80
No Kode
Nama Perusahaan
Tanggal listing
Harga IR
offering closing
Line Tbk 113
PEGE PT Panca
Global Securities Tbk
24-Jun- 05
100 148
48.00 114
RELI PT Reliance
Securities Tbk 13-Jul-
05 250
255 2.00
115 EXCL
PT XL Axiata Tbk
29-Sep- 05
2000 2048
2.40 116
MICE PT Multi
Indocitra Tbk 21-Dec-
05 490
650 32.65
117 AMAG PT Asuransi
Multi Artha Guna Tbk
23-Dec- 05
105 111
5.71 Sumber: data diolah
B. Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dilakukan terhadap data return on asset ROA, reputasi auditor RAUD, dan ukuran perusahaan SIZE terhadap initial
return IR. Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Dari
analisis tersebut, dapat diketahui nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Penelitian ini menggunakan
fasilitas elektronik Microsoft Excel 2010 dan SPSS 21.0 dalam melakukan pengolahan data. Fasilitas elektronik tersebut digunakan
untuk mempermudah dalam menganalisis dan menjelaskan variabel yang diteliti. Berikut ini merupakan statistik deskriptif dari masing-masing
variabel independen dalam penelitian ini.
81
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
ROA 117
.001 .732
.06412 .086589
SIZE 117
20.352 30.448
27.05764 1.701497
IR 117
1.316 158.400
30.77080 26.026491
Valid N listwise
117 Sumber: data diolah SPSS 21
Pada tabel 4.5 menggambarkan bahwa rata-rata nilai underpricing dari 117 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia adalah
sebesar 30,77 dengan standar deviasi 26,03. Tingkat underpricing yang paling rendah yaitu sebesar 1,39 terjadi pada PT. Elang Mahkota
Tekhnologi Tbk. EMTK yang melaksanakan IPO pada tanggal 19 Januari 2010. EMTK melaksanakan IPO pada tahun ke 27 perusahaan
berdiri yakni pada tanggal 3 Agustus 1983 dengan total ekuitas sebesar Rp 2.892.598.490, menggunakan KAP yang bereputasi tinggi yaitu KAP
Purwanto, Suherman Surja Ernst Young, dan ROA sebesar 0,10 Sumber: Data diolah.
Underpricing yang paling tinggi yaitu sebesar 76,92 terjadi pada PT. Cowell Development Tbk. COWL, yang melaksanakan IPO pada
tanggal 19 Desember 2007. COWL melaksanakan IPO pada tahun ke 26 perusahaan berdiri yakni pada tanggal 25 Maret 1981 dengan total aset
82
sebesar Rp 113.075.319.936, menggunakan KAP yang tidak bereputasi tinggi yaitu KAP Tjahjadi, Pradhono Teramihardja, dan ROA sebesar
0,03 Sumber: Data diolah. Rata-rata perusahaan yang mengalami underpricing tinggi yaitu berkisar 70 - 76,92 adalah yang melakukan
IPO pada tahun 2007 dan 2008 dan mayoritas dialami oleh perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate.
2. Uji-t Satu Sampel one sample t-test
Tabel 4.6 Hasil Uji t-satu sampel Initial Return
One-Sample Test
Test Value = 0
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Difference 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
IR 12.788 116 .000
30.770803 26.00512 35.53649 Sumber: data diolah di SPSS 21
Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan derajat kebebasan n-1= 117-1 = 116 adalah 12,788 t-tabel 2,0003 dan nilai p-
values adalah 0,000 α = 0,05 maka H ditolak sehingga H
a
diterima dimana telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana IPO
berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Rata-rata tingkat underpricing didapatkan sebesar 30,77 hasil pembulatan.
Harga saham pada penawaran perdana yang relatif rendah, disebabkan adanya asimetris informasi di pasar perdana Suyatmin dan
83
Sujadi, 2006: 12. Informasi asimetris ini dapat terjadi antara perusahaan emiten dengan perusahaan penjamin Suyatmin dan Sujadi, 2006: 12.
Adanya fenomena underpricing pada penawaran umum perdana IPO dari hasil perhitungan konsisten dengan penelitian yang dilakukan
dengan Zouari et al. 2009, Indriyani 2008, Brimadiyanto 2007, Suyatmin dan Sujadi 2006. Sementara, hasil ini berbeda dengan Ahmad
Rodoni 2003 yang menyimpulkan rendahnya keuntungan perdana initial return dan tidak underpricing bagi penawaran umum perdana
untuk periode penelitiannya tahun 1990-1998. 3.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda multiple regression sehingga
harus dipenuhi asumsi-asumsi klasik persamaan regresi berganda, yaitu tidak adanya heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan data
terdistribusi normal. a.
Uji Normalitas Untuk melihat normalitas data maka dilakukan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S. hasil uji Kolmogorov- Smirnov tampak di bawah ini.
84
Tabel 4.7 Tabel Kolmogorov-Smirnov 1
ROA RAUD
SIZE IR
N 117
117 117
117 Normal
Parameters
a,b
Mean .06412
.38 27.05764 30.77080
Std. Deviation
.086589 .486 1.701497 26.026491
Most Extreme Differences
Absolute .235
.404 .065
.129 Positive
.207 .404
.042 .129
Negative -.235
-.276 -.065
-.129 Kolmogorov-Smirnov Z
2.544 4.372
.706 1.396
Asymp. Sig. 2-tailed .000
.000 .702
.041 Sumber: data diolah SPSS 21
Dari tabel 4.7 dapat dilihat hanya variabel SIZE yang bersifat normal, karena nilai signifikansinya 0,702 0,05. Sedangkan
variabel ROA, RAUD, dan IR bersifat tidak normal karena nilai signifikansi ROA dan RAUD 0,000 sedangkan nilai signifikansi IR
adalah 0,041 yang berarti kurang dari 0,05. Maka dilakukan transformasi variabel menjadi bentuk
logaritma natural, hanya variabel RAUD yang tidak di logaritma karena pengukurannya berupa dummy sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut:
85
Tabel 4.8 Tabel Kolmogorov-Smirnov 2
RAUD Ln_ROA Ln_IR
N 117
117 117
Normal Parameters
a,b
Mean .38
-3.3121 2.9738
Std. Deviation
.486 1.12117
1.07792
Most Extreme Differences
Absolute .404
.081 .107
Positive .404
.045 .101
Negative -.276
-.081 -.107
Kolmogorov-Smirnov Z 4.372
.873 1.162
Asymp. Sig. 2-tailed .000
.431 .134
Sumber: data diolah SPSS 21
Dari tabel diatas, besarnya p value untuk variabel Ln_ROA, dan Ln_IR berturut-turut adalah 0,431 dan 0,134. Nilai ini lebih
besar dari α = 0,05. Jadi kita tidak dapat menolak H yang
menyatakan bahwa residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual terdistribusi normal. Normalitas data juga dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada gambar yang dihasilkan dari grafik normal P-Plot dibawah ini yang variabelnya
menjadi bentuk logaritma natural.
86
Gambar 4.1 Output Kurva Normal P-Plot
Sumber: data diolah SPSS 21
Dasar pengambilan keputusan menurut Imam Ghozali 2012: 163 adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik
hitogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pendapat tersebut sesuai
dengan hasil output kurva P-Plot dari SPSS 21 yang ditunjukkan pada gambar 4.1 bahwa semua titik mendekati garis diagonal. Dan
dapat diambil simpulan bahwa model ini memenuhi syarat normalitas data.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
87
pola tertentu pada grafik scatterplot yang ditunjukkan dengan gambar seperti di bawah ini.
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
Sumber: data diolah SPSS 21 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian
ini adalah uji Durbin Watson DW.
88
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Change Statistics
R Square
Change F
Change df1
1 .389
a
.151 .129
1.006223 .151
6.707 3
Model Summary
b
Model Change Statistics
Durbin-Watson df2
Sig. F Change 1
113
a
.000 1.660
Sumber: data diolah SPSS 21
Pada tabel 4.9 diatas terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,660
dibandingkan dengan ketentuan nilai Durbin Watson yang terdapat dalam Algiafari 1997 dalam Kristiantari 2012: 70, yaitu jika nilai
DW sebesar 1,55 hingga 2,46 berarti tidak ada autokorelasi, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada persamaan
regresi dalam penelitian ini.
d.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi Kristiantari, 2012:
69. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan tolerance value dan variance Inflation Factor VIP.
89
Batas tolerance value adalah 0,10 atau VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka
terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model 95.0
Confidence Interval for B
Correlations Collinearity
Statistics Lower
Bound Upper
Bound Zero-
order Partial Part
Tolerance Constant -2.025 4.106
Ln_ROA -.336
.001 -.235
-.182 -.171
.962 RAUD
-1.138 -.326
-.333 -.318
-.309 .878
SIZE -.053
.175 .002
.099 .092
.907
Coefficients
a
Model Collinearity
Statistics VIF
1 Constant
Ln_ROA 1.040
RAUD 1.139
SIZE 1.103
Sumber: data diolah SPSS 21
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, dapat diketahui bahwa tolerance value semua variabel independen berada di atas
0,10 dan nilai Variance Inflation Factor VIP dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam
persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini.
90
4. Analisis model regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda dapat memberikan pandangan terhadap pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa model regresi
dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi
autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linear berganda dan diinterpretasikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.11 Hasil Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta
1 Constant
1.041 1.547
.673 .503
Ln_ROA -.167
.085 -.174
-1.969 .051 RAUD
-.732 .205
-.330 -3.571 .001
SIZE .061
.058 .097
1.060 .291
Sumber: data diolah SPSS 21 Y = 1,041 - 0,167 - 0,732 + 0,061 + e
Berdasarkan model regresi yang terbentuk pada persamaan di atas, penjelasan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
91
a. Nilai konstanta diperoleh sebesar 1,041. Hasil ini dapat diasumsikan
jika tiga variabel bebasnya bernilai nol, maka diperoleh nilai underpricing yaitu sebesar 1,041.
b. Nilai koefisien regresi reputasi auditor diperoleh sebesar -0,732.
Hasil ini menunjukkan apabila reputasi auditor yang bereputasi baik yang ditunjukkan dengan angka 1, maka nilai underpricing akan
turun sebesar 0,732. Hasil ini menunjukkan bahwa KAP big four akan menurunkan tingkat underpricing. Tanda negatif pada koefisien
reputasi auditor konsisten dengan penelitian Apriliani Triani dan Nikmah 2006: 12.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji t parsial
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel
independen terdiri dari ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen yaitu initial return.
92
Tabel 4. 12 Uji T Parsial
Coefficients
a
Model Unstandardiz
ed Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std.
Error Beta
1 Constant 1.041 1.547
.673 .503
Ln_ROA -.167
.085 -.174
-1.969 .051
RAUD -.732
.205 -.330
-3.571 .001
SIZE .061
.058 .097
1.060 .291
Sumber: data diolah SPSS 21
Dari tabel 4. 12 dapat diketahui bahwa tidak semua variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Pengaruh variabel ROA terhadap initial return menunjukkan angka signifikansi 0,051 yang berarti tidak signifikan
pada level 0,05. Dengan kata lain, investor tidak melihat variabel ROA untuk membeli saham IPO. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Trisnawati 1999, Daljono 2000, dan Kristiantari 2012: 72.
Temuan ini tidak konsisten dengan Kim et al. 1993, Abdullah 2000, Gerianta 2008 dan Sandhiaji 2004 yang telah
membuktikan bahwa
profitabilitas perusahaan
berpengaruh signifikan negatif pada underpricing. Tidak berpengaruhnya ROA
profitabilitas perusahaan pada underpricing dapat diakibatkan oleh
93
ketidakpercayaan investor atas informasi keuangan yang disajikan oleh emiten.
Rini 2010, yang melakukan penelitian atas perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2007
menemukan bahwa perusahaan yang melakukan IPO di BEI melakukan manajemen laba sebelum IPO dua tahun dan satu tahun
sebelum IPO dengan pola income maximization menaikkan laba. Terkait hasil penelitian Rini 2010, maka ROA yang disajikan
dalam prospektus adalah ROA yang mengandung unsur manajemen laba. Terjadinya manajemen laba mengakibatkan informasi
keuangan yang disajikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Profitabilitas yang besar sebagaimana yang
disajikan dalam prospektus belum tentu dapat menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik. Kristiantari, 2012: 81
Variabel reputasi auditor memiliki nilai signifikansi 0,001 yang berarti lebih kecil dari dari derajat signifika
nsi α = 0,05. Penelitian ini dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan antara
variabel reputasi auditor dengan initial return yang didapatnya dilihat dari sisi investor. Nilai koefisien regresi menunjukkan negatif
yang berarti setiap perusahaan yang diaudit oleh auditor yang bereputasi baik mengalami initial return yang rendah, dan terbukti
auditor bereputasi baik KAP big four berhasil menurunkan tingkat underpricing. Hasil ini konsisten dengan penelitian Beatty 1989
94
dan Yona Octiani Lestari 2003: 10 tetapi berbeda dengan hasil penelitian Trisnawati 1998, Daljono 2000, Sandhiaji 2004 dan
Gerianta 2008. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar
0,291 yang berati lebih tinggi dari 0,05. Sehingga tidak berpengaruh antara variabel ukuran perusahaan dengan initial return. Hal ini tidak
sesuai dengan yang diharapkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka initial return semakin kecil. Hasil ini konsisten
dengan penelitian Abdullah 2000 dan Gerianta 2008. Tidak signifikannya variabel ukuran perusahaan kemungkinan
disebabkan karena investor di BEI belum menganggap dengan ukuran perusahaan yang besar, maka prospek perusahaan bagus di
masa yang akan datang setelah pasar IPO b.
Uji F Simultan Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh
variabel ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan terhadap initial return.
95
Tabel 4. 13 Uji F Simultan
ANOVA
a
Model Sum of
Squares Df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
20.372 3
6.791 6.707 .000
b
Residual 114.411 113
1.012 Total
134.783 116 Sumber: data diolah SPSS 21
Dari tabel 4. 13 ANOVA diatas dapat dilihat bahwa secara simultanbersama-sama variabel independen yang terdiri dari ROA,
reputasi auditor, dan ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan F-hitung sebesar 6,707. Karena tingkat
signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari 0,005 atau 5, maka hal ini bermakna bahwa model yang digunakan layak fit. Model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi initial return atau dapat dikatakan bahwa variabel ROA, reputasi auditor, dan ukuran
perusahaan secara bersama-sama berpengaruh pada initial return. 6.
Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi adjusted R
2
mengukur seberapa jauh kemampuan variabel ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan
dalam menerangkan variasi variabel initial return.
96
Tabel 4.14 Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Change Statistics
R Square
Change F
Change df1
1 .389
a
.151 .129
1.006223 .151
6.707 3
Model Summary
b
Model Change Statistics
Durbin-Watson df2
Sig. F Change 1
113
a
.000 1.660
Sumber: data diolah SPSS 21 Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari
model regresi. Berdasarkan tabel 4.14 diatas menunjukkan besarnya nilai adjusted R
2
sebesar 0,129 yang berarti validitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 12,9.
Sedangkan sisanya 87,1 dijelaskan variabel-variabel lain di luar penelitian. Pengaruh variabel-variabel independen di dalam penelitian ini
tergolong rendah terhadap initial return. Hal ini mengindikasikan bahwa emiten maupun investor kurang mempertimbangkan faktor-faktor
variabel yang ada di dalam penelitian yaitu Return on Asset ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan. Investor maupun emiten
kemungkinan menggunakan faktor-faktor lain di luar penelitian ini seperti reputasi underwriter, earning per share, umur perusahaan, jenis
industri, dan financial leverage.
97
Berikut ini adalah pembahasan mengenai hasil pengujian dengan analisis regresi berganda:
a. Pengaruh ROA terhadap Initial Return
Hipotesis 1 menyatakan bahwa Return On Assets ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return. Hasil
pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa ROA memiliki nilai signifikansi koefisien sebesar 0,051 yang berarti tidak signifikan
pada level 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H
1
yang menyatakan ROA tidak berhasil didukung, sehingga hipotesis ditolak.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 1 tidak berhasil didukung karena ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
initial return. Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya ROA tidak akan mempengaruhi tingkat initial return pada perusahaan
yang melakukan IPO. Walaupun variabel ROA tidak berpengaruh terhadap initial return tetapi tanda dari koefisiennya telah sesuai
dengan hipotesis yang diajukan, yaitu negatif. Tidak berpengaruhnya ROA pada initial return dapat
diakibatkan oleh ketidakpercayaan investor atas informasi keuangan yang disajikan oleh emiten. Terkait dengan penelitian Rini 2010
bahwa kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba sebelum IPO. Temuan ini tidak konsisten dengan Kim et al. 1993,
Abdullah 2000, Gerianta 2008 dan Sandhiaji 2004 yang telah
98
membuktikan bahwa
profitabilitas perusahaan
berpengaruh signifikan negatif pada underpricing. Tetapi hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian kristiantari 2012 dan Yona Octiani Lestari 2003.
b. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Initial Return
Hipotesis 2 menyatakan Reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap Initial Return. Hasil pengujian regresi
menunjukkan bahwa reputasi auditor memiliki nilai koefisien negatif dengan tingkat signifikansi 0,001. Nilai signifikansi ini lebih kecil
dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H
2
berhasil didukung, sehingga hipotesis 2 diterima.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 2 berhasil didukung karena reputasi auditor memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap initial return. Hasil tersebut disebabkan oleh banyaknya sampel pada penelitian ini yang menggunakan KAP big
four dalam mengaudit laporan keuangannya. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Beatty 1989 dan Yona Octiani
Lestari 2003: 10 bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return. Tetapi berbeda dengan hasil
penelitian Trisnawati 1998, Daljono 2000, Sandhiaji 2004 dan Gerianta 2008.
c. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Initial Return
Hipotesis 3 Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif
99
terhadap Initial Return. Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran perusahaan size memiliki nilai
koefisien positif sebesar 0,291. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H
3
tidak berhasil didukung, sehingga hipotesis 3 ditolak. Hal ini berarti semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin kecil kemungkinan initial return yang terjadi di saham IPO.
Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin dikenal oleh masyarakat sehingga akan semakin banyak informasi mengenai
perusahaan yang dapat diterima oleh investor. Informasi ini berguna untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dimiliki investor.
Perusahaan dengan modal yang besar juga akan memiliki kemampuan untuk melunasi hutang-hutangnya, baik hutang jangka
pendek maupun jangka panjang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Abdullah 2000
dan Gerianta 2008. Tidak signifikannya variabel ukuran perusahaan kemungkinan disebabkan karena investor di BEI belum
menganggap dengan ukuran perusahaan yang besar, maka prospek perusahaan bagus di masa yang akan datang setelah pasar IPO.
Hasil uji t-satu sampel menunjukkan telah terjadi underpricing pada IPO berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani 2005, Trisnaningsih 2005 yang
100
mendapatkan bahwa terjadi underpricing pada saham IPO berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan.
Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa hanya reputasi auditor yang berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5
terhadap underpricing. ROA dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat level 0,05.
Dari hasil koefisien adjusted R
2
menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan dari model regresi sebesar 12,9 dari variance
initial return dapat dijelaskan oleh variabel Return on Asset ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar
87,1 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. Variabel lain tersebut yaitu, Earning per Share, return on equity
ROE, debt to equity ratio, reputasi underwriter, persentase penawaran saham, dan umur perusahaan.
101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPIKASI
A. Kesimpulan