84
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Leading Indicator di PT. WIS Consortium Riau
Sesuai dengan Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Selain itu setiap orang lainnya yang berada
ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya, serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Dengan demikian
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan industri dan kegiatan manusia yang berada dilingkungannya sehari-hari.
Mengacu pada undang-undang tersebut maka menjadi sebuah kewajiban bagi setiap perusahaan untuk menerapkan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai usaha meningkatkan produksi dan produktivitas. HES Health, Environment, Safety atau di beberapa perusahaan juga
disebut EHS, HES, SHE, K3LL Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan dan SSHE Security, Safety, Health, Environment. Semua itu adalah
suatu departemen atau bagian dari struktur organisasi perusahaan yang mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja SMK3 mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan serta pelaporannya. Sementara, di perusahaan yang
mengeksploitasi sumber daya alam ditambah dengan peran terhadap lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
HES bukan sekedar menengahkan isu seputar hak dan kewajiban, tetapi juga berdasarkan output, yait
korelasinya terhadap produktivitas karyawan serta antisipasi kecelakaan kerja apabila terjadi kasus karena kesalahan prosedur ataupun kesalahan pekerja itu
sendiri WIS Consortium, 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada hakekatnya merupakan suatu
pengetahuan yang berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja.
Kegiatan kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan
tenaga kerja pada khususnya. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Leading Indicator merupakan Indikator awal elemen daripada peningkatan budaya K3. Indikator awal berfokus kepada seberapa baik tindakan pencegahan
yang kita lakukan agar tidak terjadi kecelakaan kerja. PT WIS Consortium Riau menerapkan program leading indicator yang terdiri dari beberapa program yaitu :
a. Risk Management b. HES Consultation and Communication
c. HES Inspection d. Training and Development
Universitas Sumatera Utara
e. Emergency Response Plan f.
HES Monitoring and Operational Control g. HES Awareness and Campaign
h. HES Evaluation. Dimana program-program tersebut dibentuk dengan tujuan dapat
meminimalkan angka kecelakaan kerja,melindungi karyawan, aset perusahaan, mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk
memperbaiki perilaku karyawan. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.
5.2 Pelaksanaan Program HES Health, Environment, Safety Leading Indicator Risk Management di PT WIS Consortium Riau
Aspek keselamatan kerja adalah sarana atau alat untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja baik yang disebabkan oleh kelalaian kerja maupun
lingkungan kerja yang tidak kondusif. Terpenuhinya aspek keselamatan kerja ini diharapkan dapat meniadakan kecelakaan kerja yang bisa berakibat cacat atau
kematian terhadap karyawan serta mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang terintegrasi sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan dan telah menjadi peraturan terutama pada proyek konstruksi.
Untuk dapat melaksanakan evaluasi menyeluruh, identifikasi bahaya harus dilaksanakan. Setelah bahaya tempat kerja diidentifikasi, bahaya tersebut dapat
dikendalikan dengan mudah di saat identifikasi atau membutuhkan evaluasi lebih lanjut oleh Tim Pengelolaan K3. Jika ada keraguan bahwa kondisi tempat kerja
Universitas Sumatera Utara
berbahaya, hal tersebut harus dibahas di tempat kerja terkait dengan Manajer K3. Dalam program Risk Management terdapat beberapa kegiatan pendukung yaitu :
a. Mengembangkan HIRARC untuk setiap lingkup pekerjaan
Dengan HIRARC, perusahaan akan dapat mengidentifikasi bahaya, menganalisis dan menilai risiko yang terkait dan kemudian menerapkan langkah
pengendalian yang sesuai. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan mengenai metodologi budidaya HIRARC, harus cukup sederhana untuk
digunakan dan harus cukup fleksibel untuk digunakan oleh semua dalam berbagai sektor ekonomi, baik di sektor manufaktur, sektor konstruksi atau sektor ekonomi
lainnya. Metodologi HIRARC sebagaimana diusulkan dalam Pedoman ini dimaksudkan untuk penilaian bahaya fisik. Mereka yang berniat untuk menilai
bahaya kesehatan di tempat kerja, harus menggunakan pedoman penilaian risiko lain yang dirancang khusus untuk tujuan tersebut.
b. Job Hazard Analysis
Job Hazard Analysis, adalah suatu proses identifikasi bahaya dan resiko yang didasarkan pada tiap- tiap tahap dalam suatu proses pekerjaan. Identifikasi
bahaya tersebut berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius, sebelum terjadi kecelakaan,
menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya atau mengurangi tingkat cedera dan membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Job Safety Analysis JSA
Dalam membuat prosedur pekerjaan, bahaya yang akan timbul sudah diidentifikasi dan telah disiapkan cara penanggulangannya melalui penerapan
program analisa keselamatan kerja. Job safety analysis adalah suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan
memberikan langkah-langkah perbaikan yang merupakan sebuah prosedur yang mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan tiap langkah pekerjaan dan
mengembangkan solusi untuk masing-masing bahaya yang akan menyingkirkan atau mengontrol bahaya. Sebuah JSA memerlukan partisipasi dari semua
karyawan dalam kelompok kerja. Sebelum pemulaian JSA, perlu ditentukan lingkup kerja, mencakup karyawan yang dibutuhkan, peralatan, equipment,
material, dan area kerja. Job safety analysis merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial
di tempat kerja dan mencari cara untuk menanggulangi resiko bahaya. Dalam analisa keselamatan kerja dilakukan peninjauan terhadap metode kerja dan
menemukan bahaya yang mungkin diabaikan dalam proses design peralatan, pemasangan mesin dan proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja
dapat dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman yang juga merupakan uraian setiap operasi dalam pekerjaan, menelaah bahaya-bahaya dari
tiap-tiap kegiatan dan menunjukkan tindakan pencegahannya. Analisa keselamatan kerja berhubungan dengan penelaahan izin kerja, rencana peralatan,
kualifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan pedoman kerja serta latihan yang diperlukan
Universitas Sumatera Utara
Waktu pelaksanaan kegiatan Risk Management sesuai dengan waktu yang disepakati yaitu sebelum mulai perkerjaan, setiap hari dan sebelum memulai
perkerjaan tetapi tidak rutin. Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat hambatan- hambatan, seperti yang disampaikan oleh Bapak Willem.. “Yang menjadi
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja dan prilaku pekerja itu sendiri dimana belum semua pekerja mematuhi SOP yang
berlaku, dan masih banyak pekerja yang menganggap mereka sudah paham dan tidak mau diarahkan”.
Dimana dalam pelaksanannya hambatan-hambatan tersebut diatasi dengan beberapa upaya diantaranya pengawasan dan menegur
secara lisan. Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan
dilaksanakannya kegiatan Risk Management yaitu mencegah angka kecelakaan kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,
mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki perilaku karyawan.Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai
dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja dan yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja
dan perilaku pekerja, yang masih saja memiliki perilaku bekerja yang membahayakan dan beresiko menyebabkan kecelakaan kerja. Upaya yang di
lakukan sejauh ini dengan pengawasan dan menegur secara lisan pekerja yang tidak mematuhi prisedur yang sesuai standar dalam bekerja. Hal ini tentu masih
belum menimbukan efek jera bagi pekerja karena merasa akan hanya ditegur
Universitas Sumatera Utara
secara lisan tanpa sanksi yang lebih tegas apabila berperilaku yang kurang baik dalam bekerja dan beresiko tinggi menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Sejalan dengan hasil penelitian Ernida 2016, mengenai upaya keselamatan kerja di Konsorsium BP3 PT. Berkat Karunia Phala - PT. Petronesia
Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - Pt. Prime Petro Services Kota Duri tahun 2015 bahwa penyebab kecelakaan kerja yang paling besar diakibatkan oleh
human error sebanyak 99 dan sisanya faktor lingkungan ataupun lainnya, yang mana 3 orang pekerja mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja banyak
diakibatkan oleh perilakubehavior masing - masing pekerja, sedangkan 2 orang pekerja mengatakan kecelakaan disebabkan oleh human error seperti kelalaian,
kecerobohan, ketidakdisiplinan, rasa percaya diri yang terlalu tinggi karena merasa sudah lama bekerja, mengantuk, kelelahan dalam bekerja atau
memaksakan diri untuk bekerja, serta tidak adanya pengawasan, kecelakaan kerja juga dapat diakibatkan oleh tools atau alat kerja seperti yang disebutkan oleh 2
orang pekerja HES, kerenana jika dalam manajemen atau perusahaan sendiri telah memberikan atau membuat SOP untuk setiap area kerja perusahaan dan
melaksanakan identifikasi risk management untuk mengidentifikasi faktor bahaya di tempat kerja yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.
Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik diisyaratkan memenuhi kriteria yaitu
sesuai dengan sifat dan skala risiko keselamatan dan kesehatan kerja organisasi, mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan Ramli, 2010. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian Emli 2014 yaitu ρ = 0,021 yang berarti bahwa ada
Universitas Sumatera Utara
pengaruh standar operational prosedur SOP melalui risk management terhadap kejadian kecelakaan kerja. Hasil penelitian dari Lidya 2011 juga menunjukkan
kesesuaian yaitu ρ = 0,000 menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan standar operational prosedur terhadap kejadian kecelakaan kerja.
Ratnawati 2010 mengatakan bahwa SOP melalui identifikasi risk management adalah satu set instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan
atau proses rutin dalam suatu organisasi. Pengembangan dan penggunaan SOP merupakan salah satu faktor kesuksesan sistem kualitas, dimana SOP
menyediakan informasi untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar bagi tiap personil, dan mempermudah dalam menerapkan kekonsistenan dalam kualitas dan
integritas suatu produk atau hasil akhir.
5.3 Pelaksanaan Program HES Health, Environment, Safety Leading