Sarana Pembuangan Sampah Sanitasi Dasar

seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya, sehingga dapat pula menimbulkan banjir. 2. Kolam Oksidasi Oxidation ponds Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang algae, bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin yang baik. 3. Irigasi irrigation Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

2.1.4 Sarana Pembuangan Sampah

Sampah merupakan suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara Amerika membuat batasan, sampah wastes diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi dengan sendirinya Notoatmodjo, 2007. Menurut Notoatmodjo 2007, sumber-sumber sampah terdiri dari: a. Sampah yang berasal dari pemukiman domestic wastes b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum c. Sampah yang berasal dari perkantoran d. Sampah yang berasal dari jalan raya e. Sampah yang berasal dari industri industrial wastes f. Sampah yang berasal dari pertanianperkebunan g. Sampah yang berasal dari pertambangan h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Pengelolaan sampah merupakan suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan; penyimpanan sementara, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat seperti teknik engineering, perlindungan alam conservation, keindahan dan pertimbanganpertimbangan lainnya, serta mempertimbangkan sikap masyarakat. Pengelolaan sampah pada saat ini merupakan masalah yang kompleks karena semakin banyaknya sampah yang dihasilkan, beraneka ragam komposisinya, makin berkembangnya kota, terbatasnya dana yang tersedia dan masalah lainnya yang berkaitan Mubarak dan Chayatin, 2009. Universitas Sumatera Utara Cara-cara pengelolaan sampah menurut Notoatmodjo 2007 antara lain: a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara TPS sampah dan selanjutnya ke tempat pembuangan akhir TPA sampah. Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Di daerah pedesaan pada umumnya dikelola oleh masing- masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan biasanya didaur ulang menjadi pupuk. b. Pemusnahan dan pengolahan sampah Pemusnahan danatau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain: 1 Ditanam landfill, yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah. 2 Dibakar inceneration, yaitu memusnahkan sampah dengan dibakar dalam tungku pembakaran incenerator. 3 Dijadikan pupuk composting, yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos khususnya untuk sampah organik seperti dedaunan, sisa Universitas Sumatera Utara makanan dan sampah-sampah lain yang dapat membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu dibudidayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dan anorganik, kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman, pupuk tersebut dapat dijual atau dipakai sendiri. Sampah anorganik dibuang kemudian dipungut oleh pemulung. Dengan demikian maka masalah persampahan akan berkurang. Menurut Slamet 2009, pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya saja seperti sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, sampah yang karsinogen, teratogenik dan sebagainya. Selain itu, ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri. Efek tidak langsung berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat menjadi sarang lalat dan tikus. Lalat merupakan vektor berbagai macam penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pest Slamet, 2009. Universitas Sumatera Utara 2.2 Lalat 2.2.1 Pengertian Lalat Lalat termasuk filum arthropoda, kelas insekta, ordo diptera, dan famili muscidae. Lalat memiliki panjang bervariasi antara beberapa milimeter drosophile sampai 1,5 cm lalat rumah atau 2 cm. Lalat termasuk salah satu binatang yang paling banyak tersebar di seluruh dunia. Menurut Kusnoputranto dalam Wijayanti 2009, lalat mempunyai sifat kosmopolitan yang artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah Musca domestica, lalat hijau Lucilia sertica, lalat biru Calliphora vomituria dan lalat latrine Fannia canicularis . Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan agent infection dari sumber infeksi kepada host yang rentan. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat Suska, 2007. Menurut Depkes RI 2001, penularan penyakit oleh lalat terjadi secara mekanis, dimana bulu-bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

15 135 159

Hubungan Hygiene Sanitasi, Kepadatan Lalat Dan Pengelolaan Limbah Padat Dengan Kejadian Diare Pada Rumah Susun Sukaramai Tahun 2014

6 79 157

Gambaran Hygiene Sanitasi, Kepadatan Lalat, Pengolahan Limbah Padat Dan Kejadian Diare Pada Rumah Susun Sukaramai Tahun 2014

1 32 157

Hubungan Sanitasi Dasar dan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare pada Penghuni Rumah Susun Seruwai Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2016

0 0 14

Hubungan Sanitasi Dasar dan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare pada Penghuni Rumah Susun Seruwai Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2016

0 1 2

Hubungan Sanitasi Dasar dan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare pada Penghuni Rumah Susun Seruwai Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2016

2 2 5

Hubungan Sanitasi Dasar dan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare pada Penghuni Rumah Susun Seruwai Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2016

1 1 31

Hubungan Sanitasi Dasar dan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare pada Penghuni Rumah Susun Seruwai Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2016

0 2 3

Hubungan Sanitasi Dasar dan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare pada Penghuni Rumah Susun Seruwai Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2016

0 0 18

1. Dapur Rumah Responden - Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

1 2 30