Sirait, Ningrum Natasya.Asosiasi Persaingan Usaha Tidak Sehat.Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003.
__________.Hukum Persaingan Usaha di Indonesia.Medan: Pustaka Bangsa Press,2004.
__________.Hukum Persaingan Usaha di Indonesia.Medan: Pustaka Bangsa Press, 2010.
__________.Ikhtisar Ketentuan Persaingan Usaha.Jakarta: The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program NLRP, 2010.
Siswanto, Arie.Hukum Persaingan Usaha.Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Subekti.Pokok-pokok Hukum Perdata.Jakarta: PT. Intermasa, 1985.
Suhasril dan Muhammad Taufik.Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat di Indonesia.Bogor: Gha;ia Indonesia, 2010. Usman, Rachmadi. Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, Januari 2013. __________.Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, April
2013. Yani, Ahmad Gunawan Widjaja.Seri Hukum Bisnis: Anti Monopoli.Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2006. __________.
Anti Monopoli.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
B. Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Universitas Sumatera Utara
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan
ke Kapal. KPPU, Peraturan Komisi Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 15
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. KPPU, Putusan KPPU Nomor 02KPPU-I2013.
Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Putusan Nomor:
O1PDT.KPPU2013PN.JKT.UT.
C.Jurnal Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2013, “Jurnal Persaingan Usaha”, Edisi ke
9, Jakarta Pusat.
D. Website Portal Nasional Republik Indonesia, Geografi Indonesia, www. indonesia.go.id,
diakses pada tanggal 14 Januari 2016. Anonim, Sejarah Pelabuhan –pelabuhan di Negara Republik
Indonesia,http:wikipedia.orgwikiPelabuhan_Indonesia_II, diakses
pada tanggal 15 Januari 2016. Mariotedja, Perjanjian Tertutup dan Perjanjian dengan pihak luar negeri dalam
praktik larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, http:mariotedja.blogspot.co.id201304perjanjian-tertutup.htm, diakses
pada tanggal 16 Januari 2016.
KPPU, Terkait jasa bongkar muat-KPPU hukum Pelindo II, www.kppu.go.id201311terkait-jasa-bongkar-muat-kppu-hukum-
pelindo-ii, diakses pada tanggal 17 Januari 2016. Heru Febrianto, Pelindo II akan ajukan banding kasus monopoli Teluk Bayur,
http: ekbis.sindonews.comread80204234pelindo-ii-akan-ajukan- banding-kasus-monopoli-teluk-bayur, diakses pada tanggal 17 Januari
2016.
Universitas Sumatera Utara
Sangkoeono, Syarat-syarat dan unsur-unsur dalam suatu perjanjian, http:sangkoeono.blogspot.co.id201501-syarat-syarat-perjanjian-dan-
unsur-htmldiakses pada tanggal 20 Januari 2016. Anonim, Catatan seputar Hukum Persaingan Usaha dan Anti monopoli di
Indonesia, http:business-law.binus.ac.id20130120catatan-seputar-
hukum-persaingan-usaha-di-indonesia diakses pada tanggal 22 Januari 2016.
International Monetary Fund, About IMF, http:imf.orgexternalabout.htm, diakses pada tanggal 22 Januari 2016.
Yakub Adi, Pengertian dan ciri-ciri dari Sistem Ekonomi Demokrasi, http:berpendidikan.com2015pengertian-dan
ciri-ekonomi-demokrasi diakses pada tanggal 25 Januari 2016.
Susanti, Pengertian Struktur Pasar, http:matakuliahekonomi.wordpress.com10 diakses pada tanggal 15 Februari 2016.
Jimmy Prianto, pengertian, ciri-ciri, dan macam-macam pasar di Indonesia, http:jimmiprianto.blogspot.co.id.201406pengertian-ciri-ciri-dan-
macam-pasar-htmldiakses pada tanggal 15 Februari 2016. Anonim, Sistem ekonomi menurut para ahli, http:www.dosenpendidikan.com6-
sistemekonomidiakses pada tanggal 17 Februari 2016. Ilham, Hukum Permintaan dan Penawaran dalam Pasar Bersangkutan,
http:www.Jjextra.coEUAP_html.07172015diakses pada tanggal 19 Februari 2016.
Ilman Hadi, Putusan dinyatakan berkekuatan hukum tetap, http:mhukumonline.comklinikdetail-putusan-pengadilan-dinyatakan-
berkekuatan-hukum-tetaphtmdiakses pada tanggal 25 Februari 2016.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGUASAAN PASAR DAN PERJANJIAN TERTUTUP MENURUT
UNDANG – UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 A. Penguasaan pasar sebagai bentuk kegiatan yang dilarang menurut
Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1999
Menurut pasal 1 angka 9 UU Nomor 51999, pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan atau jasa.
90
Pasar merupakan tempat untuk bergeraknya roda perekonomian suatu bangsa, dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor.Pelaku usaha baik sebagai produsen, distributor, dan konsumen merupakan salah satu pihak yang memiliki peran terbesar dalam
menentukan sehat atau tidaknya suatu pasar.
91
Pasar bersangkutan ialah sebuah konsep yang dilakukan untuk mendefinisikan tentang ukuran pasar dari sebuah
produk.Ukuran pasar ini menjadi penting, karena dapat mengidentifikasi seberapa besar penguasaan produk tertentu dalam pasar tersebut oleh suatu pelaku
usaha.Dalam pasar bersangkutan yang sempit, sangat mungkin pelaku usaha yang menguasai produk tertentu dinilai menjadi pemegang posisi dominan.Sebaliknya
apabila definisi pasar produk tersebut cakupannya terlalu luas, maka bisa jadi pelaku usaha tersebut tidak dinilai sebagai pemegang posisi dominan.
92
Dalam menentukan pasar yang bersangkutan, UU Nomor 51999 mendefinisikan pasar bersangkutan sebagai pasar yang berkaitan dengan
90
Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
91
Susanti Adi Nugroho, op.cit., hlm. 384.
92
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa
tersebut.
93
Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai struktur pasar tentang penguasaan yang dilakukan oleh pelaku usaha, untuk melihat apakah pelaku
usaha memang melakukan pelanggaran atas hukum persaingan usaha dengan menilai struktur pasar dari setiap produk oleh suatu pelaku usaha
tersebut.
94
Struktur pasar merupakan penggolongan pasar berdasarkan pada ciri- cirinya, seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam
industri, dan mudah atau tidaknya keluar masuk dalam industri tersebut.
95
Dimana struktur pasar ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi sifat kompetisi,
permintaan dan penawaran, dan otomatis juga mempengaruhi harga di dalam pasar.
96
Pada prinsipnya struktur pasar diklasifikasikan menjadi:
97
1. pasar persaingan sempurna perfect competition
Pasar jenis ini tidak pernah dijumpai pada dunia nyata.Deskripsi pasar persaingan sempurna dipergunakan hanya sebagai parameter untuk mengukur
apakah telah terjadi distorsi pada suatu pasar atau tidak.
98
a. Terdapat homogenitas produk;
Persaingan dikatakan sempurna apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
93
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
94
Susanti Adi Nugroho, op.cit., hlm. 385.
95
Pengertian Struktur Pasar, http:matakuliahekonomi.wordpress.com20101031pengertian- struktur-pasar,diakses pada tanggal 15 Februari 2016.
96
Pengertian, ciri, dan macam pasar, http:jimmyprianto.blogspot.co.id201406pengertian-ciri- ciri-dan-macam-macam-pasar-html, diakses pada tanggal 15 Februari 2016.
97
Ibid, hlm. 32.
98
Ningrum Natasya Sirait I, op.cit.,hlm.31.
Universitas Sumatera Utara
Artinya barang yang diperjualbelikan adalah sama semacam b.
Terdapat banyak penjual atau pembeli; c.
Penjual akan bertindak sebagai price taker dan bukan sebagai price maker. Dengan banyaknya jumlah penjual dan pembeli ini, maka tidak akan ada
yang berani menetapkan harga barangnya sendiri, baik penjual ataupun pembeli. Sehingga yang menentukan harga adalah pasar itu sendiri, dan para
penjual hanya bisa menentukan harga yang telah ditetapkan oleh pasar, dan para penjual akan mendapatkan keuntungan yang sama;
d. Penjual dan pembeli memiliki informasi yang sama mengenai ekonomi dan
teknologi. Dengan demikian, apapun yang terjadi di pasar baik penjual ataupun pembeli sudah mengetahui informasi mengenai produk tersebut
dengan sempurna; e.
Tidak terdapat kendala dalam hal mobilitas sumber daya harus yang dengan mudah dapat ditransformasikan untuk penggunaan yang lain;
f. Produsen tidak memiliki hambatan untuk masuk dan keluar pasar entry and
exit; g.
Harga adalah dimana marginal cost sama dengan marginal revenue biaya marginal sama dengan pendapatan marginal;
h. Produsen bertindak independen dalam upaya mencapai keuntungan
maksimum; i.
Konsumen bertindak sama dalam upaya memenuhi kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang ideal yang dikehendaki oleh sistem ekonomi pasar.Sistem ekonomi pasar
99
adalah sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi, dan konsumsi
diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.Sistem ini sesuai dengan ajaran Adam Smith, dalam bukunya “The Wealth of Nations”.
100
Harga yang terbentuk di pasar merupakan harga keseimbangan dimana jumlah yang diminta oleh
pembeli persis sama dengna jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual. Jenis pasar persaingan sempurna ini merupakan salah satu jenis dimana produsen
penjual dan konsumen pembeli tidak dapat melakukan penetapan harga atau dengan kata lain, harga yang berlaku di pasar tidak akan dapat dipengaruhi oleh
salah satu pihak individu. Baik dari pihak produsen maupun konsumen.Laju mobilitas pasar persaingan sempurna sangat dipengaruhi dengan adanya
permintaan dan penawaran yang terjadi antara produsen dan konsumen yang terjadi secara berkelanjutan.
101
2. Pasar persaingan tidak sempurna inperfect competition
Pasar Persaingan tidak sempurna dibagi lagi ke dalam 3 struktur pasar yaitu:
99
Karakteristik Sistem ekonomi Pasar adalah sebagai berikut: a.
setiap orang bebas memilih barang, termasuk barang modal b.
setiap orang bebas menggunakan barang dan jasa c.
kegiatan ekonomi dimaksudkan untuk membuat keuntungan d.
semua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat swasta e.
Pemerintah tidak melakukan intervensi di pasar, dan persaingan dilakukan secara bebas
100
Sistem ekonomi menurut para ahli, http:www.dosen pendidikan.com6-sistem- ekonomi, diakses pada tanggal 17 Februari 2016.
101
Ilham, Permintaan dan penawaran Pasar dalam Pasar
Bersangkutan,http:www.Jjextra.co,practiseinternetEUAP_html.051797, diakses pada
tanggal 15 Februari 2016.
Universitas Sumatera Utara
a. pasar monopoli, yaitu Struktur pasar dimana hanya terdapat satu penjual
dan merupakan kondisi yang merugikan karena monopoli mengakibatkan beban bagi masyarakat melalui alokasi sumber daya yang tidak efisien dan
merugikan secara sosial karena tidak terpenuhinya permintaan, pilihan dan kebutuhan;
b. pasar oligopoli, yaitu Struktur pasar dimana terdapat hanya beberapa
penjual. Setiap produsen dalam pasar oligopoli akan selalu memantau adanya paten atau bahan mentah;
c. pasar persaingan monopolistik monopolistic competition, yaitu struktur
pasar dimana terdapat banyak penjual dan menjual barang yang berbeda satu sama lain tidak homogen. Beberapa kriteria agar suatu pasar
dikategorikan sebagai pasar monopolistik, yaitu : 1
terdapat banyak penjual dalam produk yang sama substitusi mudah didapat dalam 1 kelompok atau grup;
2 jumlah produsen cukup banyak sehingga tindakannya diharapkan tidak akan menarik perhatian pesaing;
3 tidak akan terpengaruh dengan tindakan balasan pesaingnya dan entry masuk pasar relatif murah;
4 tidak terdapat kolusi seperti penetapan harga atau pembagian pasar di antara produsen dalam satu kelompok tersebut.
102
102
Ningrum Natasya Sirait I, op.cit.,hlm. 32-34.
Penguasaan pasar sendiri diatur dalam pasal 19 UU Nomor 51999, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
103
5. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau 6.
menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
7. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan; atau 8.
melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu. Dengan demikian, bentuk penguasaan pasar yang dilarang dalam konteks
pasal 19 UU Nomor 51999adalah:
104
1. penolakan pesaing refusal to deal
Dalam hal ini yang dilarang adalah bila pelaku usaha, baik sendiri maupun bersama-sama dengan pelaku usaha lain menolak, menghalangi, atau menolak
dan menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan yang sama pada pasar bersangkutan, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 19 huruf
aUU Nomor 51999. Perbuatan yang demikian ini dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Penjelasan atas pasal 19 UU Nomor 51999 menyatakan bahwa menolak atau menghalangi pelaku usaha tertentu tidak boleh dilakukan dengan cara yang
tidak wajar atau dengan alasan nonekonomi, misalnya perbedaan suku, ras,
103
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
104
Rachmadi Usman I, op.cit.,hlm. 406.
Universitas Sumatera Utara
status sosial, dan lain-lain.Contohnya yaitu, Perusahaan telekomunikasi X mempunyai jaringan tetap fixed line melakukan kegiatan usaha jasa
sambungan langsung internasional SLI. Selaku pemilik akses fasilitas esensial atas jaringan, perusahaan X melakukan pengalihan sambungan SLI
atas kegiatan usaha jasa SLI yang dilakukan pesaingnya, perusahaan Y. Jadi dalam hal ini, Perusahaan X selaku pemilik kekuatan pasar telah melakukan
hambatan pasar dalam bentuk menghalangi perusahaan Y untuk memberikan jasa SLI
105
2. menghalangi konsumen
;
Demikian pula dilarang bila pelaku usaha, baik sendiri maupun bersama-sama dengan pelaku usaha lain menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku
usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
Undang-Undang nomor 5 tahun 1999. Perbuatan menghalangi konsumen pesaing ini juga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.Contohnya yaitu, Perusahaan operator terminal peti kemas X menghalangi konsumennya X untuk menggunakan terminal peti
kemas milik pesaingnya Y. Bila dilanggar maka konsumen tersebut diancam tidak diperbolehkan menggunakan terminal peti kemas X. Perusahaan
operator terminal peti kemas X merupakan perusahaan terbesar pada pelabuhan tersebut.
106
105
Ibid, hlm. 421.
106
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. pembatasan peredaran produk
Dilarang pula bila pelaku usaha, baik sendiri maupun bersama-sama dengan pelaku usaha lain membatasi peredaran, penjualan, atau peredaran dan
penjualan barang, jasa, atau barang dan jasa pada pasar bersangkutan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 huruf c Undang-Undang nomor 5
tahun 1999. Perbuatan yang demikian juga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.Contohnya yaitu,
distributor kendaraan X mensyaratkan bahwa kendaraannya hanya boleh menggunakan suku cadang yang dipasok oleh produsen kendaraan dan
komponen tersebut hanya boleh dipasang oleh montir yang telah menerima latihan khusus dari produsen kendaraan X.
107
4. diskriminasi
Diskriminasi dilarang pula pelaku usaha, baik sendiri maupun bersama-sama dengan pelaku usaha lain melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku
usaha tertentu, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 19 huruf dUU Nomor 51999. Hal ini tidak pantas dilakukan karena dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.Selain hal di atas, yang termasuk ke dalam bentuk penguasaan pasar adalah juga yang
disebutkan dalam pasal 20 dan pasal 21, yaitu : Pasal 20 : Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa
dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di
107
Rachmadi Usman I, op.cit.,hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
5. melakukan jual rugi predatory pricing
Pasal 21 : Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komoponen harga
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
B. Bentuk penguasaan pasar yang dilakukan oleh perusahaan bongkar muat di Indonesia yang mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa bentuk penguasaan pasar yang dilarang dalam hukum persaingan usaha dibagi atas 4, yaitu:
108
1. penolakan pesaing refusal to deal;
2. menghalangi konsumen;
3. pembatasan peredaran produk;
4. diskriminasi.
Dari berbagai bentuk penguasaan pasar di atas, bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Pelindo II adalah penolakan pesaing refusal to deal dan
menghalangi konsumen.PT. Pelindo Persero melakukan beberapa hal yang dilarang terkait penguasaan pasar yakni: melakukan perjanjian dengan pihak lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
108
Ibid, hlm. 406.
Universitas Sumatera Utara
tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok, menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan, serta menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha
dengan pelaku usaha pesaingnya. 1.
penolakan pesaing refusal to deal Tentang menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan:
109
a. bahwa PT. Pelindo II Persero telah melakukan upaya untuk menghalangi
pelaku usaha tertentu dalam hal ini perusahaan bongkar muat barang di Pelabuhan Teluk Bayur untuk melakukan kegiatan usaha bongkar muat
barang di Pelabuhan Teluk Bayur; b.
bahwa perilaku dan kebijakan PT. Pelindo II Persero yang membuat persyaratan perusahaan pengguna lahan wajib menggunakan perusahaan
bongkar muat milik PT. Pelindo II Persero dalam keadaan bongkar muat barang jelas telah membuktikan adanya penutupan atau telah menghalangi
akses pasar jasa bongkar muat bagi perusahaan bongkar muat lain yang menjadi pesaing PT. Pelindo II Persero;
c. bahwa kebijakan PT. Pelindo II Persero yang membuat persyaratan bagi
perusahaan pengguna tanah lahan yang juga merupakan pemilik barang dan atau memilikinya untuk juga menggunakan jasa bongkar muat milik
PT. Pelindo II Persero jelas merupakan hambatan pasar karena dengan
109
Putusan KPPU Nomor : 01KPPU-I2013
Universitas Sumatera Utara
adanya klausul tersebut jelas telah menutup peluang bagi perusahaan bongkar muat selain PT. Pelindo II untuk menyediakan jasa bongkar
muat barang kepada perusahaan pengguna penyewa tanah lahan tersebut;
d. bahwa dalam perjanjian sewa lahan antara PT. Pelindo II Persero dengan
pihak ketiga masih terdapat alternatif dimana pihak ketiga dapat menunjuk perusahaan bongkar muat lain, namun supervisi fee yang harus
dibayarkan pihak ketiga kepada PT. Pelindo II Persero apabila kegiatan bongkar muat tersebut dilakukan oleh perusahaan bongkar muat bukan
milik PT. Pelindo II Persero; e.
bahwa tindakan PT. Pelindo II Persero yang mengenakan supervisi fee kepada pengguna lahan tanah yang tidak menggunakan jasa bongkar
muat PT. Pelindo II Persero jelas merupakan hambatan pasar karena secara faktual telah menambah biaya produksi dalam jasa bongkar muat
yang dilakukan perusahaan bongkar muat lain atau setidak-tidaknya telah mengurangi insentif dalam menggunakan jasa bongkar muat lain selain
PT. Pelindo II Persero; f.
bahwa PT. Pelindo II Persero menyatakan perjanjian sewa lahan yang mencantumkan klausul penyerahan kegiatan bongkar muat kepada PT.
Pelindo II Persero dibuat bukan untuk menghalangi perusahaan bongkar muat lain masuk ke dalam pasar jasa bongkar muat di pelabuhan Teluk
Bayur;
Universitas Sumatera Utara
g. bahwa PT. Pelindo II Persero menyatakan keberatan perusahaan bongkar
muat yang lai terhadap perjanjian sewa lahan yang dibuat PT. Pelindo II Persero tersebut, harus ditinjau terlebih dahulu apakah mereka tidak bisa
bersaing dengan perusahaan bongkar muat PT. Pelindo II Persero ataukah karena perusahaan bongkar muat lain tidak bisa dipilih lagi oleh
pemilik barang karena tidak kompetitif dan harganya yang tidak representatif;
h. bahwa majelis komisi menilai perjanjian sewa lahan yang mencantumkan
klausul menyerahkan kegiatan bongkar muat kepada perusahaan bongkar muat milik PT. Pelindo II Persero mengurangi bahkan menghilangkan
kesempatan bagi pelaku usaha pesaing untuk beroperasi di pasar bersangkutan.
2. menghalangi konsumen
Tentang menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya:
a. bahwa di samping telah menghalangi perusahaan bongkar muat yang
melakukan kegiatan usaha di Pelabuhan Teluk Bayur, tindakan PT. Pelindo II Persero bagi pengguna lahan di Pelabuhan Teluk Bayur dan
bahkan di seluruh pelabuhan yang dikelola PT. Pelindo II Persero jelas merupakan tindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan yang
menghalangi konsumen dalam hal ini adalah perusahaan lahan selaku pemilik barang atau pihak yang mewakili pemilik barang untuk
menggunakan jasa bongkar muat selain PT. Pelindo II Persero;
Universitas Sumatera Utara
b. bahwa dalam konteks pengguna lahan merupakan pemilik barang atau
pihak yang mewakili pemilik barang, maka perilaku PT. Pelindo II Persero yang mencantumkan klausul menyerahkan kegiatan bongkar
muat pada kepada perusahaan bongkar muat milik PT. Pelindo II Persero dalam perjanjian sewa lahan jelas membuat konsumen tidak secara bebas
memilih perusahaan bongkar muat yang dikehendakinya.
C. Perjanjian tertutup antara sesama pelaku usaha sebagai bentuk perjanjian yang dilarang menurut Undang–Undang Nomor 5 Tahun
1999
Pasal 1 angka 7 UU Nomor 51999, menyebutkan definisi dari perjanjian adalah suatu perbuatan dari satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri
terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis. Berdasarkan perumusan pengertian tersebut, dapat
dirumuskan unsur-unsur perjanjian menurut konsepsi UU Nomor 51999 meliputi:
110
1. adanya suatu perjanjian, yang terjadi karena suatu perbuatan;
2. perjanjian tersebut dibuat oleh pelaku usaha sebagai para pihak dalam
perjanjian; 3.
perjanjian dapat dibuat secara tertulis atau tidak tertulis; 4.
tidak menyebut tujuan perjanjian.
110
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan perjanjian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa perjanjian adalah persetujuan tertulis
ataupun lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.
111
Jika dibandingkan dengan pasal 1313 KUHPerdata yang merumuskan suatu perjanjian adalah perbuatan
dimana satu orang atau lebih”
112
, maka dapat dilihat bahwa pada prinsipnya secara esensial tidak ada suatu perbedaan yang berarti, hanya saja dalam UU
Nomor 51999 definisi yang telah diberikan secara tegas menyebutkan pelaku usaha sebagai subjek hukumnya, yaitu setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wlayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai usaha dalam bidang ekonomi.
113
Untuk mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, maka Undang-Undang melarang pelaku usaha membuat perjanjian tertentu
dengan pelaku usaha lainnya.Larangan tersebut merupakan larangan terhadap keabsahan objek perjanjian.Dengan demikian berarti setiap perjanjian yang dibuat
dengan objek perjanjian berupa hal-hal yang dilarang oleh Undang-Undang adalah batal demi hukum dan karenanya tidak boleh dilaksanakan oleh para
pelaku usaha yang menjadi subjek perjanjian tersebut.
114
111
Hermasnyah, op.cit.,hlm. 24.
112
Dalam Burgerlijk Wetboek digunakan istilah overeenkommst yang padanannya dalam Bahasa Inggris adalah agreement atau “persetujuan” dalam Bahasa Indonesia.
113
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis- Anti Monopoli, Jakarta: Rajawali Pers, 1999, hlm. 21.
114
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, op.cit.,hlm. 24
Universitas Sumatera Utara
Alasan para pelaku usaha melakukan perjanjian tertutup adalah karena dengan perjanjian tertutup, pelaku usaha dapat :
115
1. meningkatkan kekuatan pasar market power
Pengertian dari kekuatan pasar atau market power adalah kemampuan pelaku usaha untuk menetapkan harga melebihi biaya marginal dari kegiatan
produksi yang dilakukan, sehingga keuntungan yang dinikmati adalah keuntungan di atas level harga persaingan atau keuntungan normal.Melalui
perjanjian tertutup, maka akibat negatifnya adalah bahwa akses pelaku usaha lain untuk melakukan hal yang sama menjadi terbatas, sehingga akan
mengurangi persaingan usaha langsung. Di samping itu perjanjian tertutup ini juga akan menghambat pelaku usaha baru untuk memasuki pasar. Jika dilihat
dari sudut pandang pelaku usaha yang tidak terlibat perjanjian tertutup, maka strategi perjanjian tertutup akan mengakibatkan mereka menghadapi
pembatasan akses distibusi sehingga kemampuan untuk ikut bersaing menjadi turun.Oleh karena itu, strategi ini dapat digunakan untuk mengurangi
persaingan sehingga pelaku usaha dapat menetapkan harga lebih tinggi untuk mendapat keuntungan melebihi keuntungan yang wajar atau melebihi
keuntungan pada posisi persaingan penuh; 2.
meningkatkan efisiensi Perjanjian eksklusif, yang merupakan kontrak jangka panjang yang eksklusif
antara produsen dan distributor sehingga secara positif akibatnya akan dapat mengurangi biaya observasi searching cost, biaya transaksi, biaya
115
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 15 Perjanjian Tertutup Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, hlm. 20.
Universitas Sumatera Utara
monitoring sistem distribusi. Dengan adanya kepastian pasokan distribusi baik bagi produsen maupun distributor sebagai akibat perjanjian eksklusif tersebut,
maka efisiensi akan dapat dicapai; 3.
menjaga persaingan intrabrand Perjanjian tertutup pada prinsipnya merupakan bagian penting dari hambatan
vertikal vertical restraint, maka perjanjian tertutup memiliki dua kategori yaitu hambatan untuk persaingan yang sifatnya interbrand dan persaingan
yang bersifat intrabrand. Persaingan intrabrand adalah persaingan antara distributor atau pengecer untuk suatu produk yang berasal dari manufaktur
atau produsen yang sama. Sedangkan persaingan interbrand adalah persaingan antar manufaktur atau produsen untuk suatu jenis kategori barang
di pasar bersangkutan yang sama.
116
Pelaku usaha pada umumnya membiarkan persaingan antar produsen interbrand competition karena secara teknis
memang lebih sulit untuk membuat kartel antar produk. Di sisi lain untuk menjaga sistem distribusi, dengan dibuatnya perjanjian tertutup secara positif
mereka meminimalkan persaingan antar distributor intrabrand competition dengan melakukan perjanjian tertutup. Dengan demikian, dengan perjanjian
tertutup ada peluang untuk menambah kekuatan pasar, meskipun persaingan antar produk cukup ketat.
117
116
Rachmadi Usman, op.cit, hlm. 337.
117
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 15 Perjanjian Tertutup Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
D. Bentuk perjanjian tertutup yang dilakukan oleh perusahaan bongkar muat di Indonesia