Prosedur Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PROSEDUR PENCARIAN DATA POTENSI PERPAJAKAN DALAM RANGKA INTENSIFIKASI DAN EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA O

L E H

NAMA : ENDAH TYAS NINGRUM

NIM : 082600001

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmad-Nya sehingga penulisan laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan Tugas Akhir (LTA) ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Adminnistrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam Laporan Tugas Akhir ini penulis mengemukakan tentang “ Prosedur Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Intensifiikasi Dan Ekstensifiikasi Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota “. Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya baik dari segi sistematika penulisan, penyajian laporan serta pemakaian kata-katanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kesempurnaan LTA ini.

Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, masukan serta pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(3)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3. Bapak Sabar Donal, SE selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan berupa saran yang berharga dalam menyelesaikan Laporan PKLM ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Pegawai KPP Pratama Medan Kota, khususnya Kepala Seksi Ekstensifikasi, Kepala Seksi PDI, dan Kepala Seksi Pelayanan beserta seluruh pegawainya yang telah memberikan ijin beserta data dan informasi yang diperlukan sehingga penulisan LTA ini dapat terlaksana dengan baik.

6. Teristimewa buat Kedua orang tercinta, Papa Misdi dan Mama Yatinem yang selalu memberi Doa dan semangat serta tidak pernah lupa mengingatkan untuk bersyukur.

7. Seluruh keluarga tercinta, saudaraku “Abang Sudarman beserta istri dan anak-anaknya Adolf Yoga Pratama dan Wibi Dwi Pratama, Kakak Taty Juliarty beserta suami dan anaknya Meylani Eka Pratiwi (Amoy) yang paling di sayang, Kakak Zuraida beserta suami dan anak-anaknya Fadilla Dinda Septia


(4)

dan Dinara Syafira Pratiwi (Fira cerewet), Kakak Esty Lestari beserta suami dan anaknya Ulfathul Amri, Terima Kasih Atas Doa dan Dukungannya.

8. Untuk Sahabat - sahabatku Ntie, Manda cinnamon, Mbk ayu, Mbk Utie, Bg Ahmad Fadil, Tri Ismanto, Bg Bayu (bb), Bg Andhie, Bg Bim, Bg Enno, Bg Heri, Wag Ola, Wag Vivi, Wag Athul, dan Dede, yang telah banyak memberikan saran, dukungan, semangat, serta doa untuk penulis dalam penyelesaian laporan PKLM ini.

9. Untuk seseorang yang spesial, Terima Kasih sudah menjadi seseorang yang ada disaat bergadang, berkelahi, perhatian, pengertian, rasa sayang, cinta dan banyak memberi nasihat yang aneh-aneh.

10. Untuk teman-temanku kelas A,B, dan C stambuk 2008 yang sudah menjadi bagian dari perjalanan perjuangan selama menyelesaikan Laporan PKLM.

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Medan, 23 Juni 2011

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….i

DAFTAR ISI …...……….………iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM………...……...……….1

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM ………...………4

C. Uraian Teoritis ………...….5

D. Ruang Lingkup PKLM ………...…8

E. Metode PKLM ………...….8

F. Metode Pengumpulan Data ………..…...9

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ………...…10

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ………..…..12

B. Visi, Misi dan Nilai Direktorat Jenderal Pajak ………...18

C. Struktur Organisasi Dan Deskripsi Tugas Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota ………..19

D. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ………..20


(6)

E. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur

Organisasi Baru ………..……24

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Perpajakan ………...26 B. Pengertian Intensifikasi dan Ekstensifikasi Wajib Pajak ………...….27 C. Ruang Lingkup Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi ………27 D. Uraian Prosedur Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam

Rangka Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan ………...31 E. Proses Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Perpajakan ………...34

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi ………..41 B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi

dan Ekstensifikasi ………...46 C. Hasil Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan …….50


(7)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….51 B. Saran ………...52

DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PKLM

Sesuai dengan fungsinya, pajak merupakan sumber dana untuk membiayai pengeluaran rutin Negara atau yang sering disebut dengan fungsi budgeter. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak sangat diperlukan demi mewujudkan cita-cita pembangunan nasional kearah masyarakat yang adil dan makmur.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan penerimaan pajak yang cukup tinggi.

Sejak terjadinya krisis ekonomi, peranan kebijakan fiskal sangat penting. Perkembangan pendapatan Negara harus diupayakan lebih cepat dari perkembangan belanja Negara. Dalam hal ini, sektor pajak adalah sektor yang paling ideal dan paling menjanjikan untuk membiayai APBN yang mana belanja Negara tiap tahunnya terus meningkat. Apalagi zaman sekarang ini banyak wajib pajak yang menganggap bahwa membayar pajak tidak ada gunanya, bahkan banyak wajib pajak yang melakukan perlawanan terhadap Undang-Undang Perpajakan untuk meminimalkan setoran pajaknya.

Alasan utama dipilihnya sektor pajak sebagai sumber dana utama merupakan upaya pemerintah utnuk melepaskan perekonomian negara dari


(9)

ketergantungan pada pihak luar negeri. Dengan digunakannya pajak sebagai dana utama pembangunan, diharapkan Negara mampu mandiri untuk membiayai pembangunan. Tekad kemandirian ini dapat diwujudkan secara nyata dengan memaksimalkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi dari berbagai jenis pajak.

Pajak merupakan penerimaan Negara yang wajib dibayar oleh wajib pajak kepada Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran umum dan pengeluaran pembangunan Negara. Bila kita perhatikan keadaan sekeliling kita, seperti jalan-jalan, sekolah-sekolah, serta fasilitas-fasilitas umum yang kita pakai tentu membutuhkan biaya yang sangat besar untuk membangun dan memeliharanya. Untuk menutupi biaya-biaya tersebut diperlukan dana, yang sekarang ini paling dominan bersumber dari pajak di samping adanya sumber-sumber potensial lainnya.

Adapun salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan melaksanakan intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan. Dalam hal ini, berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak yang tidak mau untuk mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak atau pengusaha kena pajak. Dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, mahasiswa diharapkan dapat memperdalam pengetahuannya di bidang perpajakan serta untuk memberikan pengalaman praktis atas teori-teori yang diperoleh selama kuliah di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,


(10)

sehingga setelah peserta nantinya menamatkan studinya dapat memperoleh bekal dan keterampilan untuk menghadapi dunia kerja yang nyata. Berdasarkan pada praktik sehari-hari, banyak di antara masyarakat yang sudah terdaftar dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) masih dikirimkan surat imbauan NPWP atau pemberian NPWP secara jabatan, sedangkan adapula yang belum mempunyai NPWP tapi sama sekali belum dikirimkan surat imbauan NPWP atau pemberian NPWP secara jabatan. Hal ini merupakan salah satu pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak. Jadi, berdasarkan masalah tersebut penulis ingin mengetahui lebih lanjut langkah-langkah serta data-data apa saja yang menjadi dasar pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, sehingga tidak menimbulkan penafsiran negatif bagi kalangan masyarakat.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang permasalahan dalam intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, penulis tertarik untuk memilih judul Laporan Tugas Akhir (LTA) tentang “ PROSEDUR PENCARIAN DATA POTENSI PERPAJAKAN DALAM RANGKA INTENSIFIKASI DAN EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA“.


(11)

B. TUJUAN DAN MANFAAT PKLM 1. Tujuan PKLM

Pada dasarnya, pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan untuk mengembangkan atau menguji pengetahuan pesertanya.

Adapun yang menjadi tujuan PKLM ini adalah :

a. Untuk mengetahui langkah-langkah serta data apa saja yang menjadi landasan pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak.

b. Untuk mengetahui Prosedur Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

c. Untuk mengetahui factor-faktor penghambat dalam pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak tersebut serta mengetahui upaya-upaya mengatasi kendala-kendala yang akan di hadapi tersebut.

2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa

Dengan PKLM ini diharapkan akan memperdalam pengetahuan pesertanya di bidang perpajakan khususnya pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.


(12)

b. Bagi Instansi/Tempat PKLM (KPP Pratama Medan Kota)

Diharapkan dapat menjadi masukan atau sebagai pertimbangan untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sector pajak.

c. Bagi Universitas

1.Meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan tempat PKLM. 2. Membuka interaksi antara perusahaan dengan dosen.

3.Mempromosikan sumber daya Universitas. 4.Menambah aplikasi nyata dari kurikulum.

5.Mengusahakan adanya umpan balik terhadap revisi kurikulum d. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang perpajakan sekaligus sebagai penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.

C. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak

Para ahli dalam biidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang pengertian pajak, namun pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama.

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam Brotodiharjo(2003:5) Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh


(13)

penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Sedangkan menurut Prof. Dr. P.J. A. Adriani dalam Brotodiharjo(2003:2) Pajak adalah iuran kepada Negara(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Dari defenisi tersebut diatas dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu

a. Pajak dapat dipaksakan pemungutannya ( berdasarkan undang-undang )

Undang-undang memberikan wewenang kepada fiskus untuk memaksa wajib pajak untuk mematuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya. Sebab Undang-Undang menurut sanksi-sanksi pidana fiskal (pajak) sanksi administrasi yang termasuk wewenang dari perpajakan untuk mengadakan penyitaan terhadap harta bergerak/ tetap wajib pajak.

b. Pajak tidak menerima kontraprestasi

Ciri kas pajak dibanding dengan jenis pungutan lainnya adalah wajib pajak (tax payer) tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara


(14)

langsung dari pemerintah namun perlu dipahami bahwa sebenarnya subjek pajak ada menerima jasa timbal tetapi diterima secara kolektif bersama dengan masyarakat lainnya.

c. Untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara

` Dalam hal ini pendapatan yang telah diterima oleh Negara dari hasil pemungutan pajak akan dipergunakan sepenuhnya membiayai pengeluaran-pengeluaran umum Negara.

2. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No. SE.32/PJ/2010 Tentang Penegasan Tindak Lanjut Kantor Pelayanan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Baru.

Wajib Pajak Orang Pribadi Baru adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar dari hasil kegiatan ekstensifikasi atau selain hasil kegiatan ekstensifikasi yang belum membayar pajak terutang pertama kali atau belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan untuk pertama kali.

Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Baru agar dihimbau untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penyampaian surat himbauan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Baru hasil kegiatan ekstensifikasi dilaksanakan oleh Seksi Ekstensifikasi Perpajakan selain itu dilaksanakan oleh Seksi Pelayanan serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi.


(15)

D. RUANG LINGKUP PKLM

Dalam hal ini, penulis melakukan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Adapun yang menjadi ruang lingkup di dalam PKLM ini adalah :

1. Ruang Lingkup Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak. 2. Persiapan dan langkah-langkah pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi

wajib pajak.

3. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak.

E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada tahap ini Penulis melakukan persiapan-persiapan mulai dari penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal serta konsultasi dengan pihak dosen. 2. Studi Literatur (Kepustakaan)

Di dalam tahap ini Penulis mencari berbagai bacaan seperti : Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan dan lain-lain maupun literature yang berhubungan dengan objek PKLM.


(16)

3. Observasi Lapangan

Di dalam tahap ini Penulis melakukan kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di KPP Medan Kota, serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan langkah-langkah pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis dan mengevaluasi data meliputi :

a. Penggunaan teknik-teknik analisis yang sesuai dengan bentuk dan macam data yang diperoleh sesuai dengan tuntutan permasalahan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Pengolahan data dengan memberikan penjelasan secara sistematis atas permasalahan yang diangkat.

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :


(17)

1. Observasi

Pengumpulan data tentang pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak dan melakukan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Daftar Wawancara

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan melibatkan pegawai aparat perpajakan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan permasalahan.

3. Daftar Dokumentasi

Penulis melakukan data dari arsip atau dokumentasi yang ada dilokasi penelitian sesuai dengan objek penelitian yang akan dianalisis sehingga dapat dijadikan sebagai bukti yang tepat.

G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PKLM

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam BAB I Penulis mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode


(18)

Prektik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam BAB II berisi tentang sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB III : GAMBARAN DATA

Dalam BAB ini Penulis membahas mengenai pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaanya.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI

Dalam BAB ini penulis menganalisis data yang diperoleh kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN

Penulis menarik kesimpulan dari uraian yang ada dan memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi Kantor Pelayanan dalam menghadapi permasalahan.


(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Umum Berdirinya KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota).


(20)

Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia No. 267/kmk.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara


(21)

4. Kantor Pelayanan pajak Medan Binjai

Dan berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Replubik Indonesia No.443/KMK.01/2001 tentang “ Organiasasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan Menjadi enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan timur 2. Kecamatan Medan Area 3. Kecamatan Medan Tembung 4. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Sunggal 3. Kecamatan Medan Petisah 4. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1. Kecamatan Medan kota

2. Kecamatan Medan Denai 3. Kecamatan Medan Johor


(22)

4. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Polonia 2. Kecamatan Medan Maimun 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Tuntungan 5. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1.Kecamatan Medan Belawan 2.Kecamatan Medan Marelan 3.Kecamatan Medan Labuhan 4.Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan . Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan


(23)

rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro No. A Medan . Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :

Sesuai dengan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak ,Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3(tiga) jenis,yaitu:

1. KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan KPP Usaha Milik Negara;

2. KPP Madya yang terdiri dari KPP Penanaman Modal Asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekan Baru,KPP Madya Batam, KPP Madya Tangerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Mdaya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP Madya malang, KPP Madya Balik Papan, KPP Madya Denpasar, KPP Madya Makasar.

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, Diantaranya dapat dijelaskan dalam table berikut ini :


(24)

No URAIAN KPP WP BESAR KPP MADYA KPP PRATAMA

Skala Wajib BUMN & WP Besar WP Besar Kanwil WP Menengah 1 Pajak Nasional ( regional ) Badan Badan dan OP 2 Jenis Wajib

Pajak

Badan ( Coeporate )

( Corporate ) dan Ekspatriat

Badan dan OP

3 Jumlah Wajib Pajak

300 – 400 200 – 500 Ribuan

4 Jenis Pajak PPh, PPN dan PTLL PPh,PPN dan PPTL PPh,PPN,PTLL,PBB dan BPHTB

5 PPN Sentralisasi Sebtralisasi Desentralisasi 6 P2PPh Desentralisasi Desentralisasi Deseantralisasi 7 AR Fungsi Sektor Industri Sektor Industri Wilayah 8 Esktensifikas

i Jumlah

Tidak Ada Tidak Ada Jumlah

9 Eselon IV 9 (Sembilan) 9 (Sembilan) 10(Sepuluh) 10 Wilayah

Kerja

Nasional Regional Lokal

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini baru berjumlah


(25)

15 KPP Pratama, yaitu KPP Pratama dilingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan pembentukan KPP Pratama untuk seluruh Indonesia direncanakan akan diselesaikan akhir tahun 2008.

B. Visi,Misi, dan Nilai Direktorat Jenderal Pajak a. Visi Direktorat Jendral Pajak

Visi Direktorat Jendral Pajak adalah “Menjadi Instusi Pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif,efesien,dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan proseionalisme yang tinggi”

Visi tersebut menjelaskan bahwa DJP ingin menjadi instusi pemerintah yang menjalankan sistem admnistrasi perpajakan modern,efektif,efesien,dan dipercaya masyarakat,efektif dan efesien artinya bahwa DJP melakukan pengukuran dan pertanggung jawaban terhadap sistem modern yang dijalankan tersebut.dipercaya masyarakat artinya DJP memastikan masyarakat yakin bahwa sistem administrasi perpajakan memberikan mamfaat yang sebesarnya kepada masyarakat.bangsa dan negara. b. Misi Direktorat Jendral Pajak

Misi Direktorat Jendral Pajak adalah “ Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem admnistrasi perpajakan yang efektif dan efesien”


(26)

Misi tersebut menjelaskan bahwa keberadaan DJP adalah untuk menghimpun pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah.Peran DJP tersebut dijalankan melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien.sistem administrasi tersebut dapat diukur dan dipertanggungjawabkan dalam rangka melayani masyarakat secara optimal untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.

C. Struktur Organisasi Dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota a. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system kerjasama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 6 ( enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:


(27)

1). Sub Bagian Umum 2). Seksi Ekstensifikasi

3). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4). Seksi Pelayanan

5). Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6). Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7). Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8). Seksi Pengwasan dan Konsultasi IV 6). Seksi Pemeriksaan

7). Seksi Penagihan

8). Kelompok Jabatan Fungsional

D. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota

Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Replubik Indonesia.

Untuk lebih jelasnya mengenai organisasi di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dapat dilihat sebagai berikut :


(28)

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

KANTOR PELAYANAN PAJAK

SUBBAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I

SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI IV

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PENGAWASAN

DAN KONSULTASI II

SEKSI PENGEWASAN DAN KONSULTASI III

SEKSI PENAGIHAN

PETUGAS TATA USAHA SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PEMERIKSAAN


(29)

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahakan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia


(30)

dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbinganatau himbawan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan


(31)

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

E. Perbedaan Strktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru

Pada Struktur organisasi KPP Medan Kota sebelumnya untuk masing-masing pajak dibuat secara terpisah,baik itu PPh,PPN,PPnBM,BPHTB,dan lain-lain.Sedangkan struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota yang sekarang dibentuk dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah tersebut ke dalam setiap bagian,misalnya terdapat masala pajak baik itu PPh,PPN,PBB,PPnBM,BPHTB, dan lain-lain,maka unntuk menyelesaikan


(32)

masalah yang ada tidak lagi di bagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasi di bagian pengawasan dan konsultasi,begitu juga dengan bagian lainnya,sehingga pekerja setiap bagian lebih efektif dan efesien.


(33)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan

Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktur Jenderal Pajak (DJP).

Jadi pengertian diatas maka dalam hal ini fiskus / aparat pajak harus dapat meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi wajib pajak yang belum terdaftar. Namun kenyataannya dalam pelaksanaannya dilapangan dengan menyaring para wajib pajak agar mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, sangat sulit dilakukan dikarenakan masih kurangnya kesadaran para wajib pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Padahal wajib pajab mengetahui akan pentingnya pajak bagi pembangunan dan perkembangan Negara. Karena pajak merupakan devisa yang besar bagi Negara. Oleh sebab itu bagaimana kinerja dan usaha keras yang telah dilakukan selama ini oleh fiskus dalam memburu pajak yang belum terdaftar agar mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya pajak bagi kelangsungan perekonomian Indonesia.


(34)

B. Pengertian Intensifikasi dan Ekstensifikasi Wajib Pajak 1. Ekstensifikasi

Berdasarkan arti kamus Ekstensifikasi merupakan perluasan,perpanjangan dan pemanjangan (tentang tanah,waktu,jalan,dsb).

Di bidang perpajakan ekstensifikasi dilakukan terhadap wajib pajak yang dikenal dengan istilah ekstensifikasi wajib pajak dan dapat didefenisikan sebagai usaha kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak sehingga di dapat sumber-sumber pajak baru dalam Administrasi Diirektorat Jenderal Pajak, sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Wajib Pajak.

2. Intensifikasi

Intensifikasi Pajak adalah Kegiatan Optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap Subjek Pajak yang telah dicatat atau terdaftar dalam Administrasi Direktorat Jenderal Pajak dan hasil pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak.

C. Ruang Lingkup Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi perpajakan meliputi :

1. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap wajib pajak PPh orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya


(35)

(termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Pemberian NPWP dilokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha disentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mall atau plaza atau kawasan industry atau sentra ekonomi lainnya.

3. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak Badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai Wajib Pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi.

4. Unit organisasi dan petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi ada 2 yaitu :

a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan Pajak serta kantor penyuluhan pajak yang berada di luar kota kedudukan KPP. b. Petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana.

5. Data yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak meliputi data intern dan data ekstern, antara lain :

a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6.600 Watt atau lebih; b. Pelanggan Telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan


(36)

c. Pemilik mobil dengan nilai Rp.200.000.000,- atau lebih, atau pemilik motor dengan nilai Rp.100.000.000,- atau lebih;

d. Pemegang Paspor Indonesia, kecuali pemegang paspor Haji dan pemegang Paspor Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut);

e. Tenaga Kerja Asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;

f. Karyawan local kedutaan besar asing atau organisasi internasional;

g. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Rp. 1.000.000.000,- atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok atau data SPOP;

h. Data orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dari laporan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau informasi dari Notaris dengan nilai Rp.60.000.000,- atau lebih;

i. Pemilik telepon selular pasca bayar; j. Pemegang kartu kredit;

k. Pemegang polis atau premi asuransi; l. Pemegang kartu keanggotaan Golf; m. Artis;

n. Pemilik atau Penyewa ruang apartemen atau kondominium;

o. Pemilik kapal pesiar atau “yacht”,”speed boat”,dan pesawat terbang; p. Pemilik saham yang diperdagangkan di pasar bursa;


(37)

q. Pemilik rumah sewa dan kost;

r. Pemegang saham, komisaris, direktur dan penerima dividen;

s. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruangan pada sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industry atau sentra ekonomi lainnya. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT), telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak,tetapi belum mempunyai NPWP;

t. Data yang ditemukan pada pelaksanaan kegiatan PSL; 6. Pencarian data dilakukan oleh :

Untuk wilayah di luar Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jika pada kota kedudukan Kanwil DJP hanya terdaftar lebih dari satu KPP.

a. Kanwil DJP

b.KPP, dalam hal sumber data berada di wilayah KPP tersebut. Selain data pada kanwil DJP.

7. Persiapan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan ketentuan sebagai berikut :

a. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki.


(38)

b.KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administrative yang diperlukan. c. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi di Luar DJP yang terait

dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifkasi Wajib pajak. 8. Pelaksanaan Ekstensifikasi wajib pajak.

Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau PKP.

D. Uraian Prosedur Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan

Uraian prosedur dimaksudkan untuk membatasi pembatasan variable yang akan diteliti agar tidak menimbulkan interprestasi ganda untuk menganalisa suatu masalah.

Adapun uraian prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksana untuk membuat konsep surat tugas pengamatan dan pencarian data berdasarkan rencana kerja pencarian data yang telah disetujui, pedoman/petunjuk monografi yang diterima dari Kantor Pusat dan data-data makro yang mungkin dapat diperoleh dari koran, majalah dan media lainnya;

2. Pelaksana menyiapkan konsep surat tugas pengamatan dan pencarian data selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;


(39)

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan menyampaikan konsep surat tugas pengamatan dan pencarian data kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak;

4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menyetujui surat tugas pengamatan dan pencarian data dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

5. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneruskan surat tugas tersebut kepada pelaksana untuk melaksanakan pengamatan dan pencarian data;

6. Pelaksana melaksanakan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dan membuat konsep laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan serta menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan; 7. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep laporan

pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan, serta menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak;

8. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

9. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksana untuk mengadministrasikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dan membuat Nota Dinas Pengantar pengiriman laporan


(40)

pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan kepada Kepala Seksi Pelayanan;

10. Pelaksana mengadministrasikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dalam berkas penyimpanan arsip dan membuat konsep Nota Dinas Pengantar pengiriman berkas, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

11. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan menandatangani Nota Dinas Pengantar pengiriman berkas dan menugaskan Pelaksana untuk menyampaikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan ke Seksi Pelayanan untuk diterbitkan Surat Himbauan, NPWP dan atau Pengukuhan sebagai PKP secara jabatan;

12. Pelaksana menyampaikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan ke Seksi Pelayanan untuk diterbitkan Surat Himbauan, NPWP dan atau Pengukuhan sebagai PKP secara jabatan

E. Proses Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditunjukkan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak. Maka dalam hal ini pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh Fiskus adalah sebagai berikut :


(41)

a. Fiskus melakukan indentifikasi terhadap data yang diperoleh dan mencocokkannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Perpajakan (SIP).

b. Fiskus membuat daftar nominatif wajib pajak yang belum mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) sesuai dengan data yang dimiliki.

c. Fiskus membuat dan mengirimkan Pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdaftar dari sebagai Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (untuk wajib pajak di wilayah pemukiman) dan formulir Pemberitahuan Pelaksanaan Intensifiikasi dan Ekstensifikasi (untuk wajib pajak sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau mal atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya). Pemberitahuan tersebut dikirim oleh fiskus dengan melaporkan.

1. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan bahwa wajib pajak telah memiliki NPWP dan atau surat pengukuhan PKP.

2. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan wajib pajak tidak wajib mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP dan atau melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP.

3. Formulir pernyataan wajib pajak mengenai besarnya peredaran usaha. 4. Formulir Surat Setoran Pajak.

5. Formulir SPT Masa PPN.


(42)

d. Atas pemberitahuan yang dikirim kepada wajib pajak terhadap beberapa kemungkinan :

1. Wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP dan atau dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran wajib pajak dan atau PKP.

2. Wajib pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima.

3. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP.

4. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP. 5. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang

bersangkutan sudah memiliki NPWP dan sudah dikukuhkan sebagai PKP di KPP lainnya atau

6. Wajib pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari kantor pos.

e. Dari hasil tanggapan pemberitahuan oleh fiskus akan dilakukan :

1. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dan bersedia untuk mendaftarkan diri akan dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP sesuai ketentuan yang berlaku.


(43)

2. Terhadap wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima maka oleh seksi pengolahan data dan informasi dari wajib pajak tersebut diusulkan untuk diteruskan ke seksi Tata Usaha Perpajakan agar dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP secara jabatan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. 3. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan

bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan yang di sebabkan pemberitahuan kembali dari kantor pos, akan dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.

4. Terhadap wajib pajak yang menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib pajak yang menyatakan bahwa sudah memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP lainnya, maka fiskus :

a. Dalam hal wajib pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat domisili wajib pajak sesuai dengan Master File Lokal (MFL), dilakukan kegiatan pendataan ulang terhadap wajib pajak dalam daftar nominatif membubuhkan catatan bahwa wajib pajak sudah terdaftar dan sekaligus mencamtumkan NPWP dalam kolom keterangan.

b.Dalam hal wajib pajak telah terdaftar namun nama dan alamatnya berbeda dengan data MFL akan dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.


(44)

c. Dalam hal wajib pajak ternyata belum terdaftar, maka dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.

5. Terhadap wajib pajak yang berusaha disentra perdagangan, perkantoran, mall, cv plaza, sentra ekonomi lainnya, seluruhnya dilakukan pemeriksaan lapangan.

Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak yang belum tedaftar untuk diberikan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP.

Proses pelaksanaan ekstensifikasi ini dimulai dengan memberikan pemberitahuan berdasarkan data yang ada baik yang bersumber dari data Intern dan Ekstern yaitu hasil pencarian data melalui pihak ketiga seperti : PLN, Telkom, Notaris PEMDA dan lain-lain. Dari instansi tersbut dapat diambil contoh yaitu hasil laporan dari informasi dan Notaris yang diterima oleh fiskus atas data orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dengan harga jual Rp.60.000.000,- atau lebih.

Setelah pemberitahuan kepada wajib pajak tersebut apabila tidak ditanggapi maka fiskus melanjutkan dengan mengusulkan kepada seksi TUP untuk memberikan NPWP dan atau dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan.

Dalam hal ini pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak terdaftar berbagai hambatan, antara lain :


(45)

1. Identitas alamat dan wajib pajak yang jelas, yang disebabkan dalam hal wajib pajak telah pindah.

2. Adanya data yang tidak dikenal.

3. Alamat wajib pajak yang tidak lengkap.

4. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dengan tidak menanggapi pemberitahuan yang dilakukan oleh fiskus.

Maka dalam hal tersebut, fiskus terus berusaha melakukan berbagai upaya dalam menanggapi hambatan tersebut dengan meningkatkan kerja sama dengan instansi atau pihak lain diluar Direktorat Jenderal Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dan juga dengan cara meningkatkan penyuluhan pajak kepada wajib pajak untuk menambah kesadaran dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Selain itu yang lebih penting yaitu dengan segera menindak lanjut data yang ada untuk dilakukan ekstensifikasi wajib pajak.


(46)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Dalam pelaksanaa kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi guna menjaring para wajib pajak yang tidak mau mendaftarkannya dirinya untuk ditetapkan sebagai wajib pajak guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai sarana administrasi dantanda pengenal diri untuk memudahkan dalam melakukan kewajiban perpajakannya, memiliki beberapa tahapan atau proses yang meliputi :

a. Perekrutan Data b. Penghimbauan

c. Pengukuhan Secara Jabatan dan,

d. Pendistribusian Data Kepada Setiap Seksi 1. Perekrutan Data

Data merupakan komponen pokok dalam melaksanakan kegiatan pendataan terhadap wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya untuk dicatat sebagai wajib pajak. Serta dalam upaya mendukung pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak yang dalam hal ini diwakilkan kepada Kantor Pelayanan Pajak dalam meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak serta dalam mewujudkan pelaksanaan dari system perpajakan yaitu self assessment.


(47)

Yang mana didalam sistem ini mewajibkan kepada setiap masyarakat yang mampu melaksanakan kewajiban perpajakan untuk mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana tempat dia tinggal atau berdomisili.

Adapun yang dimaksud dengan data adalah keterangan dalam segala bentuk baik yang terutang dalam tulisan, media elektronik, media massa maupun media rekaman guna untuk memperoleh penjelasan ekstensifikasi data yang dibutuhkan haruslah data yang lengkap dan akurat. Dimana data – data tersebut dapat berupa data :

a. Data Makro

Yaitu data atau keterangan yang menunjukkan kegiatan/keadaan secara umum dalam suatu massa tertentu secara khusus kegiatan/keadaan wajib pajak tertentu.

b. Data Mikro

Yaitu data atau keterangan secara khusus memberi petunjuk tentang kegiatan atau keadaan wajib pajak dalam suatu peristiwa atau massa tertentu.

c. Data Tunggal

Yaitu data yang dalam suatu dokumen hanya member petunjuk tentang kegiatan/keadaan dalam suatu massa tertentu.


(48)

Yaitu data makro yang dalam satu dokumen memberi petunjuk tentang kegiatan/keadaan beberapa wajib pajak dalam suatu massa tertentu.

Dalam pengumpulan data sebagai bahan dasar dalamm melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, data-data yang dibutuhkan sebagai besar diperoleh dari berbagai lembaga atau Instansi Pemerintah maupun swasta melalui kontrak kerja sama atau kesepakatan bersama.

2. Penghimbauan Wajib Pajak

Penghimbauan terhadap wajib pajak merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guna menyadarkan para wajib pajak untuk segera mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana tempat dia tinggal atau berdomisili. Pelaksanaan himbauan dilakukan setelah data-data mengenai status wajib pajak telah diperoleh secara lengkap. Kemudian kepadanya akan diberikan surat pemberitahuan untuk segera mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisili atau bertempat tinggal yang dikirim melalui Kantor Pos.

3. Pengukuhan Secara Jabatan

Pelaksanaan pengukuhan wajib pajak secara jabatan dilaksanakan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dalam hal ini diwakilkan kepada Kantor Pelayanan Pajak ternyata mampu atau telah memenuhi syarat untuk memperoleh


(49)

NPWP. Dan dalam tempo yang telah ditentukan berdasarkan surat himbauan yang telah diajukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam jangka waktu satu minggu atau 7 (tujuh) hari kerja wajib pajak tidak juga mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisili atau bertempat tinggal.

Adapun tata cara pelaksanaan dari pengukuhan wajib pajak secara jabatan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Petugas pendaftaran wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak menerima data wajib pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi maupun kantor penyuluhan pajak.

b. Selanjutnya data-data tersebut diteliti dan disesuaikan dengan data yang ada di master file untuk mengetahui apakah wajib pajak telah terdaftar sebelumnya atau tidak. Jika dalam hal wajib pajak telah pernah terdaftar, maka kepadanya akan diberikan NPWP yang sama dengan yang dimiliki sebelumnya.

c. Setelah itu petugas mengisi formulir permohonan pendaftaran dan selanjutnya menandatanganinya.

B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Dalam melaksanakan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi diperlukan data Orang Pribadi dan Badan yang penghasilannya diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang akurat agar dalam pelaksanaan


(50)

Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi sesuai dengan tujuan dan sasaran Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang telah ditetapkan. Ketika Kantor Pelayanan Pajak Pratama melaksanakan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi biasanya dihadapkan pada beberapa masalah yang menjadi penghambat bagi kelancaran Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam melaksanakan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi. Perubahan selalu diiringi dengan upaya untuk menyesuaikan keadaan agar perubahan tersebut tidak memberikan dampak negatif.

Direktorat Jenderal Pajak selalu melakukan pembenahan terhadap peraturan perpajakan khususnya yang menyangkut dengan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi, namun tidak selamanya kegiatan ekstensifikasi berjalan dengan lancer, hal ini disebabkan karena adanya hambatan-hambatan, antara lain sebagai berikut :

a. Ketidaktahuan, yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan-ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut.

b. Kesalahpahaman, yaitu Wajib Pajak salah menafsirkan ketentuan Perundang-undangan Perpajakan.

c. Wajib Pajak memberikan laporan,data-data, dan keterangan yang tidak sesuai dengan bentuk usaha yang dilakukan.


(51)

d. Data statistik (seperti : Pemda, lembaga pendidikan assosiasi profesi, assosiasi usaha Orang Pribadi) yang berpenghasilan diatas PTKP yang dibutuhkan aparat pajak dalam membuat kebijakan tak tersedia secara memadai.

e. Kurang mengertinya Wajib Pajak akan adanya kewajiban perpajakan atas usaha yang dijalankan. Setiap Orang Pribadi atau Badan Usaha yang menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dikenakan pajak atas usaha yang dilakukannya itu. Orang Pribadi atau Badan tersebut harus memiliki NPWP. Tetapi kadang Wajib Pajak kurang mengerti bahwa atas usaha yang dijalankan itu dirinya dikenakan pajak sehingga ia tidak mendaftarkan dirinya memperoleh NPWP. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang perpajak

f. Wajib Pajak (masyarakat) enggan atau merasa sulit mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.

g. Kendala utama dari masyarakat untuk memiliki NPWP adalah pertimbangan manfaat langsung yang didapat. Karena pajak tidak memberikan imbalan langsung kepada masyarakat, maka untuk apa punya NPWP.

Untuk mengatasi kendala tersebut aparat pajak melakukan beberapa usaha untuk mengatasinya yaitu :


(52)

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melakukan studi pelatihan, mengadakan lomba penulisan tentang perpajakan bagi siswa tingkat SMP sampai Perguruan Tinggi, keadaan semacam ini dapat memicu minat masyarakat untuk mengkaji permasalahan perpajakan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya peranan pajak bagi pembangunan.

2. Meningkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP sehingga semua lapisan masyarakat akan mengerti hak dan kewajiban perpajakannya. Peranan pemerintah dalam hal ini DJP, mengutamakan masalah penyuluhan tersebut dengan membentuk Direktorat Penyuluhan Perpajakan di lingkungannya. Strategi yang ditempuh adalah :

a. Melakukan Promosi pajak secara serentak, pemberdayaan masyarakat, serta pencerahan petugas pajak.

b. Pembukaan Homepage DJP di internet yang dapat diakses oleh siapapun dari seluruh penjuru dunia. Homepage tersebut menyajikan informasi yang cukup memadai mengenai ketentuan perpajakan sehingga masyarakat yang mengakses internet dapat memperoleh secara gratis.

c. Pemberian brosur perpajakan secara gratis ditempat pendidikan, pusat perbelanjaan maupun tempat hiburan diharapkan


(53)

pemebrian brosur perpajakan gratis dapat mendorong masyarakat secara sukarela memenuhi kewajiban perpajakannya.

3. Peningkatan program/rencana kerja yang jelas, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan terhadap Ekstensifikasi dan Intensifikasi Wajib Pajak.

4. Pemberlakuan tindakan administrasi dan sanksi pidana yang lebih ketat terhadap Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tindakan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Wajib Pajak.

5. Melakukan Pemeriksaan untuk mengkonfirmasikan kebenaran data yang disampaikan.

C. Hasil Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan

Adapun pelaksanaan dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi ini bertujuan untuk memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Sehingga diharapkan dengan bertambahnya jumlah wajib paja yang terdaftar akan dapat meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan sekaligus akan mampu membantu meningkatkan beban Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang diperolehnya dari pembagian hasil penerimaan setoran Pajak Penghasilan pasal 25 yang dikenakan atas gaji dan penghasilan lainnya. Berdasarkan data statistik Wajib Pajak yang terdaftar untuk periode tahun 2005 hingga tahun 2009


(54)

dalam kurun waktu 4 tahun, senantiasa mengalami kenaikan, walaupun tingkat kenaikannya tidak sebagaimana yang diharapkan oleh pihak KPP.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Masih kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan arti pentingnya pajak dalam mengisi pembangunan yang ditunjukkan dengan ketidakmauan serta ketidakpedulian dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

2. Kurangnya keintensipan instansi pajak untuk melakukan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak yang belum mengerti tentang apa itu pajak.

B. Saran

Adapun saran penulis adalah :

1. Perlu adanya kesinggapan serta keintensifan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak untuk menjaring setipa wajib pajak yang sengaja menghindar dari kewajiban perpajakannya.


(56)

2. Perlu adanya peningkatan kerja sama dengan berbagai pihak baik itu instansi swasta maupun pemerintah dalam hal mengumpulkan data dan informasi mengenai wajib pajak dalam pelaksanaan ekstensifikasi.

3. Perlu meningkatkan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut masalah perpajakan agar mereka tahu apa itu pajak,fungsi,dampak,serta kegunaannya bagi pembangunan.

4. Perlu adanya penegakan hukum yang jelas, sehingga tidak ada lagi yang berani untuk melanggar setiap aturan-aturan hukum yang telah ditetapkan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Brotodiharjo, R. Santoso, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Adika, Bandung.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi 7, Andi Offset, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

B. Peraturan Perundang – Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 Tentang

Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.7/2004 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan Dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak

Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-32/PJ/2010 Tanggal 09 Maret 2010 Tentang Penegasan Tidak Lanjut Kantor Pelayanan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Baru.

C. Jurnal, Artikel, Internet www.pajak.go.id


(1)

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melakukan studi pelatihan, mengadakan lomba penulisan tentang perpajakan bagi siswa tingkat SMP sampai Perguruan Tinggi, keadaan semacam ini dapat memicu minat masyarakat untuk mengkaji permasalahan perpajakan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya peranan pajak bagi pembangunan.

2. Meningkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP sehingga semua lapisan masyarakat akan mengerti hak dan kewajiban perpajakannya. Peranan pemerintah dalam hal ini DJP, mengutamakan masalah penyuluhan tersebut dengan membentuk Direktorat Penyuluhan Perpajakan di lingkungannya. Strategi yang ditempuh adalah :

a. Melakukan Promosi pajak secara serentak, pemberdayaan masyarakat, serta pencerahan petugas pajak.

b. Pembukaan Homepage DJP di internet yang dapat diakses oleh siapapun dari seluruh penjuru dunia. Homepage tersebut menyajikan informasi yang cukup memadai mengenai ketentuan perpajakan sehingga masyarakat yang mengakses internet dapat memperoleh secara gratis.

c. Pemberian brosur perpajakan secara gratis ditempat pendidikan, pusat perbelanjaan maupun tempat hiburan diharapkan


(2)

pemebrian brosur perpajakan gratis dapat mendorong masyarakat secara sukarela memenuhi kewajiban perpajakannya.

3. Peningkatan program/rencana kerja yang jelas, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan terhadap Ekstensifikasi dan Intensifikasi Wajib Pajak.

4. Pemberlakuan tindakan administrasi dan sanksi pidana yang lebih ketat terhadap Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tindakan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Wajib Pajak.

5. Melakukan Pemeriksaan untuk mengkonfirmasikan kebenaran data yang disampaikan.

C. Hasil Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan

Adapun pelaksanaan dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi ini bertujuan untuk memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Sehingga diharapkan dengan bertambahnya jumlah wajib paja yang terdaftar akan dapat meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan sekaligus akan mampu membantu meningkatkan beban Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang diperolehnya dari pembagian hasil penerimaan setoran Pajak Penghasilan pasal 25 yang dikenakan atas gaji dan penghasilan lainnya. Berdasarkan data statistik Wajib Pajak yang terdaftar untuk periode tahun 2005 hingga tahun 2009


(3)

dalam kurun waktu 4 tahun, senantiasa mengalami kenaikan, walaupun tingkat kenaikannya tidak sebagaimana yang diharapkan oleh pihak KPP.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Masih kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan arti pentingnya pajak dalam mengisi pembangunan yang ditunjukkan dengan ketidakmauan serta ketidakpedulian dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

2. Kurangnya keintensipan instansi pajak untuk melakukan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak yang belum mengerti tentang apa itu pajak.

B. Saran

Adapun saran penulis adalah :

1. Perlu adanya kesinggapan serta keintensifan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak untuk menjaring setipa wajib pajak yang sengaja menghindar dari kewajiban perpajakannya.


(5)

2. Perlu adanya peningkatan kerja sama dengan berbagai pihak baik itu instansi swasta maupun pemerintah dalam hal mengumpulkan data dan informasi mengenai wajib pajak dalam pelaksanaan ekstensifikasi.

3. Perlu meningkatkan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut masalah perpajakan agar mereka tahu apa itu pajak,fungsi,dampak,serta kegunaannya bagi pembangunan.

4. Perlu adanya penegakan hukum yang jelas, sehingga tidak ada lagi yang berani untuk melanggar setiap aturan-aturan hukum yang telah ditetapkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Brotodiharjo, R. Santoso, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Adika, Bandung.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi 7, Andi Offset, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

B. Peraturan Perundang – Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 Tentang

Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.7/2004 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan Dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak

Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-32/PJ/2010 Tanggal 09 Maret 2010 Tentang Penegasan Tidak Lanjut Kantor Pelayanan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Baru.

C. Jurnal, Artikel, Internet www.pajak.go.id