BAB II PENGATURAN PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA
A. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia
1. Latar belakang dan sejarah hukum persaingan usaha di Indonesia
Dalam sejarah bangsa Indonesia tentang praktik monopoli dimulai dari zaman penjajahan Belanda, dimana adanya suatu organisasi perdagangan VOC
yang melakukan monopoli perdagangan di wilayah Indonesia. Selama kurun waktu di bawah kekuasaan Belanda, Inggris, dan Jepang, baik secara langsung,
maupun tidak langsung, sebagian maupun kesuluruhan, praktik monopoli dalam perdagangan secara terus-menerus dilakukan di Indonesia.
28
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga membedakan istilah
“monopoli” dan “praktik monopoli”. Kata monopoli bermakna netral, yaitu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan
jasa tertentu oleh satu pelaku usaha satau satu kelompok pelaku usaha.Penguasaan Arus globalisasi yang
didorong oleh perkembangan pembangunan ekonomi menjadi pemicu banyaknya tantangan yang harus dihadapi dalam dunia usaha, yang diantaranya adalah
masalah persaingan usaha.Persaingan usaha dalam perdagangan ekonomi ini mencakup persaingan produk atau komoditi dalam skala regional dan juga
internasional.Dimana keunggulan komoditi menjadi penentu pangsa pasar, sehingga harus disadari bahwa liberalisasi perdagangan yang bebas dan adil harus
tetap diberlakukan.Inilah yang kemudian memicu terjadinya persaingan itu.
28
Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha, Malang: Bayumedia Publishing,2009, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
demikian tidak selalu bermakna negatif.Sementara yang dilarang adalah praktik monopoli, yang oleh UU Nomor 51999 diartikan sebagai monopoli yang
menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.Jadi monopoli dapat berdampak positif dan juga
negatif.
29
Adanya suatu persaingan menjadi sangat penting dalam perkembangan suatu negara, yaitu untuk mengukur tingkat kemampuan bangsa tersebut dalam
bersaing di pasar internasional, serta untuk meyakinkan investor
30
dan eksportir dari negara lain agar masuk ke dalam pasar domestik. Untuk itulah dibutuhkan
suatu Undang–Undang yang diharapkan dapat mengatur berbagai permasalahan yang timbul akibat dari persaingan ini dan dapat mengontrol perilaku para
pelakupasar yang berpotensi dapat menghambat persaingan usaha serta merusak mekanisme pasar.
31
Di Indonesia sendiri sudah sangat lama ditunggu-tunggu kehadiran Undang–Undang Anti Monopoli, terutama oleh para pebisnis kecil yang baru saja
memulai usahanya. Hal ini dikarenakan sering kali penguasa atau pemerintah memberikan pengecualian bagi pengusaha besar yaitu berupa perlindungan
maupun keistimewaan tersendiri. Situasi ini membuat pebisnis kecil semakin kecil, bahkan gulung tikar.Sementara pebisnis besar semakin besar dan
menggurita. Dan ironisnya, sebagian besar dari para pelaku bisnis yang besar tersebut tidak ingin berbuat hal positif dan membawa dampak positif bagi
29
Catatan seputar Hukum Persaingan Usaha dan Antimonopoli di Indonesia, http:business-law.binus.ac.id20130120catatan-seputar-hukum-persaingan-usaha,diakses
pada tanggal 22 Januari 2016.
30
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investor adalah Penanam modal atau uang;orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
31
Suhasril dan Muhammad Taufik, Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia Bogor:Ghalia Indonesia,2010 hlm.5.
Universitas Sumatera Utara
perekonomian bangsa Indonesia. Lebih parahnya lagi, pemerintah juga sudah sangat merasa nyaman dengan konsisi simbiosis mutualisme yang terjalin dengan
para pebisnis besar pada saat itu.Akibatnya timbullah kondisi perekonomian yang tidak sehat di tengah-tengah masyarakat, baik antar produsen, maupun antara
produsen dengan konsumen. Ada beberapa alasan mengapa pada waktu itu pemerintah sulit sekali
menyetujui suatu Undang-Undang Anti Monopoli yang dirancang dan diusulkan oleh para pakar, Lembaga Swadaya Masyarakat, bahkan Partai Politik,
diantaranya yaitu:
32
1. pemerintah menganut konsep bahwa perusahaan–perusahaan besar perlu
ditumbuhkan untuk menjadi lokomotif pembangunan. Perusahaan tersebut hanya mungkin menjadi besar untuk kemudian menjalankan fungsinya
sebagai lokomotif pembangunan apabila perusahaan–perusahaan itu diberi perlakuan khusus. Perlakuan khusus ini, dalam pemberian proteksi yang dapat
menghalangi masuknya perusahaan lain dalam bidang usaha tersebut atau dengan kata lain memberikan posisi monopoli;
2. pemberian fasilitas monopoli perlu ditempuh karena perusahaan itu telah
bersedia menjadi pioner di sektor yang bersangkutan. Tanpa fasilitas monopoli dan proteksi, maka sulit bagi Pemerintah untuk dapat memperoleh
kesediaan investor menanamkan modalnya di sektor tersebut;
32
Rachmadi Usman I, op.cit., hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
3. untuk menjaga berlangsungnya praktik KKN Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme demi kepentingan kroni mantan Presiden Soeharto dan pejabat – pejabat yang berkuasa pada waktu itu.
Dalam sejarahnya upaya untuk membentuk hukum persaingan usaha telah dimulai sejak tahun 1970-an. Berbagai konsep rancangan dan naskah akademik
telah dimunculkan, namun baru tahun 1998, sebagian karena desakan International Monetary Fund IMF
33
dan juga dengan segala dorongan dan tuntutan dari masyarakat akan reformasi total termasuk tentang penghapusan
kegiatan monopoli di segala sektor, maka Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada saat itu mengajukan Rancangan Undang–Undang Anti
Monopoli.Akhirnya terciptalah jaminan terhadap terjadinya persaingan usaha yang sehat dan jauh dari tindak monopoli melalui Dewan Perwakilan Rakyat
DPR dengan hak inisiatifnya
34
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehatmengatur tentang perilaku-perilaku
pelaku usaha, yaitu yang berkaitan dengan monopoli dan persaingan usaha tidak dengan membuat Undang-Undang Persaingan
Usaha, dan selanjutnya diterima dan disahkan pada tanggal 5 Maret 1999 di Jakarta oleh Presiden Republik Indonesia, dengan nama Undang–Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
33
The International Monetary Fund IMF is an organization of 1888 countries, working to foster global monetary cooperation,secure financial stability,facilitate international trade,
promote high employment and sustainableeconomic growth, and reduce poverty around the world, http:www.imf.orgexternalabout.htm, diakses pada tanggal 20Januari 2016.
34
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di Indonesia, Medan: Rajawali Pers, 2010, hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
sehat. Secara etimologi, kata monopoli berasal dari kata “monos” yang berarti sendiri dan “polein” yang berarti penjual.
35
Dalam Pasal 1 angka 1UU Nomor 51999, disebutkan bahwa monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
36
2. Pengaturan Persaingan Usaha sebelum disahkannya UU Nomor 51999
Sebelum disahkannya UU Nomor 51999, ada beberapa ketentuan yang secara sepintas mengatur permasalahan yang berkaitan dengan persaingan usaha
yang sehat, yaitu : a.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pada pasal 1365 KUHPerdata, dikatakan bahwa:
37
Pasal ini jika dikaitkan dengan hukum persaingan usaha, maka dapat diartikan bahwa jika ada pelaku usaha yang tidak jujur dan tidak sehat yang
dilakukan pesaing usahanya, dapat menuntut pelaku usaha yang bersangkutan, sepanjang dapat dibuktikan bahwa ada hubungan kausal antara perbuatan yang
dilakukan pesaingnya dengan kerugian yang dialaminya. Namun dalam praktiknya, pasal ini sukar diterapkan dalam permasalahan persaingan usaha,
“Setiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian tersebut karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.”
35
Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 18.
36
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
37
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
karena perbuatan yang bertentangan dalam dunia usaha kadangkala tidak dapat diterima sebagai perbuatan yang dilarang menurut KUHPerdata.
b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pada pasal 382 KUHP, dikatakan bahwa:
38
“Barangsiapa mendapatkan, melangsungkan, atau memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiriatau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk
menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu, diancam jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkurennya atau konkuren-
konkuren orang lain karena persaingan curang, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus
rupiah”.Pasal 382 KUHP ini mengandung adanya perbuatan penipuan di suatu bidang usaha, yang bertujuan untuk semata-mata mencari keuntungan pribadi
dengan merugikan pelaku usaha lainnya.Namun ketentuan ini jarang dipergunakan untuk menyeret pelaku persaingan curang dalam perdagangan atau
perekonomian.
39
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria Pada pasal 13 ayat 2 dikatakan bahwa pemerintah harus mencegah
usaha-usaha dari organisasi-organisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta.Dalam ayat 3 disebutkan bahwa monopoli pemerintah dalam lapangan
agraria dapat diselenggarakan asal dilakukan berdasarkan Undang-
38
Pasal 382 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
39
Rachmadi Usman I, op.cit.,hlm. 27.
Universitas Sumatera Utara
Undang.
40
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
Melalui pasal ini, secara tersurat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 ini telah melarang dan mencegah monopoli di bidang pertanahan. Pihak swasta
dilarang memonopoli usaha di bidang agraria.Demikian juga dengan usaha pemerintah yang bersifat monopoli, harus dicegah agar tidak sampai merugikan
masyarakat banyak.
Pada pasal 7 ayat 2 dan 3 Undang-Undang ini terdapat ketentuan yang bermaksud untuk mencegah perbuatan monopoli dan persaingan tidak sehat
antara perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan industri. Pasal ini mengatakan bahwa:
ayat 2 Mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan yag tidak jujur;
ayat 3 Mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
41
e. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
Undang-Undang ini menyatakan bahwa pemerintah harus menjaga iklim usaha dalam kaitannya dengan persaingan dengan membuat peraturan-peraturan
yang diperlukan.Untuk melindungi usaha kecil, pemerintah juga harus mencegah pembentukan struktur pasar yang mengarah padapembentukan monopoli,
oligopoli, dan monopsoni.
40
Pasal 13 ayat 2 dan 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
41
Pasal 7 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
Universitas Sumatera Utara
f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 melarang adanya ketentuan yang menghambat adanya persaingan sehat dalam pasar modal.
3. Asas dan Tujuan diadakannya UU Nomor 51999
Asas dari Undang–Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah “Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan
kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.”Hal ini
sesuai dengan yang dicantumkan dalam pasal 2 UU Nomor 51999.
42
Dengan demikian, sistem demokrasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem perekonomian nasional yang merupakan perwujudan dari falsafah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berasaskan kekeluargaan dan kegotogroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan
pengawasan dari pemerintah. Pada sistem demokrasi ekonomi, pemerintah dan Indonesia
mempunyai landasan idill yaitu Pancasila dan landasan konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945.Oleh karena itu segala bentuk kegiatan masyarakat
dan Negara harus sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Demikian juga halnya dengan sistem perekonomian di Indonesia, harus
sesuai landasan negara dan juga konstitusional, itulah yang disebut dengan Sistem Demokrasi Ekonomi.
42
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Universitas Sumatera Utara
seluruh rakyat baik golongan ekonomi lemah maupun pengusaha aktif dalam usaha mencapai kemakmuran bangsa.
43
Dari konsiderans menimbang UU Nomor 51999 dapat pula diketahui dasar falsafah yang mendasari penyusunan Undang-Undang ini adalah:
44
1. bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya
kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945; 2.
bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses
produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
berkerjanya ekonomi pasar yang wajar; 3.
bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya
pemusatan kegiatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari kesepkatan yang telah dilaksanakan oleh Negara Republik
Indonesia terhadap perjanjian–perjanjian internasional. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehatyang telah disebutkan di atas sejalan dengan dasar perekonomian bangsa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam
ketentuan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yaitu :“Perekonomian disusun sebagai
43
Pengertian dan ciri-ciri positif dan negatif dari Sistem Ekonomi Demokrasi, http:www.berpendidikan.com201509pengertian-dan-ciri-sistem-ekonomi-demokrasi.html,
diakses pada tanggal 25 Januari 2016.
44
Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha Indonesia, selanjutnya dissebut Rachmadi Usman II, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”
45
Secara khusustujuan pembentukanUU Nomor 51999 adalah sebagai berikut:
Dimana ciri-ciri dari suatu prinsip demokrasi ekonomi menurut Pasal 33 UUD 1945 adalah :
1. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; 2. cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajathidup
orang banyak dikuasai oleh negara; 3. bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
olehnegara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; 4. potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan
sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. Sehingga jelaslah bahwa penyusunan UU Nomor 51999 adalah
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 serta berasaskan kepada demokrasi ekonomi.Harus mementingkan kepentingan masyarakat banyak, usaha-usaha
kecil dan menengah, serta kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu perusahaan tertentu yang dapat
memonopoli usaha-usaha sejenis lainnya harus dihindarkan.Tujuan dibentuknya UU Nomor 51999, secara umum adalah untuk menjaga keseimbangan iklim
persaingan, agar para pelaku usaha tersebut dapat bersaing dengan sehat. Ketika keseimbangan iklim persaingan itu telah tercipta, maka hak masyarakat yang
berperan sebagai konsumen tidak akan tereksploitasi.
46
45
Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
46
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Universitas Sumatera Utara
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2.
Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui peraturan persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha besar; pelaku usaha menengah; dan pelaku usaha kecil. 3.
Mencegah praktik monopoli danatau persaingan usaha yang tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha.
4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
B. Perjanjian dan Kegiatan yang dilarang menurut UU Nomor 51999