66
BAB IV PENUTUP
4. 1 KESIMPULAN
Proses Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kota Binjai tidak terlepas dari komunikasi politik yang terjadi dalam
internal Pemerintah Kota Binjai. Hubungan yang terjalin didalam institusi pemerintah baik dari Sekda, Bappeda hingga tingkat Kelurahan dapat terlihat jelas
dalam tahapan musyawarah perencanaan pembangunan musrenbang yang merupakan salah satu dari bagian tahapan pembuatan APBD. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Bappeda merupakan pihak yang bertanggung jawab dan berperan dalam dalam penyusunan dan penetapan RKPD dan Rencana Kerja
Renja SKPD. Berdasarkan hasil penelitian, maka ditarik kesimpulan mengenai keterkaitan
musrenbang terhadap pembuatan APBD Kota Binjai tahun 2014, yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Musrenbang berdasarkan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1354M.PPN032004 dan 050744SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan
Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah yang dikoordinatori oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai
sudah menjalankan prinsip-prinsip Good Governance partisipasi dan tranparansi dengan cukup baik. Walaupun pelaksanaan prinsip-prinsip
tersebut belum begitu maksimal dilakukan sesuai dengan tataran teoritis,
Universitas Sumatera Utara
67
sebab ada hambatan-hambatan dalam menjalankannya. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan misalnya, belum
sepenuhnya masyarakat dilibatkan dalam seluruh tahapan penyelenggaraan pemerintahan, yaitu dalam praktek operasional, keputusan anggaran dan
pembuatan kebijakan. Partisipasi masyarakat hanya terdapat pada tahapan operasional, yaitu perencanaan pembangunan yang forumnya musrenbang.
Sedang dalam keputusan anggaran, masyarakat tidak dilibatkan, hanya pihak DPRD dan SKPD saja. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Daerah
masih memandang bahwa masyarakat bukan elemen penting dalam proses penganggaran dan sudah terwakili di DPRD.
2. Dalam hal transparansi, Bappeda Kota Binjai juga belum maksimal memberikan akses informasi kepada masyarakat terhadap dokumen-
dokumen publik seperti APBD. Dokumen tersebut hanya dapat diakses pada saat sidang paripurna DPRD dalam pembahasan Rancangan Peraturan
Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RANPERDA APBD. Tetapi, Bappeda selalu transparan dalam mensosialisasikan jadwal
pelaksanaan musrenbang. 3. Pembagian peran antara pemerintah dan lembaga non pemerintah masih
sangat timpang dan kurang proporsional, sehingga sinergi belum optimal. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan
pembangunan yang forumnya adalah musrenbang, maka dapat disaring aspirasi masyarakat dan dijadikan sebagai bahan masukan bagi penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan dalam dokumen RKPD tidak diperbolehkandiperkenankan memasukkan programkegiatan baru yang
Universitas Sumatera Utara
68
tidak melalui proses musrenbang, artinya perencanaan pembangunan dinilai sudah cukup efektif sebab merupakan kebutuhan masyarakat dari hasil
penjaringan aspirasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan daerah musrenbang, walaupun tidak seluruhnya aspirasi
masyarakat terakomodir, sebab dihadapkan pada keterbatasan sumber daya keuangan pemerintah.
4. Kurangnya komunikasi dan terjadinya ketimpangan interaksi didalam internal pemerintah kota Binjai seperti lurah dengan Bappeda, lurah dengan
kecamatan atau sejenisnya menyebabkan terhambatnya realisasi pelaksanaan hasil forum musrenbang didalam implementasinya dalam
pemenuhan hak-hak daerah, sehingga terkesan kurang mewakili aspirasi masyarakat yang seharusnya bukan hanya dibidang mikro melainkan
mencakup juga bidang makro Kota Binjai. Pada akhirnya ketepatan dan kecepatan dalam penyusunan APBD sangat
dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan intensitas pertemuan disamping mekanisme hubungan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan
dalam rangka menyatukan pemikiran-pemikiran, pandangan, aspirasi serta kepentingan antara pihak yang berperan dan bertanggung jawab dalam
penyelesaian APBD guna kesepakatan bersama dan mengantisipasi tidak berjalannya pembangunan dikarenakan kurangnya jumlah APBD yang diterima
dan arah tujuan yang menjadi sasaran penggunaan APBD kota Binjai Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II PROFIL SEJARAH KOTA BINJAI DAN TUPOKSI BAPPEDA
BINJAI
Bab dua berisi penjelasan secara umum mengenai profil sejarah Kota Binjai beserta dengan tupoksi Bappeda kota Binjai yang menjadi titik permasalahan.
Profil mengenai daerah ini menjadi penting karena daerah ini menjadi objek di dalam penelitian. Permasalahan yang terjadi memerlukan gambaran tentang
daerah untuk melihat kondisi umum daerah ini. Begitu pula dengan pemerintahan daerah yang menjadi aktor politik terkait dengan perumusan fungsional APBD.
Penjelasan umum tentang pemerintahan daerah ini akan disajikan di bab kedua. Selain itu juga akan dipaparkan sejarah pembentukan daerah, sehingga
penjelasan pertama pada bab kedua ini dimulai dengan, dan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai pemerintahan daerah Kota Binjai.
2.1 Sejarah Kota Binjai
Binjai pada tahun 1950-1956 menjadi kota Administratif kabupaten Langkat dan sebagai Walikota adalah OK Salamuddin yang kemudian dilanjutkan oleh T.
Ubaidullah tahun 1953-1956. Berdasar kan Undang-Undang Darurat No.9 Tahun 1956 Kota Binjai menjadi otonom dengan Walikota pertama SS.Parumuhan.
Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di- Propinsi Sumatera Utara telah melakukan pembenahan dengan melakukan
pemekaran wilayahnya. Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1986 wilayah Kota daerah Kota Binjai telah diperluas menjadi 90, 23 Km dengan
Universitas Sumatera Utara
29
5 lima wilayah Kecamatan; Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat
yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993, maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan menjadi
20. Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubenur Sumatra Utara No.140-1395 SK1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang pembentukan 6 desa persiapan dan
kelurahan persiapan di Kota Binjai. Berdasarkan SK Gubenur Sumatera Utara No.146-2624SK1996 tanggal 7 Agustus 1996 maka17 desa menjadi kelurahan.
25
Berdasarkan pada Pasal 1 Sub 2 Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956 tentang batas wilayah Kota Binjai, yaitu: di sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli
Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat.
26
Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, terbit Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya
antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Pada tanggal 6 Juli 2010
diselenggarakan Pemilihan langsung Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kotamadya Binjai putaran kedua di Kota Binjai oleh Komisi Pemilihan Umum.
Berdasarkan hasil pemilihan langsung putaran kedua tersebut maka ditetapkan
25
Http:www.binjaikota.go.idprofil-12.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 10.25 WIB.
26
Http:kodepos.nomor.net_kodepos.php?_i=undang-undangsby=000000nkri=uudrt1956-no9. Diakses pada Minggu, 14 Juni, pukul 11.04 WIB.
Universitas Sumatera Utara
30
H.M.Idaham SH MSi dan Timbas Tarigan SE sebagai Walikota dan Wakil Walikota Binjai Periode Jabatan Tahun 2010-2015. Kemudian pada tanggal 13
Agustus 2010,
27
27
Http:eksponews.comview1715084Wali-Kota-Binjai-Dilantik-13-Agustus.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 11.51 WIB.
Walikota dan Wakil Walikota Binjai terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Binjai, jumlah penduduk Kota Binjai sebanyak 285.530 orang, yang terdiri atas
145.423 laki-laki dan 140.107 perempuan. Penyebaran penduduk Kota Binjai tertinggi di Kecamatan Binjai Utara yakni sebesar 29,51 persen, diikuti Binjai
Timur sebesar 21,79 , Binjai Selatan sebesar 19,22 , Binjai Barat sebesar 16,81 , dan yang terendah Kecamatan Binjai Kota yakni sebesar 12.66 persen.
2. 2. Struktural dan Tupoksi Bappeda Kota Binjai