhori juga menyebutkan 10 hadis dari sahabat dan Tabi’in, hal itu dijelaskan oleh Muhammad Fuad Abdul Baki dalam kitabnya, Al-Lu’lu wal Marjan pada Bab Ru’yah.

Berikut ini yang termasuk dalam hadis-hadis tersebut seperti hadis Abu Qotadah:

اَذﺈَﻓ ّاَﻄﻴڰܟلا َنم َﻢڰّﺤلاَو ها َنم اَيؤڱﺮلا لوﻘَي َﻢڰَّسَو ݑﻴََّع ها ݗڰَّﺻ ڰيﺒڰݏلا ۽عﻤَس َلاَق َۺَداََّق ݗبَﺃ نَع

ﻩڱﺮضَﺗ َݢ اَݓڰﻧﺈَﻓ اَﻫﺮَܞَﺃ نم ذڱوَعََّﻴلَو تاڰﺮَم َثَﻼَ܂ اَضﻘﻴَّسَي َنﻴح ܁َܻݏَﻴَّﻓ ݑَﻫَﺮ݃ي اًئﻴَܞ ﻢﻛﺪَحَﺃ ݖَﺃَر

(

ﻢّسمو ݖراخﺒلا ﻩاور

)

.

18 Muhammad Fuad Abdul Baki,


(36)

Artinya:

“Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi buruk itu dari syaitan, barang siapa

mimpi sesuatu yang tidak disukainya hendaknya ia meludah ke sebelah kirinya 3x dan memohon perlindungannya dari syaitan, maka mimpi itu tidak akan

membahayakan” (Hr. Bukhori dan Muslim).19

Dalam Hadis lain Rasulullah SAW bersabda:

اَݓب ثَﺪﺤي اڰﻤم اَيؤڱﺮلاَو ّاَﻄﻴڰܟلا نيزﺤَﺗ نم اَيؤﺮلاَو ها َنم َݖﺮܟب ﺔَﺤلاڰّلا اَيؤڱﺮلاَﻓ ﺔَ܂َﻼَ܂ اَيؤڱﺮلا

ݑَسَܻﻧ ﻞجڰﺮلا

.

Artinya:

“Mimpi itu ada tiga macam: Mimpi yang baik adalah kabar gembira dari

Allah, mimpi yang membuat sedih datang dari syaitan dan mimpi yang berasal dari

bisikan dirinya”.20

Berdasarkan hadis tersebut para ulama membagi mimpi menjadi 3 macam jenis mimpi:

1. Al-Ru’yah Al-Nafsiah ( )

“Ar-Ru’yah Al-Nafsiah adalah mimpi yang merupakan pengaruh kecemasan

atau pengaruh bisikan jiwa atau hawa nafsu. mimpi nafsiah juga disebut ilusi

19 Muhammad Fuad Abdul Baki,

Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Juz 2, hal.857

20

Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Juz 2, hal.858


(37)

sedangkan mimpi ilusi ialah mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan atau hayalan seorang”.21 Peristiwa yang terjadi bisa berupa:

Emperesial Frame yaitu mimpi yang merupakan rekaman peristiwa sehari-sehari.

Contruktive Frame yaitu mimpi yang berupa simbol dan cerita yang dialami. Creative Frame yaitu mimpi yang berupa rangkaian dan simbol yang sama

sekali baru (baru terjadi).

Pada mimpi demikian, biasanya hanya “Bunga Tidur” saja yang mungkin

memang tak bermakna atau mimpi yang mereflesikan kebutuhan-kebutuhan, dorongan-dorongan dan rekaman-rekaman yang biasa terjadi.22

2. Al-Ru’yah As-Syaitan ( )

Al-Ru’yah Syaitan adalah mimpi yang merupakan campur tangan syaitan,

syaitan mempengaruhi tidur seseorang akibat dorongan atau kegelisahan jiwa. Mimpi jenis kedua ini berkonotasi penipuan, kelicikan, kecemburuan, atau ketakutan, menimbulkan rasa sakit, menyampaikan bisikan rahasia yang tak boleh didengarnya, keterlibatan dalam percakapan yang bersifat duniawi, panggilan pikiran dan nafsu diri, atau imajinasi, atau terjadi setelah makan banyak yang terlambat atau bahkan

21

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003), hal.240

22


(38)

karena tidur dalam keadaan lapar, dan sebagainya. Jenis mimpi inilah yang berasal dari setan.

Rasulullah saw. berkata, “Seiring dengan semakin dekatnya hari akhir dunia

ini, mimpi-mimpi akan menjadi kacau. Mimpi yang paling benar adalah mimpi orang-orang salih. Jadi, jika seseorang melihat mimpi yang tidak disukainya, maka ia tidak boleh menuturkannya pada orang lain, dan ia harus segera meninggalkan tempat tidurnya untuk menunaikan shalat. “Beliau juga berkata, “Tali yang terbaik adalah

keteguhan dalam beragama.”23

3. Ar-Ru’yah Sholihah ( )

Ar-Ru’yah Sholihah adalah mimpi Rohani atau mimpi yang berasal dari Allah

swt24 yang merupakan sejenis wahyu yang datang kepada seorang yang baik dan dapat memberi kabar baik atau peringatan. Mimpi-mimpi seperti itu juga membuat hati seseorang merenungkan perbuatan-perbuatannya dan menjadikannya sadar akan kelalaiannya. Di lain pihak, mimpi itu dapat pula menjadi teguran atas perbuatan jelek yang dilakukannya, atau sebuah tindakan yang secara keliru diduganya sebagai kebaikan. Mimpi sholihah juga merupakan mimpi kabar gembira (Busyra) yang hakekatnya dari Allah swt, sebagai pemegang Ruh orang tidur. Mimpi dari Allah ada dua bentuk:

23

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), hal.xx

24


(39)

 Sebagai kabar gembira atas perbuatan atau peristiwa yang lalu, atau sesuatu yang akan datang.

 Sebagai kabar pembenaran dengan keseharian.25

Sebagai akibat dari mimpi-mimpi ini, orang dapat terbangun dalam keadaan bahagia atau ketakutan. Sebagian mimpi dapat mengakibatkan kegembiraan, sementara sebagian lainnya menimbulkan kengerian (ketakutan). Dalam kenyataannya, kelemahan manusia disebabkan oleh tindakan tidak sengaja seperti pelanggaran atas hal-hal yang disebut “Pribadi”. Setiap mimpi mengandung makna yang berkaitan dengan karakter, tindakan, pikiran, niat, harapan, sifat, kenalan, urusan dan lingkungan seseorang. Namun, ada juga kemungkinan seseorang terjaga dalam keadaan ketakutan akibat mimpinya, meski mimpi itu memberi tanda kebahagiaan dan kebaikan, atau terjaga dalam keadaan bahagia, meski mimpinya mengandung arti nasib buruk dan kemalangan26.

D. Hakikat Mimpi

Setiap mimpi mengandung kemungkinan benar dan kemungkinan salah, hanya mimpi para Nabi yang terbebas dari kesalahan, karena mimpi para Nabi merupakan wahyu, sehingga bebas dari kesalahan dan godaan syetan ataupun pikiran diri sendiri yang muncul saat manusia tidur.

25

U’sman Sya’roni, Otentisitas Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hal.62

26 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri,

Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,


(40)

Keimanan Nabi Ibrahim as. pernah diuji melalui sebuah mimpi, beliau melihat

dirinya mengorbankan putranya sendiri: Dia berkata, “Wahai anakku! Kulihat dalam

mimpiku, bahwa aku menyembelihmu sebagai korban” (Q.S. 37:102).









































Artinya:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(Q.S As-Shaffat:102).27

Ketika beliau telah memutuskan untuk melaksanakan mimpinya, Allah yang Maha Kuasa berfirman,” Wahai Ibrahim! Engkau telah melakukan apa yang engkau

lihat dalam mimpimu!”.28

Sebagaimana Firman Allah swt:

























Artinya:

“Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu, Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S As-Shaffat:104-105).29

27

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

28

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), hal.xxi


(41)

Oleh karena itu, Nabi Ibrahim as berani menyembelih putranya, dengan berdasarkan mimpinya, karena mimpi ini tidak mungkin salah dan merupakan wahyu dari Allah swt.

Pada dasarnya, mimpi merupakan kabar gembira dari Allah swt, sebagaimana mimpi Rasulullah saw, memasuki Masjidil Haram dalam keadaan aman. Setelah mengalami mimpi, Rassulullah saw tidak berpangku tangan dan tidak meninggalkan jihad, tetapi Beliau terus berjuang memimpin sahabatnya, sehingga mimpi itu menjadi kenyataan, sehingga Rasulullah saw dapat memasuki Masjidil Haram beserta para sahabatnya dalam keadaan aman.30

Para pendapat ahli sunah dalam hal ini, bahwa Allah swt menjadikan pada hati orang yang tidur keyakinan-keyakinan, sebagaimana dia menjadikan pada hati orang yang tidur, karena dia menciptakan keyakinan, seakan-akan dia menjadikan satu ilmu tentang hal-hal yang lain yang akan dijadikan selanjutnya atau sesudah dia jadikan.31

Adapun tentang hakekat mimpi, Ibnu Qoyim Rohimahullah dalam kutipan Kholil Al-Anbari mengatakan bahwa: “Ia adalah beberapa perumpamaan yang diberikan oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah dalam masalah mimpi sehingga orang-orang yang bersangkutan bisa mengambil pelajaran atas hal yang sama dan

mentakdirkannya dengan yang sejenisnya”. Sedangkan menurut “Ahmad bin

29

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

30

Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.145

31


(42)

Sulaiman Al-Uraini” mengatakan bahwa pengetahuan yang sebenarnya ada pada Allah,32 terjadi perbedaan pula tentang hakekat ru’ya oleh karena itu dalam kutipan Kholil Al-Anbari mengatakan: “Bahwa cukup banyak pula seperti orang-orang non muslim melontarkan pertanyaan beberapa yang ingkar, sebab mereka terpaku untuk

membahas hakekat”.

Namun hakekat mimpi dalam uraian yang diterangkan Ibnu Hajar ketika

beliau menyatakan “Al-Hakim Berkata: Allah menugaskan seorang malaikat untuk

mimpi. Malaikat itu melihat keadaan manusia dari Laukhul Mahfudz, lalu dia menyalin dan membuat sebuah perumpamaan untuk setiap kejadiannya, kalau dia tidur dengan keadaan seperti itu melalui jalan hikmah, tentu menjadi Busyro (Berita Gembira) peringatan atau teguran.33

Pada dasarnya, hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk mrengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam keinginan itu dalam bentuk mimpi.

32 Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini,

Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul Falah

1416H), hal.18

33


(43)

E. Mimpi Menurut Psikologis

Orang sering berkata bahwa mimpi adalah hal gaib dari apa yang dirasakan, padahal dalam mimpi itu ada kalanya seseorang bermimpi hal-hal yang menyenangkan dan ada kalanya pada hal yang ditakutkan. Seseorang sering menganggap mimpi bakal jadi kenyataan. Tidur mematikan semua kinerja saraf dan otak manusia, jadi tidak mungkin manusia berpikir dalam keadaan tidur. Dalam istilah jawa sering orang tua berkata “mimpi adalah bunga dari pada tidur”. Sedangkan dalam hal lain, buku yang ditulis oleh Ibnu Sirin kurang memandang dari segi spesifik psikolog manusia.34

Dalam penafsiran mimpi setidaknya haruslah berhati-hati, karena penggambaran mimpi selain cakupan yang luas juga sulit dalam panggambaran secara detail. Semua mimpi berasal dari penggambaran imajinasi seseorang dalam perlakuan atau kesibukan sehari-hari.

Untuk pemahaman gambaran simbolik suatu mimpi maka haruslah diketahui kondisi psikologis seorang tersebut. Jadi psikologis manusia sangatlah penting dalam menafsirkan suatu mimpi manusia dimana sebelumnya kita perlu mengetahui keadaan psikologisnya. Namun dalam buku tafsir mimpi Ibnu Sirin

34

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003), hal.240


(44)

tidak mengambil rujukan dalam psikologis manusia, psikologis manusia sangat penting dalam melakukan analisis penggambaran, atau imajinasi manusia.35

Psikologi manusia berada diantara wilayah kesadaran hingga lupa, dan dari wilayah bergejolak hingga tenang. Menurut Al-Qur'an, desain kejiwaan manusia diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna, berisi kapasitas-kapasitas kejiwaan pemikiran, perasaan dan berkehendak. Seperti halnya akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu. Akal yang kerjanya berfikir dan bisa membedakan yang buruk dari yang baik. Akal bisa menemukan kebenaran tetapi tidak bisa menentukannya, oleh karena itu kebenaran `Aqly sifatnya relatif.36

Hal tersebut yang menjadikan manusia berpikir secara mendalam yang sangat berkaitan dengan logika manusia. Dengan adanya akal, manusia belajar memimpikan sesuatu dalam artian membayangkan masa depan, bagaimana dia harus berbuat sesuatu untuk merubah jalan hidupnya.

Dalam menafsirkan mimpi tidaklah cukup dengan faktor keagamaan yang melekat pada diri manusia, aspek psikologis manusia cukup menunjang juga dalam mengidentifikasi suatu penafsiran mimpi untuk mengetahui karakter manusia tersebut juga. 37

35

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), hal.xviii.

36

Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000).

37


(45)

Untuk itu, sebagai pelengkap dalam menafsirkan mimpi seseorang perlu mengetahui keadaan psikologis manusia tersebut, yaitu mengenai arti simbolik dari pada mimpi seseorang. Bila saat tidur seseorang bersih jiwanya, maka spiritualitasnya dalam keadaan baik. Karena itu, seseorang yang sebelum tidurnya membersihkan

alam ruhaninya, antara lain dengan sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir, berdoa,

maka ia telah memiliki kesiapan untuk mendapatkan mimpi yang benar, Ruhaninya bercahaya. Karenanya, bila nanti Allah atau Malaikat melemparkan cahaya ia siap menyambutnya.

Mimpi-mimpinya bisa memiliki kebenaran. Selain itu, kenyamanan fisik, psikologis, dan spiritual menjelang tidur juga perlu mendapat perhatian, karena dapat mendukung seseorang untuk mendapatkan mimpi yang benar, dan yang terakhir, menjadi orang yang peduli terhadap sesama, karena pribadi-pribadi yang peduli terhadap kebaikan dan keselamatan orang banyak lebih mudah untuk mendapatkan mimpi yang benar.38

Meskipun mimpi termasuk wilayah pengalaman pribadi, ia merupakan fenomena universal dan memainkan peranan penting dalam pembentukan kebudayaan manusia. Sepanjang catatan sejarah manusia, mimpi dan penafsirannya telah mengilhami orang-orang suci dan para Nabi, penyair serta Raja-raja, maupun para filosof dan psikolog yang paling kreatif di zaman kita ini. Ilmu psikologi analisis dari Carl Gustav Jung dan mazhabnya bersandar pada fakta bahwa mimpi merupakan catatan bathin setiap individu. Dari sini, muncullah kebutuhan untuk

38

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003), hal.230


(46)

membaca dan menafsirkannya dengan benar. Fakta ini telah lama diketahui oleh orang-orang suci dan para Nabi dari berbagai budaya tradisional dan agama-agama.39

Namun demikian, tidak semua mimpi adalah benar atau otentik. Mimpi para Nabi dan kekasih Allah (Auliyâ) adalah mimpi yang merupakan wahyu dari Allah, yang benar dan sakral.

Mimpi orang salih hampir selalu benar dan bermakna. Ada sebagian mimpi yang berasal dari setan dan dengan demikian, menyesatkan. Mimpi lain mungkin disebabkan oleh masalah-masalah fisik atau psikologis seperti sakit perut atau gangguan emosi. Karenanya, penting kiranya membedakan mimpi yang benar dari khayalan kosong, dan mimpi ilhami dari godaan setan. Inilah anugrah Allah kepada para Nabi, orang-orang suci, dan para wali yang penuh kearifan.40

39

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003), hal.250

40

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), hal.xviii.


(47)

AYAT-AYAT MIMPI NABI IBRAHIM AS

A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim as adalah satu-satunya Nabi selain Nabi Muhammad saw yang namanya disebut dalam Al-Qur’an, karena Nama Ibrahim As sendiri di dalam

Al-Qur’an disebutkan sebanyak 69 kali dalam 24 surat. Frekwensi ini memang cukup

banyak, ternyata nama Musa as lebih banyak disebut yaitu 136 kali, akan tetapi nama Musa tidak sebagaimana nama Nabi Ibrahim ( yang tidak disebut sebagai nama surat).1

Nabi Ibrahim as adalah bapak para Nabi sebab keturunannya banyak yang diangkat Allah menjadi rasul-Nya, Nabi Ibrahim as lahir di Babylon. Nabi Ibrahim as adalah anak dari Ajar, tukang pembuat patung-patung menjadi sesembahan mereka, menurut riwayat lain juga mengatakan bahwa : Nabi Ibrahim as adalah anak dari Ajar dengan nama lengkapnya ialah Ibrahim bin Ajar bin Tanur bin Siruz bin Rouf bin Falidz bin Amir bin Salih bin Arfaksad bin Sam bin Nuh dan ditegaskan pula dalam

Al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim as adalah keturunan dari Nabi Nuh as.2 Sebagaimana

Firman-Nya :















Artinya:

“Dan sesungguhnya Ibahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh

As).”(Q.S. Ash-Shafat : 83).3

1

Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci,

(Paramadina, 1996), hal.723

2

Kholilah Marhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, hal.79

3

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir


(48)

yaitu Nabi Hud as dan Nabi Sholih as. Kata Jamakhsari dalam tafsirnya itu, jarak antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim as, kurang dari 2640, Nabi Ibrahim disebut dari golongan Nuh, ialah karena keduanya sama-sama pemberi ingatan yang diutus Tuhan. Mungkin syariat pun berbeda, karena umatnya pun telah menuruti perkembangan pula, namun pokok ajarannya pun tetap sama, yaitu memperingatkan tentang (Ke Esa-an Tuhan).4

1. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim as dilahirkan oleh seorang bapak yang bernama “Azar” Nabi Ibrahim as dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan dan kekufuran, tetapi Nabi Ibrahim as terpelihara dari kekufuran itu. Siapakah yang memelihara dan menjaga Ibrahim dari perbuatan itu?, itulah Allah swt yang menjadikan alam semesta ini, yang berkuasa dalam segala hal dan Allah menghendaki Nabi Ibrahim as menjadi seorang Nabi dan Rasul yang akan menyampaikan risalahnya kepada manusia yang buta dalam hal keimanan itu.5

Apalagi di zaman Nabi Ibrahim as itu ada seorang raja yang sangat dholim yang bernama “Namrudz”. Nabi Ibrahim as semasa kecilnya hampir sama dengan keadaan Nabi Musa as, yaitu sama-sama dipisahkan dari Ibunya, karena ada undang-undang raja yang tidak membolehkan menghidupi bayi laki-laki yang lahir di waktu itu.6

4

Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas,2000), Cet. Ke-1, hal.131

5

Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ ( Bandung : Al Maarif, 1970), Cet. Ke-1, hal.40 6

Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci, (Paramadina, 1996), hal.40


(49)

tumbuh di dalam gua, dan Allah telah menjaganya. Dia mengajarkan bagaimana mengisap jari-jarinya untuk bertahan hidup, yang mana pada jari-jarinya keluarlah madu-madu. Namrudz ingin membunuh Ibrahim as, namun Allah menginginkannya tetap hidup. Allah menginginkan Ibrahim membimbing para penyembah berhala. Ibrahim tumbuh di gua itu. Suatu hari ibunya datang ke gua itu Ia memeluk, mencium, dan membawanya pulang ke rumah.7

2. Ibrahim Seorang Pemuda Yang Beriman

Ibrahim tinggal di rumah Azar karena Azar adalah kakek dari ibunya, karena itulah Nabi Ibrahim as memanggilnya Ayah. Ketika Nabi Ibrahim tumbuh menjadi seorang pemuda Allah swt menganugrahkannya kecerdasan yang luar biasa, karena ia memiliki hati yang bersih. Maka dari itu ia heran melihat orang-orang yang menyembah berhala, karena ia tahu bahwa Allah lebih besar dari berhala itu.8

Ketika Ibrahim as berusia 16 tahun semua orang di Babylon tahu bahwa Ibrahim tidak menyembah Tuhan mereka dan bahkan justru meremehkannya. Nabi Ibrahim merupakan seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu memperbaiki keyakinan mereka yang salah, ia ingin mengatakan pada mereka bahwa Allah adalah lebih besar dari berhala-berhala mereka. Ibrahim as adalah seorang pemuda yang sopan, dan ia sangat mencintai ayahnya. Ibrahim as berpamitan kepada ayahnya, dan

sebelum pergi meninggalkannya ia berkata “salam bagimu” aku akan berdoa pada

Tuhanku untuk memaafkan kamu, sesungguhnya ia penuh kasih sayang kepadaku. Setelah Nabi Ibrahim as menjadi seorang pemuda, ia telah diberi oleh Allah swt suatu

7

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,

hal.60

8

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,


(50)

Hal ini diterangkan dalam Firman Allah :

























































































































































































































Artinya:

“Sesungguhnnya telah Kami anugrahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran

sebelum (Musa dan Harun),10 dan adalah Kami mengetahui (Keadaannya).

Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “Patung-patung

apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya”

Mereka menjawab : “Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya”

Ibrahim berkata : “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan

yang nyata”

Mereka menjawab : “Apakah kamu datang kepada Kami dengan sungguh-sungguh

ataukah kamu termasuk orang –orang yang bermain-main”.11

Ibrahim berkata : “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah

menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas

yang demikian itu”.

Demi Allah “ Sesunguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap

berhala-berhala mu sesudah kamu pergi meninggalkannya.12(Q.S. Al-Anbiya 51-57).13

9

Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ(Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-1, hal.43

10

Maksudnya, sebelum diturunkan taurat kepada Nabi Musa as, dan Nabi Harun as.

11

Maksudnya, apakah kamu menyeru kami kepada agamamu sebenar-benarnya atau atau kamu hanya bermain-main.

12

Ucapan-ucapan diucapkan Ibrahim as dalam hatinya saja. Maksudnya, Nabi Ibrahim as akan menjalankan tipu dayanya untuk menghancurkan berhala-berhala mereka, sesudah mereka meninggalkan tempat-tempat berhala itu.

13

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan


(51)

Pada masa itu orang-orang menyembah berhala, mereka menyembah Mardukh (Tuhan para Tuhan), Ay (Tuhan keadilan dan hukum), Seen (Tuhan surga), dan lain-lain, dan banyak juga yang menyembah venus, bulan, dan matahari, tidak ada yang menyembah Allah swt. Dengan bimbingan Allah swt, maka timbullah niatnya untuk menghancurkan berhala secara besar-besaran sebab dengan demikian ia dapat berhadapan dengan raja Namrudz dan sekaligus berdebat dengannya mengenai kebenaran, dan kemudian Ibrahim secara sembunyi-sembunyi menuju patung-patung yang mereka sembah dan berkatalah Ibrahim kepada Patung-patung itu dengan memperolok-olokkan “tidakkah kalian makan makanan yang disajikan Kami, apakah yang mencegah kalian, hai patung-patung?.” Maksud Ibrahim dengan perkataan itu hanya mengejek saja.14

Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah :































Artinya:

“Kemudian Ibrahim pergi dengan diam-diam kepada Tuhan mereka (berhala)

lalu ia berkata: “Apakah kamu tidak makan”,15 mengapa kamu tidak menjawab?”.(Q.S As-Shaffat: 91-92).16

Nabi Ibrahim as merencanakan perencanaannya dengan diam-diam dalam hatinya untuk beberapa hari lamanya, sebab menunggu kesempatan yang baik. Nabi

14

Mustofa al-Marogi, Tafsir Al-Marogi, (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2, hal.122

15

Maksud Ibrahim dengan perkataan itu, ialah mengejek berhala-berhala itu, karena dekat berhala itu banyak diletakkan makanan-makanan yang baik sebagai sajian-sajian.

16

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan


(52)

memperingati suatu perayaan, dan hasil buruan itu untuk pesta. Sambil menunggu kesempatan yang baik, Nabi Ibrahim tak henti-hentinya berdoa meminta kekuatan bathin dalam menghadapi orang-orang kafir.17

Akhirnya datanglah hari-hari yang ditunggu-tunggu itu. Semua penduduk kota tidak ada yang ketinggalan dan pergi ke hutan untuk berburu. Pada tanah lapang tersebut terdapat ratusan berhala mulai yang berukuran kecil sampai dengan yang berukuran besar. Bagi berhala yang besar untuk raja Namrudz sedangkan berhala yang kecil untuk rakyatnya.

Dengan pandangan yang sengit Nabi Ibrahim as terhadap patung-patung itu sebab patung-patung “Berahala” yang disembah itu diam saja, maka Nabi Ibrahim as menuju patung-patung itu sehingga patung-patung itu dihancurkannya berkeping-keping kecuali patung yang besar saja yang tidak dihancurkannya.

Sebagaimana Firman Allah :





















Artinya:

“Lalu dipakainya berhala-berhala itu dengan tangan kanannya (Q.S. As-Shafat : 91).

Jadi jelaslah, betapa beraninya Nabi Ibrahim as menghancurkan berhala-berhala persembahan mereka, dan sepeninggalan mereka yang sedang beramai-ramai ke tempat bersuka ria.18

17

Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola,1995), Cet Ke-2, hal.95

18


(1)

Sedangkan mimpi insan yang tidak beriman merupakan berita yang disebarkan oleh syaitan."13

Dalam suatu riwayat dikisahkan, seorang wanita bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya bermimpi melihat sebagian tubuh baginda berada di rumahku." Baginda menjawab, "Sesungguhnya Fatimah akan melahirkan seorang anak lelaki, kemudian engkau yang akan menyusukannya." Tidak lama kemudian Fatimah melahirkan Hussein dan disusukan oleh wanita tersebut.

Al- Qurtubi mengungkapkan pengertian mimpi dalam tafsirnya Jami’ li

Ahkam Al-Qur’an bahwa mimpi adalah sesuatu hal yang mulia dan penempatan

yang tinggi. Dia bisa terjadi pada Nabi-nabi, Rasul-rasul dan terjadi pula pada orang-orang saleh.14

Sedangkan menurut Ibnu Qayyim dalam kitabnya Madarij As-Salikin, mimpi itu sama dengan kasyf (penyingkapan), ada yang bersifat Rahmani, yaitu datang dari Tuhan, ada yang bersifat nafsani, yaitu dari perasaan diri sendiri, dan adalagi kasyf dari setan.15

Menurut ahli-ahli ta’bir, mimpi ada tiga macam:

1. Mimpi dari Allah swt yaitu mimpi yang baik untuk dunia dan akhirat, merupakan khabar gembira atau satu peringatan dari pada Allah swt supaya tidak melakukan maksiat kepada-Nya.

2. Mimpi yang batil atau permainan syaitan, yaitu mimpi yang tidak dapat diperincikan oleh orang yang bermimpi. Artinya orang yang bermimpi itu tidak sanggup mengingat tertib atau jalan cerita mimpi itu. Mimpi seperti ini

13

Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008)

14

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshâri Al-Qurtubi, Jâmi’ li Ahkâm

Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr), hal.122 15


(2)

buruk yang tidak menyenangkan seperti kedatangan mala petaka, musibah, permusuhan, kesedihan, kesengsaraan, kemelaratan, penderitaan dan sebagainya.

3. Keinginan nafsu, seperti kita ketahui nafsu ada tiga, yaitu nafsu mutmainnah, nafsu lawwamah dan nafsu amarah. Mimpi seperti ini terjadi karena pengaruh fikiran seseorang, sesuatu yang dia lakukan atau dia khayalkan siang hari atau menjelang tidurnya selalu menjelma ketika tidurnya, atau mimpi makan ketika diri sedang lapar, mimpi dianiayai orang ketika sedang sakit dan sebagainya. Mimpi seperti ini tidak mempunyai arti sama sekali.

Rasulullah saw bersabda maksudnya: "Mimpi itu ada tiga, mimpi dari Allah (mimpi yang baik), mimpi dari syaitan (mimpi buruk) dan mimpi dari dirinya yang disebabkan terjadi sesuatu kemudian dia bermimpi."

Dalam kitab-kitab karangan Ibnu Sirin, Imam Ad-dahlawi, Imam An-Nawawi dan Imam Ibnu Hajar. terdapat cara-cara dan adab-adab yang sunat dilakukan ketika bermimpi daripada gangguan syaitan. Cara-caranya adalah seperti berikut :

1. Membaca ta’awwuz (A’uuzubillâhi minasysyaitoonirroojîm) 2. Meludah kesebelah kiri kita sebanyak 3 kali.

3. Mengubah cara tidur ke sebelah yang lain

4. Bangun shalat 2 rakaat (kalau mampu) dan berdoalah agar kita dijauhkan dari musibah dan bencana serta mintalah yang baik-baik serta perlindungan daripada Allah swt.16


(3)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada akhir pembahasan tentang mimpi ini penulis dapat mengambil kesimpulan, kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan dalam perumusan masalah berdasarkan uraian dari setiap bab yang sudah penulis lakukan, maka ditemukan oleh penulis bahwa mimpi itu tidak bisa dijadikan patokan sebagai dasar hukum, kecuali mimpi yang terjadi pada mimpi para Nabi dan para Rasul Allah swt, sebagaimana halnya mimpi yang terjadi pada mimpi Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya (Qurban) Ismail as.

Islam sebagai agama sangat memperhatikan masalah mimpi. Hal ini terbukti dengan banyaknya mimpi disebutkan dalam Al-Qur’an melalui tiga kosa kata, kuncinya yaitu: a). Rukyah, b). Ahlam, c). Adghas.

Mimpi Nabi Ibrahim mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia yang senantiasa mengiringi langkah-langkah perjalanan hidup manusia, sehingga dapat melahirkan amal-amal kebajikan dan pemahaman yang baik pada Tuhannya, dan juga menjadi talak ukur ditegakkannya ajaran Nabi dan Rasul.

Mimpi Nabi Ibrahim as juga merupakan wahyu yang diberikan Allah swt,

selain itu juga sebagai syari’at serta dasar hukum, dan awal disyari’atkannya Qurban yang masih berlaku di zaman sekarang ini, dan sekaligus cobaan bagi umat yang beriman.


(4)

Penulis masih sangat merasa kekurangan dalam membahas masalah ini. Sehingga perlu sekali kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan dalam menyelesaikan karya tulis ini, sehingga penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Sebagai manusia biasa yang banyak lalai dan lupa dalam mengarungi kehidupan ini jangan sekali-kali menjadikan mimpi sebagai dasar hukum. Sebab ajaran Islam yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul telah sempurna sejak abad yang sudah terlewatkan.

2. Kepada mahasiswa dan mahasiswi di perguruan tinggi manapun diharapkan dapat meningkatkan kembali amal-amal kebajikan, dan upaya meningkatkan kembali penggalian nilai-nilai hukum serta melaksanakannya.

3. Penelitian yang penulis lakukan ini belum sampai mengetahui tentang hakikat mimpi itu sendiri, sehingga perlu adanya penelitian lanjutan dengan peluang-peluang penemuan yang lebih banyak lagi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Baki, Muhammad Fuad, Al-Lu’lu Wal Marjân Terjemah, Surabaya : Bina Ilmu, 1996.

Al-Alawi, Syaih Usamah, Hukum Mimpi Menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta Selatan : Mustaqim, 2003.

Al-Anbari, Kholil, Kamus Tafsir Mimpi, Solo : Ar-Raiyan, 2005.

Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, Bandung : Pustaka Hidayah, 2008.

Daud, Ma’mur, Shahih Muslim, Hadis ke-2109, Jilid I, Cet. Ke-1. Hamka, Tafsir Al-Azhâr, Jakarta : Panjimas, 2000.

Hasan, Ahmad As-Syakir bin Usamah, Durrotun Nâsihîn, Semarang.

Al-Jibrin, bin Abdullah Abdurrahman, Ibadah Qurban, Jakarta : Al- Qowan, 2004.

Kamal, Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Jahro, 2004. Khan, Inayat, Dimensi Spiritual Psikologi, Bandung : Pustaka Hidayah, 2000. Marhijanto, Kholilah, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Surabaya : Ar-Qola, 1995.

Marjoned, Ramlan, Dinamika kekuatan Islam, Jakarta : Media Dakwah. Al-Marogi, Mustofa, Tafsir Al-Marogi, Semarang : Karya Toha, 1993.

_______________, Mu’jam Al-Mufarros Fî Al-fâdil Qur’an, Nasr Tanajau, 1981. Nurkholish, Majid, Islam Agama Peradaban, Jakarta : Paramadina, 2000.


(6)

Al-Uraini, Ahmad bin Sulaiman, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, Jakarta : Darul Falah, 1416H.

Purwanto, Yadi, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, Jogja : Kudus, 2003.

Salim, Hadyah, Qissotul al-Anbiyâi, Bandung : Al Maarif, 1970.

Al-Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir Al-Qur’anul Majîd An-Nûr, Jakarta: Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbâh, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta:Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, 1971.

Sya’roni, Usman, Otentisitas Hadist, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002. Qardhawi, Yusuf, Alam Ghaib, Terjemahan Maukiful Islam, Jakarta : 2005.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Hida Karya Agung, 1990.

Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-misteri-mimpi-dari-kenyataan-menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.