Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa Asymp.Sig. 2-tailed adalah 0,852, dan diatas
nilai signifikan 5 0,05, dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. 2. Pengujian Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi  karena perubahan situasi yang tidak  tergambarkan dalam  spesifikasi  model  regresi.  Dengan  kata  lain,  heteroskedastisitas  terjadi  jika
residual  tidak  memiliki  varians  yang  konstan.  Pemeriksaan  terhadap  gejala heteroskedastisitas  adalah  dengan  melihat  pola  diagram  pencar  yaitu  grafik  yang
merupakan  diagram  pencar  residual,  yaitu  selisih  antara  nilai  Y  prediksi  dan  Y observasi.
1. Model grafik
Hipotesis: a.
Jika  diagram  pencar  yang  ada  membentuk  pola-pola  teratur  maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.
b. Jika  diagram  pencar  yang  ada  tidak  membentuk  pola-pola  tertentu
yang teratur
maka regresi
tidak mengalami
gangguan heteroskedastisitas.
Negative -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .609
Asymp. Sig. 2-tailed .852
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Gambar 4.3 Scatterplot
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa diagram pencar tidak membentuk pola tertentu karena itu berarti tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
2. Model Glejser
Menentukan kriteria keputusan: a.
Jika  nilai  signifikan ≥  0,05  maka  tidak  mengalami  gangguan
heteroskedastisitas. b.
Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka mengalami heteroskedastisitas.
Data model Glejser disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 3.516
1.331 2.642
.011 Keselamatan
-.074 .069
-.227 -1.085
.284 Kesehatan
.160 .102
.372 1.565
.125 Keamanan
-.151 .069
-.377 -2.183
.035
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Pada Tabel 4.7 tampak bahwa signifikan variabel bebas lebih besar dari 0,05 maka tidak mengalami heteroskedastisitas.
3. Pengujian Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara variabel independen.  Jika  terjadi  korelasi  maka  dinamakan  multikol,  yaitu  adanya  masalah
multikolineaitas.  Model  regresi  yang  baik  seharusnya  tidak  terjadi  korelasi  antara variabel  independen.  Hasil  pengolahan  data  untuk  pengujian  multikolinearitas
disajikan pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
.343 2.332
.147 .884
keselamatan .322
.120 .310
2.676 .011
.474 2.109
Kesehatan .546
.179 .401
3.048 .004
.367 2.724
Keamanan .405
.121 .320
3.341 .002
.694 1.442
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian: Pedoman  suatu  model  regresi  yaitu  bebas  multikol  adalah  dengan  melihat
Variance  Inflation  Factor  VIF ≥  5  maka  variabel  ada  masalah  multikol,  dan  jika
VIF ≤ 5 maka tidak terdapat masalah multikol. Jika Tolerence ≤ 0,1 maka variabel
ada masalah multikol, dan jika Tolerence ≥ 0,1 maka variabel tidak terdapat masalah
multikol. Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai VIF ≤ 5 dan Tolerence ≥ 0,1 maka
tidak ditemukan masalah multikolinearitas dalam penelitian ini.
4.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda