kesehatan kerja juga harus mampu merumuskan langkah-langkah perbaikan dan peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja periode berikutnya Ramli,
2013
5.10 Pencapaian Lagging Indicator di PT. WIS Consortium Riau Tahun
2015
Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerugian materi.
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat
mungkin dikurangi atau dihilangkan. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan setelah ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam
sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian kecelakaan kerja yang tepat.
Upaya keselamatan kerja memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, dari segi produksi semakin meningkat, karna apabila ada suatu insident maka
produksi akan di hentikan, angka kecelakaan menurun, penilaian kinerja perusahaan semakin baik, sehingga kesempatan untuk memenangkan tender
menjadi lebih besar, seluruh pekerja sehat dan selamat di tempat kerja dan di rumah. Banyak manfaat yang di terima diperoleh perusahaan dengan adanya
pelaksanaan upaya keselamatan kerja ini yaitu baiknya penilaian klien terhadap perusahaan terkait keselamatan kerja, adanya pemberian award penghargaan jika
tidak ada kecelakaan kerja, secara statistik tingkat keparahan dan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kekerapan angka kecelakaan sedikit, dan produktivitas kerja tinggi, serta kerugian yang ditimbulkan kecelakaan kerja dapat ditanggulangi.
Lagging Indicator merupakan indikator akhir yang menjadi tujuan akhir dalam penerapan keselamatan kerja.Dimana indikator akhir yang ingin dicapai
yaitu data Fatality, Days Away From Work Case, Lost Time Injury, Restricted Work Day Case, Medical Treatment Case, Total Recordable Incidents,
Recordable MVC, Non Recordable MVC, EquipmentTool Accident, Property Damage, Theft case, First Aid Case, Near Miss Case, Hazard Observation, BBS
Observation, Stop Work Authority, Fire Case, Number of Environmental Spill Case, Volume of Environmental Spill.
Pada pencapaian Lagging Indicator di PT WIS Consortium Riau banyak mengalami keberhasilan yaitu Days Away From Work Case pada tahun 2014
berjumlah 4 kasus dan ditahun 2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014 terdapat 5 kasus Total Recordable Incidents kemudian turun menjadi 2 ditahun 2015. Begitu
juga dengan Recordable MVC, pada tahun 2014 terdapat 5 kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 2, EquipmentTool Accident di tahun 2014 terdapat 3 kasus
dan ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 1, Theft case pada tahun 2014 totalnya 4 kasus dan mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 2, First Aid
Case pada tahun 2014 terdapat 12 kasus dan turun ditahun 2015 menjadi 5 kasus, Near Miss Case pada tahun 2014 terdapat 25 kasus dan di tahun 2015 turun
menjadi 5 kasus, Hazard Observation yang pada tahun 2014 terdapat 10 kasus kemudian ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 5 kasus, BBS Observation
pada tahun 2014 berjumlah 10 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 2kasus,
Universitas Sumatera Utara
Stop Work Authority pada tahun 2014 berjumlah 5 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 0 kasus.
Menurut Kemenetrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR pencapaian zero accident bagi perusahaan sektor konstruksi yaitu perusahaan
kontraktor utama yang telah selesai melaksanakan pekerjaan tanpa terjadi kecelakaan kerja insiden yang menghilangkan waktu kerja dengan waktu
pelaksanaan kegiatan minimal 1 satu tahun. Perusahaan sub-kontraktor merupakan pendukung data bagi perusahaan kontraktor utama. Apabila terjadi
kecelakaan kerja insiden yang menyebabkan hilangnya waktu kerja baik pada perusahaan kontraktor utama maupun pada perusahaan-perusahaan sub-
kontraktor, maka seluruh jam kerja yang telah dicapai menjadi 0 nol secara bersama.
Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa komitmen perusahaan dan usaha usaha keselamatan kerja yang
komprehensif sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi untuk melibatkan seluruh anggota perusahaan. Usaha inijuga sebaiknya
dicerminkan melalui tindakan-tindakan manajerial. Ada tiga pendekatan terhadap manajemen keselamatan kerja yang efektif yaitu pendekatan organisasi,
pendekatan rekayasa teknis dan pendekatan individual. Fokus pendekatan sistematis terhadap keselamatan kerja adalah adanya kerja sama yang terus
menerusdari para pekerja, manajer dan yang lainnya Mathis dan Jackson, 2002. Kusuma 2011 dalam Iman 2013 mengatakan bahwa apabila perusahaan
melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
Universitas Sumatera Utara
perusahaan akan memperoleh banyak manfaat termasuk dalam pencapaian legging indicators sebagai salah satu bentuk pencapaian dalam penerapan
manajemen K3 yang baik di perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
121
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN