Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas

(1)

ANALISIS ISI FOTOJURNALISTIK

MENGENAI KERUSUHAN MESIR PADA HARIAN KOMPAS

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan oleh:

EVA MUGDHIYANA

090922023

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Eva Mugdhiyana

NIM : 090922023 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas

Medan, Juli 2011

Pembimbing Ketua Departemen

Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm NIP. 197711062005011001

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196208281987012001

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas, selain itu untuk mengetahui perkembangan fotografi jurnalistik dan suasana saat terjadinya aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak.Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Entire Detail Frame Angle Time(EDFAT) yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. Teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yaitu komunikasi dan komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, fotografi, media massa dan surat kabar. Pada teori fotografi juga melingkupi fotografi jurnalistik dan metode EDFAT yang digunakan sebagai operasional konsep.Penelitian ini menggunakan Analisis Satu Variabel (Univariate Analysis) untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu variabel.

Subjek penelitian adalah fotojurnalistik pada Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011 yaitu saat terjadinya awal aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak hingga Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Jumlah foto yang dianalisis adalah 26 foto.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, penelitian kepustakaan (library research) dan wawancara mendalam (indepth interviews).Peneliti mewawancarai fotografer senior yang pernah menjabat sebagai redaktur foto Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto Kompas yang saat ini menjabat, Jhonny. T. Gunardi pada tanggal 8 Juni 2011 di Kantor Harian Kompas Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas format foto adalah horizontal, dengan komposisi berdasarkan jarak pemotretan Medium Shot. Sedangkan angle yang paling banyak digunakan adalah Eye Level Angle dan High Angle/Bird Angle.Terdapat satu foto yang dipotret kembali melalui televisi oleh Redaktur Foto Kompas, Jhonny. T. Gunardi, ketika Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Hal tersebut dilakukan karena sampai waktunya naik cetak, Harian Kompas belum mendapatkan foto yang cocok untuk ditampilkan pada headline.

Harian Kompas berlangganan foto dengan beberapa kantor berita internasional yaitu: Associated Press (AP) Photo, Agence France Presse (AFP) dan Getty Images. Berdasarkan hasil penelitian, foto mengenai kerusuhan Mesir yang dipublikasikan di Harian Kompas mayoritas bersumber dari Associated Press (AP) Photo dengan fotografer yang bernama Ben Curtis dan Emillio Morenatti. Selain itu, foto tanggal 5 Februari 2011 halaman 9 foto yang bersumber dari Associated Press (AP) Photo tidak dicantumkan nama fotografernya.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim……

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas karunia, kekuatan dan kesehatan yang tiada terkira, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Seperti yang sering kita dengar, foto mengandung berjuta makna yang tersirat. Setelah melaksanakan penelitian ini, penulis menyadari, fotografi tidak hanya sekadar menekan tombol shutter dan mengatur komposisi, melainkan kemampuan untuk melihat suatu peristiwa dari sisi lain dan membuatnya menjadi lebih menarik untuk dilihat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta,

abahH.Sulaiman Syam, mamak Hj.Madhiyah dan Sulaiman’s junior: Zulfadly, Fakhrul Razi, Evi Susanti atas segala dukungan, kasih sayang juga keikhlasan dalam memotivasi agar skripsi ini terselesaikan. Penulis juga menyadari tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. 3. Sekretaris Departemen sekaligus Dosen Wali penulis, Dra. Dayana,

M.Si.

4. Dosen pembimbing, Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan memberikan tambahan ilmu fotografi kepada penulis.

5. Drs. Humaizi, M.Si yang telah memberikan banyak saran kepada penulis sebelum pengajuan judul dan meminjamkan beberapa buku penting.

6. Staf pengajar di FISIP USU dan pegawai Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.


(5)

7. Fotografer Senior Harian Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto Kompas, Jhonny T. Gunardi, yang telah meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang dengan penulis di Kantor Harian Kompas Jakarta. 8. Pimpinan, staf dan dewan guru SMK TIK Darussalam atas

pengertiannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengerjakan skripsi disela-sela kesibukan tugas kantor.

9. Kak Siska Apridiati, Nur Azizah, Hafiz Ihsan, Endah Rundika dan teman-teman seperjuangan di angkatan 2009 Ilmu Komunikasi Ekstensi kelas A yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Teman-teman yang telah memberikan warna dalam kehidupan penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena keterbatasan ruang.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan, dukungan dan do’a yang diberikan.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu saran dan kritik tentu sangat dibutuhkan demi perbaikan skripsi ini.Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAKSI ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR FOTO ...vi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ...1

I.2. Perumusan Masalah ... 8

I.3. Pembatasan Masalah ...8

I.4. Tujuan Penelitian ...9

I.5. Manfaat Penelitian ...9

I.6. Kerangka Teori ... 10

I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ...10

I.6.2. Fungsi Komunikasi Massa ...12

I.6.3. Fotografi ...14

I.6.3.1. Fotografi Jurnalistik ...15

I.6.4. Media Massa ...16

I.6.5. Surat Kabar ...17

I.7. Kerangka Konsep ...18

I.8. Model Teoritis ...19

I.9. Operasional Konsep ...19

I.10. Defenisi Operasional Konsep ...19

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa...21

II.2. Fungsi Komunikasi Massa ...24


(7)

II.3.1. Fotografi Jurnalistik ...32

II.3.2. Metode EDFAT ...39

II.4. Media Massa ...42

II.5. Surat Kabar ...44

BAB III METODOLOGI III.1. Metodologi Penelitian ...47

III.1.1. Tipe Penelitian ...47

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ...51

III.3. Subjek Penelitian ...52

III.4. Teknik Pengumpulan Data ...53

III.5. Teknik Analisis Data ...53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Kualitatif ...55

IV.2. Hasil Analisis Fotojurnalistik ...58

IV.3. Pembahasan ...113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ...115

V.2. Saran ...116

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR FOTO

Foto 1 Foto Tanggal 27 Januari 2011 Halaman 8 ...58

Foto 2 Foto Tanggal 28 Januari 2011 Halaman 8 ...61

Foto 3 Foto Tanggal 29 Januari 2011 Halaman 8 ...63

Foto 4 Foto Tanggal 30 Januari 2011 Halaman 10 ...65

Foto 5 Foto Tanggal 31 Januari 2011 Halaman 9 ...67

Foto 6 Foto Tanggal 31 Januari 2011 Halaman 10 ...69

Foto 7 Foto Tanggal 1 Februari 2011 Halaman 1 ...71

Foto 8 Foto Tanggal 1 Februari 2011 Halaman 9 ...74

Foto 9 Foto Tanggal 2 Februari 2011 Halaman 1 ...76

Foto 10 Foto Tanggal 2 Februari 2011 Halaman 9 ...78

Foto 11 Foto Tanggal 4 Februari 2011 Halaman 1 ...80

Foto 12 Foto Tanggal 4 Februari 2011 Halaman 8 ...82

Foto 13 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 1 ...84

Foto 14 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 9 ...86

Foto 15 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 11 ...88

Foto 16 Foto Tanggal 6 Februari 2011 Halaman 10 ...90

Foto 17 Foto Tanggal 7 Februari 2011 Halaman 8 ...92

Foto 18 Foto Tanggal 7 Februari 2011 Halaman 9 ...94

Foto 19 Foto Tanggal 8 Februari 2011 Halaman 1 ...96

Foto 20 Foto Tanggal 8 Februari 2011 Halaman 10 ...98

Foto 21 Foto Tanggal 9 Februari 2011 Halaman 8 ...100

Foto 22 Foto Tanggal 11 Februari 2011 Halaman 1 ...102

Foto 23 Foto Tanggal 11 Februari 2011 Halaman 10 ...104

Foto 24 Foto Tanggal 12 Februari 2011 Halaman 1 ...106

Foto 25 Foto Tanggal 12 Februari 2011 Halaman 8 ...109


(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas, selain itu untuk mengetahui perkembangan fotografi jurnalistik dan suasana saat terjadinya aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak.Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Entire Detail Frame Angle Time(EDFAT) yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. Teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yaitu komunikasi dan komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, fotografi, media massa dan surat kabar. Pada teori fotografi juga melingkupi fotografi jurnalistik dan metode EDFAT yang digunakan sebagai operasional konsep.Penelitian ini menggunakan Analisis Satu Variabel (Univariate Analysis) untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu variabel.

Subjek penelitian adalah fotojurnalistik pada Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011 yaitu saat terjadinya awal aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak hingga Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Jumlah foto yang dianalisis adalah 26 foto.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, penelitian kepustakaan (library research) dan wawancara mendalam (indepth interviews).Peneliti mewawancarai fotografer senior yang pernah menjabat sebagai redaktur foto Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto Kompas yang saat ini menjabat, Jhonny. T. Gunardi pada tanggal 8 Juni 2011 di Kantor Harian Kompas Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas format foto adalah horizontal, dengan komposisi berdasarkan jarak pemotretan Medium Shot. Sedangkan angle yang paling banyak digunakan adalah Eye Level Angle dan High Angle/Bird Angle.Terdapat satu foto yang dipotret kembali melalui televisi oleh Redaktur Foto Kompas, Jhonny. T. Gunardi, ketika Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Hal tersebut dilakukan karena sampai waktunya naik cetak, Harian Kompas belum mendapatkan foto yang cocok untuk ditampilkan pada headline.

Harian Kompas berlangganan foto dengan beberapa kantor berita internasional yaitu: Associated Press (AP) Photo, Agence France Presse (AFP) dan Getty Images. Berdasarkan hasil penelitian, foto mengenai kerusuhan Mesir yang dipublikasikan di Harian Kompas mayoritas bersumber dari Associated Press (AP) Photo dengan fotografer yang bernama Ben Curtis dan Emillio Morenatti. Selain itu, foto tanggal 5 Februari 2011 halaman 9 foto yang bersumber dari Associated Press (AP) Photo tidak dicantumkan nama fotografernya.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Fotojurnalistik sebagai salah satu unsur penting dalam kegiatan jurnalistik modern, telah berkembang sangat pesat dewasa ini.Apalagi sejak ditemukannya kamera digital yang menawarkan beraneka macam kemudahan, fotografi jurnalistik semakin besar peranannya menjadi penyampai informasi kepada khalayak secara cepat dan akurat.Dalam konteks ini, fotografi jurnalistik tidak berdiri sendiri sebagai sebuah gambar, melainkan acapkali menjadi suatu kesatuan dengan berita. Keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga media massa cetak akan terasa hambar jika salah satunya tidak ada. Media massa cetak hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa foto/gambar (Wijaya, 2009: 5).

Fotojurnalistik juga dapat dikatakan sebagai metode berkomunikasi melalui fotografi sehingga fotojurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi yang dibutuhkan masyarakat baik lokal, regional, nasional maupun pada tingkat internasional. Fotojurnalistik merupakan hasil jerih payah seorang fotografer jurnalistik (kerap juga disebut pewarta foto, foto jurnalis atau wartawan foto) yang dianggap dapat mengekspresikan sudut pandang sang fotografer namun pesan komunikasinya memiliki arti yang jauh lebih luas daripada hanya sekedar arti dari sudut pandang sang fotografer.

Sebuah fotojurnalistik yang baik tidak hanya sebatas pembahasan visual atau foto belaka, teks foto yang kuat berdasarkan fakta dan data akan memberikan


(11)

nilai lebih secara lengkap sebuah informasi yang akan diberikan kepada pembaca. Elemen penting ini terlihat pada foto-fotojurnalistik di media cetak, yang merupakan dasar dari pemaknaan fotojurnalistik secara umum.

Jurnalistik adalah suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat.Apa saja yang terjadi di dunia, apakah itu peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opinion), jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak, akan merupakan bahan dasar bagi jurnalistik, akan menjadi bahan berita untuk disebarluaskan kepada masyarakat(Effendy, 2005: 151).

Fotografi merupakan gambar, foto juga merupakan alat visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu.

Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi.Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto.

Pada surat kabar, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Selain itu foto juga meyakinkan dan memberi variasi yang makin digemari oleh pembaca, karena dengan melihat gambar-gambar tidak begitu melelahkan mata dan otak, seperti membaca berita-berita yang berkepanjangan.Alasan utama sebagai media visual sebenarnya lebih pada kemampuannya merekam(mengabadikan) suatu kejadian atau keadaan sosial sebagaimana adanya.


(12)

Fotojurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/hard news, berita bertafsir, berita kedalaman/depth reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca). Sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya fotojurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet).

Media foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephore Niepce yang memulai pekerjaannya dalam bidang ini pada tahun 1813.Penggunaan foto dalam dunia jurnalistik berawal dari pemakaian gambar-gambar dan lukisan dalam media tersebut. Penggunaan fotojurnalistik dalam surat kabar dan majalah mulai berkembang pada tahun 1930-an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik. Fotojurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi yang disebut dengan komunikasi foto (photographic communication). Bahkan komunikasi foto kini telah menempati kunci model dalam proses komunikasi massa. Sebagai suatu lambang yang berdimensi visual, foto dan gambar mendeskripsikan sesuatu pesan yang tidak secara eksplisit tertuang dalam komunikasi kata, baik lisan maupun tulisan (Muhtadi, 1999:101).

Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas.Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik.Kerja seorang wartawan foto adalah titipan mata dari masyarakat di mana foto yang tersaji adalah benar-benar bersifat jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian editorial dalam surat kabar,


(13)

majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual (http://dkv.isi-dps.ac.id).

Khalayak lebih banyak memilih surat kabar untuk memenuhi keingintahuannya akan informasi karena penyebarannya lebih diperuntukkan kepada khalayak dan bersifat umum, keteraturan terbitnya surat kabar yang bisa satu sampai dua kali sehari, kesemestaan isinya yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia, serta keaktualan berita yang disajikan. Oleh karena itu, banyak media massa cetak sekarang lebih memperhatikan visualisasi dengan porsi yang agak besar untuk memudahkan pembaca mencerna berita.

Saat ini salah satu konflik yang baru-baru saja terjadi adalah aksi demo keras di Mesir.Gerakan diawali oleh para aktivis yang mengajak rakyat Mesir untuk melakukan gerakan bersama melawan kemiskinan, pengangguran, korupsi pemerintah, dan kekuasaan Presiden Hosni Mubarak. Demonstran mendesak Mubarak mengakhiri kekuasaannya yang telah berlangsung 30 tahun, menuntut mundur Perdana Menteri Ahmed Nazif, serta menuntut pembubaran parlemen dan pembentukan pemerintah bersatu(http://kompas.com).

Gerakan demonstran dimulai pada hari Rabu (26/1/2011) yang merupakan hari libur nasional mereka lempar dengan tagline "hari kemarahan". Massa demonstran berbaris di pusat kota Kairo, menuju kantor partai yang berkuasa, Partai Demokrasi Nasional, serta Departemen Luar Negeri dan televisi negara. Protes serupa dilaporkan terjadi di kota-kota lain di seluruh negeri.Bentrokan akhirnya tak terhindarkan, polisi melemparkan gas air mata dan meriam air


(14)

terhadap demonstran yang berteriak "Turunlah bersama Mubarak" di Tahrir Square.

Kerusuhan meluas di Alexandria, kota Mansura di Delta Nil, Tanta dan di kota-kota selatan Aswan dan Assiut. Pada kerusuhan awal tiga pengunjuk rasa dan seorang perwira polisi telah tewas. Protes terus terjadi di beberapa kota. Ratusan orang telah ditangkap, tetapi para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan menyerah sampai permintaan mereka terpenuhi. Kekerasan juga meletus di kota Suez, sementara di daerah Sinai utara, tepatnya di kawasan Sheikh Zuweid, suku Badui dan polisi terlibat aksi saling menembak, menewaskan seorang remaja berusia 17 tahun. Hal yang sama juga terjadi di Ismailia.

Tuntutan dan aksi yang dikatakan terilhami oleh demonstrasi yang berhasil menjatuhkan Presiden Tunisia itu terus dicoba dibubarkan oleh pemerintah.Sekitar 250 orang terluka, termasuk 85 polisi, setelah polisi antihuru hara menembakkan gas air mata.Citra kepolisian di Mesir terus merosot, sementara rakyat masih menghargai pasukan militer.Para pejabat keamanan menyebutkan hampir 1000 pemrotes ditahan.Pada tanggal 28 Januari internet dan SMS di Mesir mati, layanan jejaring sosial Facebook dan Twitter terganggu.

Pemerintah Mesir kini mendapat tekanan internasional yang lebih keras, termasuk dari negara sekutunya Amerika Serikat. Juru bicara Departemen Luar Negeri, Philip Crowley menyampaikan agar para pemimpin Arab bekerja sama dengan masyarakat mereka dalam melakukan reformasi atau dalam mencermati para ekstremis.

Setelah hampir tiga pekan berunjuk rasa, para demonstran yang terus berkumpul di At-Tahrir Square Mesir akhirnya bersorak gembira.Presiden Hosni


(15)

Mubarak resmi mundur. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden Omar Suleiman di televisi nasional Mesir, Jumat (10/2)(http:/

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis fotojurnalistik selama kerusuhan di Mesir pada Harian Kompas. Peneliti akan menganalisis foto pada Harian Kompas tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011. Peneliti memilih Harian Kompas dikarenakan harian tersebut merupakan surat kabar berskala nasional dan memiliki foto-foto yang bagus untuk dianalisis.

Harian Kompas berkantor pusat di Jakarta dan merupakan bagian dari kelompok Kompas Gramedia.Selain itu, Harian Kompas juga dapat diakses melalui e-paper dengan konsep surat kabar digital, sehingga dapat memudahkan peneliti mendapatkan tambahan informasi. Selain itu, Harian Kompas merupakan satu-satunya koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations

(ABC).

Harian Kompas telah menjadi referensi khalayak yang dipercaya sejak terbit pada tahun 1965. Harian Kompas termasuk ke dalam pers berkualitas (quality newspaper), yaitu penerbitan pers yang memilih cara penyajian yang etis, moralis dan intelektual (Amar, 1984 dalam Sumadiria, 2005: 39). Pers berkualitas dikelola secara konseptual dan profesional.Materi laporan, ulasan dan tulisan berkualitas termasuk berat.

Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Atas usul Presiden Sukarno namanya diubah menjadi Kompas, sebagai media pencari fakta dari segala penjuru.Kompas mulai terbit tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969 Kompas merajai penjualan


(16)

surat kabar secara nasional. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, Harian Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian berita olahraga(http://wikipedia.org).

Foto kerusuhan yang terjadi di Mesir banyak diambil dari foto-foto

TheAssociated Press (AP), Agence France Presse(AFP) dan Getty Images.The Associated Press (AP) didirikan pada tahun 1846 dan bermarkas di New York.Misinya adalah menjadi jaringan berita dunia yang menyediakan layanan berita yang berkualitas, dapat dipercaya dan objektif(www.ap.org).Sedangkan Agence France Presse (AFP) diciptakan pada tahun 1835 oleh Agency Havas,

perusahaan berita pertama di dunia. Para jurnalis yang tergabung dalam kelompok pemberontak, menguasai kantor pusat Paris pada bulan Agustus 1944, setelah Perancis terbebaskan dari kedudukan nazi(http://www.afp.com).Foto lainnyajuga diambil dari Getty Images.Getty Images didirikan pada tahun 1995 oleh Mark Getty dan Jonathan Klein yang membawa peralihan fotografi bisnis ke zaman fotografi digital


(17)

I.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah berguna sebagai upaya membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah ditentukan.Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah isi fotojurnalistik mengenaikerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian terbatas pada analisis isi fotojurnalistik tentang kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas.

2. Penelitian dilakukan dengan menganalisis foto-foto dari Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011–12 Februari 2011 atau ketika awal terjadinya gejolak sampai Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya.

3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2011, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.


(18)

I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan fotojurnalistik.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi atau suasana selama kerusuhan yang terjadi di Mesir sampai Hosni Mubarak mengundurkan diri dari jabatannya.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan kepada mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU.

2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswaIlmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU, serta menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai fotografi jurnalistik. 3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siapa saja


(19)

I.6. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti di dalam mengaplikasikan pola berpikirnya di dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung masalah penelitian.Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, memberikan pandangan dan melahirkan strategi.

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 1998: 39-40).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Proses penyampaian ini berlangsung pada umumnya dengan menggunakan bahasa. Bahasa adalah lambang yang mewakili sesuatu, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang seperti kita inginkan.

Hakikatnya proses komunikasi itu adalah proses pernyatan antarumat manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada


(20)

orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dengan kata lain, komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) pada orang lain (komunikan), dimana pikiran itu bisa berupa gagasan, informasi dan opini (Effendy, 1990: 11).

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan definisi Gebner, tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan (Ardianto dan Komala, 2004: 3).

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (Fajar, 2009:225).


(21)

I.6.2. Fungsi Komunikasi Massa

Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation

(penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan

entertainment (hiburan).

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, yaitu: 1. Warning or Beware Surveillance (Pengawasan Peringatan). Fungsi

pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer.

2. Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental). Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode resep masakan dan sebagainya, adalah contoh pengawasan instrumental.


(22)

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.

c. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini disebut juga

socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Dengan perkataan lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

e. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk saran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara hiburan.Memang ada beberapa televisi dan radio siaran yang memuat


(23)

100% berita.Tetapi televisi dan radio siaran lainnya menyajikan berita kurang dari 5%, majalah pun demikian halnya.Ada yang banyak memuat hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan.

Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, Teka-Teki Silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

I.6.3. Fotografi

Definisi fotografi secara luas adalah paduan seni dan teknik memindahkan gambar yang ada di alam ke atas benda yang peka atau sensitif terhadap cahaya yang disebut dengan film (atau sensor semikonduktor pada kamera digital) dengan mempergunakan alat bantu kamera.Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam Bahasa Yunani, yakni photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Sementara itu, kata kamera berasal dari bahasa latinCamera Obscura yang berarti kamar gelap atau dark room (Mulyanta, 2008: 5).

Foto yang bagus harus memiliki beberapa kualitas. Pertama, foto harus fokus sehingga maknanya yang penting bisa terlihat dan dipahami pemirsanya. Kedua, foto harus memiliki exposure yang bagus. Kualitas foto yang bagus lainnya adalah foto bebas dari cacat (Rolnicki, 2008: 322).


(24)

I.6.3.1. Fotografi Jurnalistik

Definisi singkat fotojurnalistik dapat dilihat dalam buku Photojournalism1

(New York Institute of Photography: 3, dalam Wijaya, 2009: 3) yang mengartikan sebagai menceritakan sebuah kisah dengan menggunakan sebuah foto atau lebih (photojournalism is telling a story with one or more photographs). Fotografi jurnalistik merupakan faktor penting yang mendukung dalam kegiatan mempengaruhi masyarakat/khalayak, sebab foto merupakan suatu karya seni yang memberi nilai dokumenter, estetika dan artistik kepada suatu hasil karya dalam media cetak. Foto jurnalistik yang bernilai dokumenter merekam suatu kejadian agar orang berfikir maupun mengungkapkan, sedangkan foto seni memukau orang untuk memandangnya (Susanto, 1982 dalam Wijaya, 2009: 5).

Ada delapan karakter fotojurnalistik menurut Frank P. Hoy dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas Arizona, pada bukunya yang berjudul Photojournalism the Visual Approach yaitu sebagai berikut:

1. Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan pewarta foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium fotojurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service).

3. Kegiatan fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Fotojurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

5. Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek sekaligus pembaca fotojurnalistik.

6. Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

7. Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

8. Tujuan fotojurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press) (Alwi, 2004: 4-5).


(25)

Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal metode Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT.Metode yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University

ini telah teruji sebagai metode untuk memilih aspek spesial dari cerita, agar memperoleh gambar yang kuat.EDFAT adalah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.

I.6.4. Media Massa

Media massa atau dalam hal ini disebut pula sebagai media jurnalistik merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media).

Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “messages communicated through a mass medium to a large number of people,” suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempat–tempat yang tidak ditentukan. Jadi, media massa menurutnya, adalah suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio dan televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi, 1999: 73).

Media massa memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).


(26)

Jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, radio siaran, televisi dan film.

I.6.5. Surat Kabar

Sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak, yaitu: surat kabar, majalah dan buku. Sejak masa awal pertumbuhannya hingga saat ini ketiga jenis media cetak itu telah mengalami berbagai perubahan besar.

Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg di Jerman.

Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru (Ardianto, 2004:101). Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia.

Menurut Agee (dalam Ardianto, 2004: 103) secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah: (1) to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia), (2) to comment

(mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita), (3) to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media). Sedangkan fungsi sekunder media, adalah (1) untuk kampanye proyek-proyek yang bersifat


(27)

kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita-cerita khusus, (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.

I.7. Kerangka Konsep

Kerangka merupakan hasil pemikiran yang rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis.

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Adapun konsep-konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah: - Foto-fotojurnalistik pada Harian Kompas.

- Analisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan Mesir 27 Januari-12Februari 2011.


(28)

I.8. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang dikembangkan dari kerangka teori sebelumnya, maka peneliti membuat model teoritis. Model ini berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan kemudian. Model teoritisnya adalah sebagai berikut:

I.9. Operasional Konsep

Operasional konsep berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian.Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah:

a. Entire b. Detail c. Framing d. Angle e. Time

I.10. Definisi Operasional Konsep

Menurut Singarimbun (1995: 46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah

Menghimpun data foto kerusuhan

yang terjadi di Mesir

Mengklasifikasikan berdasarkan kriteria

fotojurnalistik

Menganalisis isi fotojurnalistik


(29)

yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut:

a. Entire (E)

Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain.

b. Detail (D)

Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest.

c. Frame (F)

Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.

d. Angle (A)

Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

e. Time (T)

Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan (http://wulanderland. wordpress.com).


(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2005: 10) ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Harold Laswell (dalam Mulyana, 2005: 62) mengemukakan cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika didukung oleh adanya (1) Sumber: Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi, sumber bisa terdiri dari satu orang, organisasi atau lembaga. (2) Pesan: Yaitu sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. (3) Media: Yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam


(31)

komunikasi massa, media adalah alat yang menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang tidak dapat melihat, membaca dan mendengarnya. (4) Penerima: Yaitu pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. (5) Efek: Yaitu perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Cangara, 2006: 23-25).

Adapun proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakann lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture), syarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh dan jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.


(32)

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena, dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya (Effendy: 2005, 11-17).

Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi-organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan mencerminkan hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.Dalam komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalaya .org).

Seperti dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr dan Joseph A. Devito (dalam Effendy, 2005: 21-25), komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya adalah (1) Komunikasi massa berlangsung satu arah (one way communication): Tidak terdapat arus balik dari komunikan. (2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga: Media massa sebagai saluran komunikasi merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. (3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum: Karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. (4) Media komunikasi


(33)

massa menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. (5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, di mana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal.

II.2. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut seorang pakar komunikasi, Harold D. Lasswell (dalam Effendy, 2005: 27), proses komunikasi di masyarakat menunjukkan tiga fungsi:

a. Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment), penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat dan bagian-bagian unsur di dalamnya.

b. Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan (correlation of the components of society in making a response to the environment).

c. Penyebaran warisan sosial (transmission of the social inheritage). Di sini berperan para pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun di sekolah, yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya.

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (dalam Ardianto, 2004: 15-18), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation

(penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan


(34)

f. Surveillance (Pengawasan)

Surveillance mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya melakukan pengawasan. Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, yaitu (1) Warning or Beware Surveillance

(Pengawasan Peringatan) dan (2) Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental).

g. Interpretation (Penafsiran)

Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga memberikan informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.

h. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

i. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini disebut juga socialization

(sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

j. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk saran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara hiburan.Memang ada beberapa televisi dan radio siaran yang memuat 100% berita.Tetapi televisi dan


(35)

radio siaran lainnya menyajikan berita kurang dari 5%, majalah pun demikian halnya.Ada yang banyak memuat hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan.

Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, Teka-Teki Silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

Dari paparan diatas, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni: menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2005: 31).

II. 3. Fotografi

Fotografi merupakan sebuah seni dan teknologi dalam proses menghasilkan sebuah gambar/imaji. Mo Tschi di China, Aristoteles di Yunani, Al-Hazzen di Timur Tengah, Leonardo Da Vinci dan Louis Jacques Mande Daguerre di Eropa, merupakan sebagian kecil yang turut berperan dalam pengembangan teknik dan konsep “melukis dengan cahaya” yang telah mereka lakukan sedari 25 abad silam dengan melakukan ribuan percobaan (Drajat, 2001: iii).

Fotografi secara resmi lahir di Paris ketika Louis Jacques Mande Daguerre memperkenalkan kameranya yang bernama Daguerreotype. Sejak itu, era


(36)

perkembangan fotografi terus berjalan mengikuti perkembangan kemajuan manusia, hingga kini memasuki masa booming teknologi kamera digital.

Fotografi masuk ke Indonesia sekitar tahun 1841, ketika pemerintah kolonial Belanda mendatangkan Dr. Jurriaan Munich untuk mendokumentasikan aktivitas Hindia Belanda. Namun sayangnya foto-foto Jurriaan tidak terdokumentasikan dengan baik, sehingga kita sulit mengamati foto-foto pertama tentang Indonesia (Santoso, 2010: 4).

Sekitar tahun 1875, dunia fotografi mulai diisi oleh orang pribumi yang bernama Kassian Chepas, seorang pria asal Yogyakarta. Foto Kassian yang fenomenal dan dijadikan penelitian arkeologi adalah foto dokumentasi 467 relief Karmawibhangga (relief pada dasar candi Borobudur yang tertutup tanah). Perkembangan fotografi setelah itu masih belum menunjukkan geliatnya. Baru tahun 1960-an, seiring dengan peningkatan harga perlengkapan fotografi, dunia fotografi di Indonesia mulai berkembang.

Foto yang bagus harus memiliki beberapa kualitas. Pertama, foto harus fokus sehingga maknanya yang penting bisa terlihat dan dipahami pemirsanya. Kedua, foto harus memiliki exposure yang bagus. Kualitas foto yang bagus lainnya adalah foto bebas dari cacat (Rolnicki, 2008: 322). Sedangkan menurut Arbain Rambey, elemen penting dalam fotografi ada lima yaitu: (1) Teknis, (2) Komposisi, (3) Posisi, (4) Momen dan (5) Content.

Menurut Santoso (2010: 14) ada beberapa macam jenis fotografi diantaranya yaitu:


(37)

1. Fotografi Murni atau Hobi

Jenis fotografi yang digolongkan ke dalam kelompok fotografi murni ini adalah jenis karya fotografi yang dibuat semata-mata karena hobi atau kesukaan sang fotografer. Karya tersebut tidak dimasukkan sebagai ilustrasi artikel pada majalah atau surat kabar atau juga tidak dimasukkan sebagai bahan promosi atau iklan. Karya tersebut dibuat atas dasar keinginan atau mood si pemotret terhadap objek atau keindahan objek yang dilihatnya. Tujuan yang dikejar oleh sang fotografer adalah menciptakan momen eksotik.

2. Fotografi Jurnalistik

Fotografi jurnalistik yang khusus menampilkan foto-foto yang memiliki nilai berita, baik benda, bahan atau situasi kehidupan manusia yang menarik perhatian umum.Bersifat aktual sebagai berita yang mampu mengungkapkan kejadian, menjelaskan dan menimbulkan rasa ingin tahu. Dalam fotografi jurnalistik juga dikenal rubrikasi atau pembagian antara lain:

a. Fotografi Hard News

Dalam Bahasa Indonesia lazim disebut berita hangat atau keras, merupakan hasil rekaman berita beragam peristiwa yang dapat mengubah sejarah dunia atau juga sebuah peristiwa yang menggemparkan, seperti kerusuhan, kekerasan, bencana alam dan kecelakaan yang merenggut ratusan korban jiwa.


(38)

b. Fotografi General News (Berita Umum)

Fotojurnalistik kategori ini bersifat seremoni yang terjadwal atau teragendakan.Seperti foto-foto pejabat, peresmian sebuah gedung, karnaval, peringatan ulang tahun sebuah negara dan sebagainya yang bersifat informasi.

c. Fotografi Portrait

Potret dalam fotojurnalistik bukan sekedar foto close-up semata.Potret di sini lebih sekedar menyajikan wajah seseorang atau tokoh. Foto berani menampilkan karakteristik sesuai dengan hati sang subjek, yang paling pokok adalah pengungkapan kreatif dari watak seorang tokoh, hingga merupakan sebuah biografi visual.

d. Fotografi Industri dan Pertanian

Foto-foto yang bersifat proses produksi dalam suatu industri baik pertanian maupun industri berskala besar, juga lahan pertanian serta kesibukan dalam mengolah produksi pertanian.

e. Fotografi Ekonomi dan Investasi

Foto yang berkenaan dengan perekonomian makro, bisa berupa foto pameran industri yang menyangkut usaha masyarakat. Tetapi tidak menonjolkan gambar proses produksi yang rutin.

f. Fotografi Daily Life (Feature)

Fotojurnalistik yang tidak terkait dengan syarat unsur kehangatan atau aktualitas, yang diutamakan dalam kategori foto ini adalah keunikan, humor maupun perjuangan hidup dan nasib seseorang.


(39)

g. Fotografi Seni dan Budaya

Berita budaya juga menjadi santapan bagi publik/pembaca.Setiap umat manusia selalu terkungkung oleh suatu budaya dimana mereka tinggal atau hidup.Beragam budaya dan adat istiadat ada di dunia ini.

h. Fotografi Arsitektur

Segala foto yang menunjukkan arsitektur, interior maupun eksterior dan semua gedung bangunan.

i. Fotografi Iptek dan Kesehatan

Kategori foto tentang penemuan di bidang teknologi seperti komputer maupun penemuan serum untuk suatu pengobatan.

j. Fotografi Alam Lingkungan

Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan.Selain alam, satwa yang dilindungi juga dapat menjelma menjadi foto-foto yang menarik.

k. Fotografi Sports

Foto olahraga merupakan wujud apresiasi terhadap semangat kompetisi sportif.Foto-foto di lingkup arena pertandingan amat kaya dengan gerakan yang aktraktif maupun peristiwa diluar ruangan.


(40)

l. Esai Foto

Foto-foto yang bercerita foto seri yang biasanya dilengkapi dengan teks pengantar.Foto bukan foto tunggal melainkan terdiri dari beberapa foto yang menjadi item maupun tema cerita.

3. Fotografi Komersil

Fotografi komersial memiliki aturan-aturan yang ditaati dan ditepati. Fotografer di bidang ini harus menunjukkan hasil yang subjektif secermat mungkin. Bahkan pada saat-saat tertentu para pemotret harus pula menjaga kerahasian, keamanan dan keselamatan objek yang dipotretnya.

4. Fotografi Iklan

Pada fotografi iklan dapat dilihat bahwa faktor objektivitas agak sedikit berkurang. Alasan yang paling mendasar adalah foto-foto yang akan ditampilkan bertujuan mempengaruhi selera konsumen, agar konsumen mau membeli produk yang ditawarkan. Seorang fotografer harus berkreasi untuk mendapatkan hasil yang memiliki “magnet”. 5. Fotografi Pernikahan

Fotografi pernikahan adalah bagian dari fotografi komersial yang berfungsi sebagai sarana pendokumentasian upacara pernikahan.Fotografi pernikahan merupaka “tambang emas” bagi seorang fotografer yang tidak ada habis-habisnya. Cabang fotografi ini tidak akan pernah berakhir sepanjang masa, karena merupakan


(41)

keinginan manusiawi jika pasangan yang melakukan pernikahan ingin mengabadikan hari bahagia mereka tersebut.

6. Foto Fashion

Foto fashion tidak lagi berbentuk foto produk tetapi berkembang menjadi aliran yang mengutamakan artistik yang tinggi yang mewakili rancangan mode. Persaingan dalam menjual ide, konsep dan tidak hanya dari sisi rancangan mode, tapi juga teknik fotografi, make-up

dan rambut, tata gaya, tata ruang dan sebagainya yang menghasilkan sebuah karya seni.

II.3.1. Fotografi Jurnalistik

Menurut Guru Besar Universitas Missouri di Amerika Serikat, Cliff Edom, fotojurnalistik adalah paduan kata (words) dan gambar (pictures). Sementara menurut mantan editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, fotojurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.

Kategori fotojurnalistik terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, tidak pernah sama setiap tahunnya. Kategori yang pernah dibuat sekitar tahun 2007 oleh Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh dunia. Kategori itu adalah sebagai berikut:

1. Spot Photo

Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian.


(42)

2. General News Photo

Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa.Temanya bermacam-macam yaitu politik, ekonomi dan humor.

3. People in the News Photo

Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita.Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.Tokoh-tokoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dpublikasikan.

4. Daily Life Photo

Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segikemanusiawiannya (human interest).

5. Portrait

Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.

6. Sport Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga.Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai.

7. Science and Technology Photo

Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8. Art and Culture Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.

9. Social and Environment

Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Pada sebuah foto terdapat teks foto atau sering disebut caption yang diperlukan untuk menjelaskan suatu foto. Kalau tanpa teks foto, maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya. Syarat-syarat teks foto seperti di Lembaga Kantor Berita Antara, adalah sebagai berikut:


(43)

- Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaskan data yang dimiliki.

- Teks foto harus mengandung minimal unsur 5W + H, yaitu who, what, where, when, why + how.

- Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana (simple tense).

- Teks foto diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu tanggal penyiaran dan judul, serta diakhiri dengan tahun foto disiarkan serta nama pembuat dan editor foto (Alwi, 2004: 6-7).

Menurut Alwi (2004: 42), tahapan dalam fotografi ada empat, yaitu komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma.

1. Komposisi

Komposisi adalah susunan dalam foto.Bagaimana susunan itu hanya fotografer yang bisa mengetahui dan melakukannya. Komposisi dilakukan berdasarkan: (1) point of interest. Point of interest adalah hal atau sesuatu yang paling menonjol pada foto, yang membuat orang langsung melihat kepadanya atau disebut juga pusat perhatian. (2) framing. Framing menggunakan lensa fiks, dilakukan dengan cara fotografer maju-mundur, mendekat-menjauhi objek. Tetapi dengan lensa zoom maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom ke kanan-kiri atau ke depan-belakang searah objek foto. (3) balance. Balance adalah keseimbangan yang harus dipertimbangkan pada objek foto.

Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan dengan variasi longshot, medium shot dan close up. Juga sudut pengambilan dengan variasi high angle dan low angle. Lalu penempatan objek lain dengan objek utama, dengan variasi foreground dan background dan posisi kamera yang diletakkan vertikal atau horizontal.

a. Long Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek (point of interest) kecil.Hal ini karena kamera berada pada jarak yang jauh dengan objek foto, sehingga hasil foto/proyeksi foto pada kaca pembidik terlihat juga


(44)

kecil.Komposisi dengan pemotretan long shot dilakukan untuk memperoleh foto berkesan memperlihatkan suasana.

b. Medium Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek yang difoto (point of interest) sudah terlihat lebih besar dibandingkan pada pemotretan long shot. Hal ini karena kamera sudah berada atau diletakkan lebih dekat jaraknya dengan objek foto.

c. Close up

Komposisi yang terlihat hanya objek yang difoto saja atau yang dijadikan point of interest, pada seluruh permukaan foto atau kaca pembidik. Tidak ada objek lain. Sehingga hasil foto objek juga terlihat besar.

d. High Angle

Adalah pemotretan denagn menempatkan objek foto lebih rendah daripada kamera.Atau, kamera berada lebih tinggi daripada objek foto, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek foto terlihat mengecil.

e. Low angle

Adalah pemotretan dengan kamera yang ditempatkan lebih rendah daripada objek foto.Atau, objek foto berada lebih tinggi daripada kamera, sehingga objek foto terkesan membesar pada kaca pembidik. f. Foreground

Adalah pemotretan dengan menempatkan objek lain di depan objek utama. Yang tujuannya, selain sebagai pembanding juga untuk memperindah objek utama. Objek di depan disebut foreground atau latar depan, bisa dibuat tajam (focus), bisa pula tidak tajam (blur). Fokus dilakukan pada objek utama. Hasil foto terkesan objek utama terhalang oleh objek lain didepannya.

g. Background

Kebalikan dari foreground adalah pemotretan dengan menempatkan objek utama di depan objek lain. Tujuannya seperti foreground, yaitu untuk pembanding dan memperindah objek utama. Objek lain dibelakang disebut latar belakang (background).

h. Horizontal dan Vertikal

Adalah pemotretan dengan posisi kamera mendatar (horizontal) dan hasil fotonya juga mendatar (horizontal).Sementara vertikal, posisi kamera berdiri (vertikal), sehingga hasil fotonya juga vertikal.


(45)

Adalah kegiatan mengatur ketajaman objek foto yang telah dijadikan point of interest pada saat komposisi. Dilakukan dengan cara memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada kaca pembidik, objek yang tadinya tidak tajam dan tidak jelas, menjadi fokus dan tajam serta jelas bentuk dan tampilannya.

3. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang dipilih pada tombol kecepatan.Tirai ada pada bagian belakang dalam kamera.Kecepatan diibaratkan kelopak mata manusia.Kalau kelopak mata manusia membuka berarti manusia bisa melihat karena cahaya masuk, begitu juga sebaliknya kalau kelopak mata tertutup.Rumus kecepatan adalah “makin besar kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang besar), makin sebentar/sedikit cahaya yang bisa masuk ke kamera dan membakar film”.Sebaliknya, “makin kecil kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang kecil), makin lama/banyak cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera dan membakar film”.

4. Diafragma (Aperture)

Sama halnya dengan kecepatan, diafragma juga diibaratkan bola mata manusia.Kalau bola mata membesar, berarti cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia banyak, terutama kalau manusia berada pada tempat yang gelap, sehingga manusia bisa melihat di dalam kegelapan.Sebaliknya, kalau bola mata manusia mengecil, berarti cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia sedikit, hal ini terutama kalau manusia berada di tempat terang dimana manusia


(46)

mengerdip sehingga bola mata pun mengecil dan cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia pun juga sedikit.

Teori diafragma yaitu “makin besar diafragma (ditunjukkan dengan angka kecil), makin banyak cahaya yang bisa lolos ke kamera melalui lensa”.Sebaliknya, “makin kecil diafragma (ditunjukkan dengan angka yang besar) maka makin sedikit cahaya yang bisa lolos ke dalam kamera melalui lensa”.

Sedangkan Rolnicki (2008) mengemukakan beberapa kaidah komposisi yang bisa meningkatkan mutu isi gambar, yaitu sebagai berikut:

a. Center of Interest

Alasan mengapa foto diambil harus terlihat jelas bagi pemirsanya. Isi foto harus jelas terlihat dan diletakkan secara strategis dalam kerangka.

b. Rule of Thirds

Memotret subjek dengan menempatkannya langsung di tengah frame

biasanya menghasilkan foto yang statis dan kurang menarik. Saat melihat melalui lensa kamera, fotografer bisa secara visual membagi space

menjadi tiga baik secara vertikal maupun horizontal. Persilangan dari area ini akan menghasilkan titik temu yang menonjol untuk menempatkan informasi visual dalam frame.

c. Leading Lines

Garis dalam foto dapat membawa pemirsanya langsung ke subjek utama. Garis-garis ini bisa berbentuk nyata seperti jalan atau jalur yang ditempuh seseorang, atau bisa juga samar, seperti garis geometris dengan detail arsitektural.

d. Framing

Framing dalam foto memanfaatkan detail latar depan dan belakang untuk memberikan batas parsial atau frame di seputar objek utama.

e. Grounds

Meskipun foto memadatkan pemandangan tiga dimensi menjadi gambar dua dimensi, foto masih bisa menunjukkan kedalaman dan menunjukkan perbedaan spasial. Menempatkan isi yang bermakna di latar depan, tengah dan belakang gambar akan membantu prinsip ini.

f. Lighting

Pencahayaan yang menarik dapat membuat gambar lebih menarik.


(47)

Dampak adalah kekuatan foto untuk merebut perhatian orang. Pemirsa mungkin akan tertarik pada satu foto karena isinya yang dramatis.

Selain itu, teknik memotret juga menunjang hasil fotojurnalistik yang menarik. Menurut Alwi (2004: 60-66) teknik memotret adalah suatu cara dalam memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret. Teknik memotret bermacam-macam, tetapi yang paling banyak digunakan untuk pemotretan fotojurnalistik adalah sebagai berikut:

a. Freeze

Adalah teknik memotret pada objek bergerak yang menginginkan objek tersebut berhenti (diam/freeze) setelah dipotret.Karena itu digunakan kecepatan tinggi atau diatas 1/60 sesuai gerakan objek foto. Memotret freeze bisa dilakukan menggunakan lampu flash.

b. Blur

Adalah teknik memotret pada objek bergerak untuk memperoleh hasil foto objek yang bergerak tersebut menjadi blur atau tidak fokus (goyang), sementara objek yang tidak bergerak diam dan tajam. Karena itu kecepatan yang digunakan adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

c. Panning

Adalah teknik memotret dengan menggerakkan kamera sesuai gerakan objek foto. Tujuannya adalah supaya gerakan tersebut terekam oleh kamera hanya lintasannya saja pada latar belakang objek foto secara blur bergaris.


(48)

Adalah teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan objek mendekat/menjauhi kamera, untuk itu digunakan lensa zoom. Kecepatan yang dipakai adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

e. Multiple Exposure

Adalah teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan menumpuk objek yang difoto lebih dari satu kali tetapi berada pada satu frame (bingkai film).

f. Window Light

Adalah teknik memotret dengan memanfaatkan cahaya dari satu sumber, bisa itu cahaya dari jendela (window), bisa juga cahaya dari sumber lain yang searah seperti halnya cahaya jendela.

g. Siluet

Adalah teknik memotret dengan menempatkan kamera menghadap langsung sumber cahaya, sementara objek foto di tengah-tengah sumber cahaya dengan kamera.Hasil fotonya, objek foto gelap sementara latar belakang (sumber cahaya) terang.

II.3.2. Metode EDFAT

Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT merupakan metode yang diperkenalkan Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University sebagai salah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode iniadalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.


(49)

f. Entire (E)

Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.

g. Detail (D)

Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest.

h. Frame (F)

Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.

i. Angle (A)

Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

j. Time (T)

Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman


(50)

ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan

Sedangkan, menurut buku Photojournalism2 (dalam Wijaya: 2009) ada minimal empat syarat untuk menghasilkan sebuah karya fotojurnalistik yang baik, antara lain:

a. Waktu (Time)

Fotojurnalistik harus mampu mempertimbangkan aspek waktu, yaitu yang pertama berhubungan dengan berapa lama (how long) waktu yang dihabiskan untuk membuat sebuah/serangkaian foto dan yang kedua seberapa cepat (how fast) seorang pewarta foto mampu sampai di tempat kejadian dan berapa cepat ia mampu bereaksi menjepretkan kameranya ketika ada momen yang bernilai berita (news value). Timing yang tepat kerap kali menentukan hasil akhir sebuah foto, apakah akan menjadi sebuah foto luar biasa atau hanya foto yang biasa-biasa saja. Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah mengenai kekinian (up to date) foto tersebut. Sebuah foto yang baik mampu menceritakan suatu kisah terbaru secara gamblang dengan menggunakan hanya satu foto atau dalam rangkaian beberapa foto yang bercerita, namun, foto yang baik juga dapat menceritakan kilas balik (flash back) kepada penikmatnya apa yang pernah terjadi pada suatu masa dahulu.

b. Familiar (Familiarity)

Syarat ini erat kaitannya dengan seberapa jauh khalayak mengenal subyek foto yang ditampilkan di media massa. Adakalanya media menampilkan sosok yang tidak familiar pada awalnya, namun akhirnya menjadi sosok yang mudah dikenali oleh khalayak luas.


(51)

Dalam hal ini, berlaku dua hal dalam familiarity, yaitu: - Sosok tersebut familiar, maka dia di-publish, atau - Sosok tersebut menjadi familiar setelah dia di-publish.

c. Sudut Pandang

Sudut pandang seorang pewarta foto dan juga khalayak yang melihat foto tersebut, pasti akan sangat dipengaruhi lingkungan sosial tempatnya berada. Selain itu, kerangka berpikir (frame of reference) dan luas lingkup pengalaman (field of experience) turut pula menentukan bagaimana sebuah foto dipandang.

d. Sesuai Kenyataan (Reality)

Fakta adalah hal yang dijunjung tinggi oleh para jurnalis di seluruh dunia. Kredibilitas media akan tercoreng manakala diketahui ada berita ataupun gambar yang mereka terbitkan ternyata hasil rekayasa yang tidak sesuai kenyataan.

II. 4. Media Massa

Media massa (mass media) menurut Rolnicki (2008) adalah saluran-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-ROM, komputer, televisi, radio dan sebagainya. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.


(52)

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori yakni media massa cetak dan media elektronik. Bentuk-bentuk media massa seperti yang dijelaskan Ardianto (2004: 97-143) yaitu sebagai berikut:

a. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg di Jerman. b. Majalah

Menurut Dominick (dalam Ardianto, 2004: 107) klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima kategori utama, yakni: (1) general consumer magazine

(majalah konsumen umum), (2) business publication (majalah bisnis), (3)

literacy reviewsand academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah), (4) newsletter (majalah khusus terbitan berkala), (5) Public Relations Magazine (majalah humas).

c. Radio Siaran

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, electronic games dan personal casset players. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Radio juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping


(53)

empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi (Ardianto, 2004: 115-119).

d. Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Karakteristik televisi seperti yang dikutip dalam Ardianto (2004: 128-130) yakni: (1) Audiovisual/dapat didengar sekaligus dapat dilihat. (2) Berpikir dalam gambar. (3) Pengoperasian lebih kompleks.

e. Film

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Film (motion pictures) ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun.

f. Komputer dan Internet

Menurut LaQuey (dalam Ardianto, 2004: 143), yang membedakan internet (dan jaringan global lainnya) dari teknologi komunikasi tradisional adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya. Tak ada media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang.


(54)

Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru (Ardianto, 2004: 101). Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia.

Adapun ciri-ciri surat kabar sebagaimana yang dipaparkan oleh Effendy (2005: 154) adalah sebagai berikut:

a. Publisitas

Surat kabar diperuntukkan umum; karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum.

b. Universalitas

Menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.

c. Aktualitas

Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan.

d. Periodisitas

Periodisitas merupakan penerbitan surat kabar dilakukan secara periodik, teratur. Tidak menjadi soal apakah terbitnya itu sehari sekali, seminggu


(55)

sekali, sehari dua kali atau tiga kali seperti di negara-negara yang sudah maju, syaratnya ialah harus teratur.

Dibandingkan dengan media eletronik yang menyiarkan pemberitaan seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komunikasi sifat surat kabar adalah (a) Terekam. Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulangkaji, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu. (b) Menimbulkan perangkat mental secara aktif. Karena berita surat kabar menyebabkan pembaca harus menggunakan perangkat mental secara aktif, maka wartawan yang menyusunnya harus menggunakan bahasa yang umum dan lazim sehingga para pembaca mudah mencernanya. Hal ini erat kaitannya dengan sifat khalayak surat kabar yang heterogen, yang tingkat pendidikannya tidak sama dan mayoritas dari mereka rata-rata berpendidikan rendah sampai tengah.

Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar nasional, regional dan lokal. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa daerah.

Surat kabar nasional, diantaranya Kompas, Suara Pembangunan, Media Indonesia, Republika, Suara Karya. Surat kabar regional, diantaranya Pikiran Rakyat (Jawa Barat), Jawa Pos dan Surabaya Pos (Jawa Timur), Suara Merdeka


(56)

(Jawa Tengah), Waspada (Sumatera Utara), Bali Pos (Bali). Surat kabar lokal, di antaranya adalah Bandung Pos (Bandung-Jabar), Pos Kota (Jakarta), Kedaulatan Rakyat (Jogyakarta). Surat kabar bentuk tabloid adalah Bintang, Citra, Nova, Wanita Indonesia, Bola, GO (Gema Olahraga). Surat kabar berbahasa Inggris, diantaranya The Jakarta Post (Ardianto, 2004: 106-107).

BAB III METODOLOGI

III.1. Metodologi Penelitian III.1.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah kualitatif yang diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring infomasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis (Nawawi, 1995: 209). Dalam penelitian kualitatif ada dua hal yang ingin dicapai, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, (2) menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan proses suatu fenomena sosial itu. Berdasarkan tujuan kedua, peneliti menggunakan analisis isi yang tujuan utamanya adalah mendeskripsikan karakteristik pesan yang ada dalam ranah publik dengan perantaraan teks (Birowo, 2007: 146).

Analisis isi (content analysis) merupakan teknik penelitian alternatif bagi kajian komunikasi yang cenderung lebih banyak mengarah pada sumber (source)


(57)

maupun penerima pesan (receiver).Pendekatan penelitian ini mengedepankan penyajian data secara terstruktur serta memberikan gambaran terinci tentang objek penelitian berupa pesan komunikasi. Pesan itu sendiri jika mengacu pada Leeuwen dan Jewit (dalam Birowo, 2004: 147) terdiri dari komponen: words, actions, pictures, sehingga penelitian dengan teknik analisis isi sebenarnya memiliki wilayah yang luas untuk menggali problem-problem yang ada dalam objek penelitian komunikasi.

Analisis isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.Dalam penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat keajekan isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi (Bungin, 2008: 155).

Penggunaan analisis isi tidak berbeda dengan penelitian kualitatif lainnya.Hanya saja, karena teknik ini dapat digunakan pada pendekatan yang berbeda (baik kuantitatif maupun kualitatif), maka penggunaan analisis isi tergantung pada kedua pendekatan tersebut.Berelson (dalam Birowo, 2004: 154) mengidentifikasi dua kategori secara umum dalam analisis isi, yaitu; subtance (isi dari pesan) dan form (bagaimana pesan itu disampaikan).

Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi. Janis (dalam Bungin, 2008: 157) menjelaskan klasifikasi sebagai berikut:

a. Analisis Isi Pragmatis, di mana klasifikasi dilakukan terhadap tanda menurut sebab akibatnya yang mungkin terjadi.


(58)

b. Analisis Isi Semantik, dilakukan untuk mengklasifikasikan: tanda menurut maknanya. Analisis ini terdiri dari tiga jenis sebagai berikut: (1) Analisis Penunjukan (Designation Analysis), menggambarkan

frekuensi seberapa objek tertentu (orang, benda, kelompok atau konsep) dirujuk. Analisis model ini juga biasa disebut sebagai Analisis Isi Pokok Bahasan (Subject-Matter Content Analysis). (2) Analisis Penyifatan (Attributions Analysis), menggambarkan

frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk.

(3) Analisis Pernyataan (Assertions Analysis), menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut Analisis Tematik.

c. Analisis Sarana Tanda (sign-vehicle), dilakukan untuk mengklasifikasikan isi pesan melalui sifat psikofisik dari tanda atau memahami teks dengan cara menghitung frekuensi berapa kali.

Dalam penelitian kualitatif, penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan pada bagaimana simbol-simbol yang ada pada komunikasi itu terbaca dalam interaksi sosial, dan bagaimana simbol-simbol itu terbaca dan dianalisis oleh peneliti. Deskripsi yang diberikan para ahli tentang content analysis, selalu menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi. Secara teknik content analysis mencakup upaya-upaya: klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi.


(59)

Sementara penentuan unit analisis menurut Krippendorf (dalam Birowo, 2004: 152-153) dapat memiliki 5 variasi yang berbeda-beda yaitu: physical,

syntactical, referential, propositional dan thematic units. Physicalunitsadalah teks-teks yang dipakai sebagai unit studi di surat kabar, majalah, buku-buku atau program televisi. Syntactical units terdiri dari simbol-simbol individual (kata-kata) yang muncul. Referential units menghubungkan simbol pada suatu hal yang dituju. Propositional units merupakan unit yang secara keseluruhan menunjukkan suatu kasus yang menjadi topik penelitian. Thematic units merupakan isi tema dalam pesan yang diteliti.

Ada banyak manfaat dalam penggunaan metode analisis isi. Menurut Wimmer dan Dominick setidaknya ada lima manfaat yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1. Menggambarkan Isi Komunikasi (Describing Communication Content). Yaitu mengungkap kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetak maupun elektronik.

2. Menguji Hipotesis tentang Karakteristik Pesan (Testing Hipothesis of Messages Characteristics). Sejumlah peneliti analisis isi berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari komunikator (sumber) dengan karakteristik pesan yang dihasilkan.

3. Membandingkan Isi Media dengan Dunia Nyata (Comparing Media Content to the “Real World”). Banyak analisis isi digunakan untuk menguji apa yang ada di media dengan situasi aktual yang ada di kehidupan nyata.


(60)

4. Memperkirakan Gambaran Kelompok Tertentu di Masyarakat (Assesing the Image of Particular Groups in Society). Sejumlah penelitian analisis isi telah memfokuskan dan mengungkap gambaran media mengenai kelompok minoritas tertentu dengan meneliti masalah sosial tentang diskriminasi dan prasangka terhadap kelompok minoritas, agama tertentu, etnik dan lain-lainnya.

5. Mendukung Studi Efek Media Massa. Penggunaan analisis isi acapkali digunakan sebagai sarana untuk memulai penelitian efek media massa (Suyanto dan Sutinah, 2005: 127-129).

Analisis isi yang digunakan mengacu kepada metode EDFAT dalam dunia fotografi jurnalistik, yang diperkenalkan oleh “Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University”.Metode EDFAT dipilih karena merupakan suatu kriteria yang digunakan dalam memilih aspek spesial dari cerita, agar memperoleh gambar yang kuat.

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Harian Kompas.Harian Kompas berkantor pusat di Jl. Palmerah Selatan No. 22-28 Jakarta dan merupakan bagian dari kelompok Kompas Gramedia. Selain itu, Harian Kompas juga dapat diakses melalui e-paper dengan konsep surat kabar digital. Selain itu, Harian Kompas merupakan satu-satunya koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations (ABC).


(1)

Foto Tanggal 8 Februari 2011 Halaman 10


(2)

Foto Tanggal 11 Februari 2011 Halaman 1 (Headline)


(3)

Foto Tanggal 12 Februari 2011 Halaman 1 (Headline)


(4)

(5)

Peneliti (kiri) berfoto bersama fotografer senior Harian Kompas, Arbain Rambey (kanan) di Kantor Harian Kompas Jakarta.Beliau juga pernah menjabat sebagai

Redaktur Foto Kompas selama beberapa tahun.

Peneliti (kiri) berfoto bersama Redaktur Foto Harian Kompas, Jhonny. T. Gunardi (kanan) saat diwawancarai di Kantor Harian Kompas Jakarta pada tanggal 8 Juni


(6)

BIODATA PENELITI

Nama : Eva Mugdhiyana

Tempat, Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 22 Oktober 1987

NIM : 090922023

Departemen : Ilmu Komunikasi Ekstensi

Alamat : Jl. Darussalam/Karya Bakti Gang Bahagia No. 4 Medan 20119

Pendidikan :

- TK 4 Taman Siswa (Sekarang Yapena) Aceh Utara (1992-1994) - SD 3 Taman Siswa (Sekarang Yapena) Aceh Utara (1994-1998)

- SD Swasta Al-Azhar Medan (1998-2000)

- SMP Swasta Al-Azhar Medan (2000-2003)

- SMA Negeri 4 Medan (2003-2006)

- D III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi USU (2006-2009) - S 1 Ilmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU (2009-2011)

Nama Orangtua :

1. Ayah : H. Sulaiman Syam 2. Ibu : Hj. Mardhiyah

Anak Ke- : Empat dari empat bersaudara

Nama Saudara :

1. Zulfadly 2. Evi Susanti 3. Fakhrul Razi


Dokumen yang terkait

Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas

0 52 84

Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada)

2 55 178

PENUTUP JURNALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN KERUSUHAN TEMANGGUNG (Analisis Isi Kuantitatif terhadap Pemberitaan Kerusuhan Temanggung di Harian Suara Merdeka pada Bulan Februari-Juli 2011).

0 10 84

PENDAHULUAN Pers dalam Pemberitaan Kerusuhan di Temanggung Sub Judul: Analisis isi Imparsialitas pemberitaan Kerusuhan di Temanggung, Jawa Tengah pada Kompas periode Februari 2011- Maret 2011.

0 2 34

PENUTUP Pers dalam Pemberitaan Kerusuhan di Temanggung Sub Judul: Analisis isi Imparsialitas pemberitaan Kerusuhan di Temanggung, Jawa Tengah pada Kompas periode Februari 2011- Maret 2011.

0 3 61

ETIKA DAN PRINSIP JURNALISME PADA MEDIA SIBER DETIKCOM MENGENAI PEMBERITAAN TEWASNYA WNI DI KERUSUHAN MESIR.

0 0 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. PerspektifParadigma Penelitian - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas: (Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas: (Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas)

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. PerspektifParadigma Penelitian - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas

2 2 6