1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian kehidupan manusia di bumi. Berdasarkan data Departemen ESDM 2008, kondisi umum
penggunaan energi di Indonesia masih tergantung kepada minyak bumi sebesar 51.66, gas alam 28.57, batubara 15.34, tenaga air 3.11 dan panas bumi
1.32. Konsumsi energi terus meningkat dengan pertumbuhan sekitar 7 pertahun. Sebagai upaya menjamin pasokan energi dalam negeri, pemerintah
telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional sebagai pedoman dalam pengelolaan energi nasional. Salah
satunya adalah dengan melakukan diversifikasi energi dengan memanfaatkan sumber bahan hayati Indonesia melalui pengembangan Bahan Bakar Nabati
BBN sebagai sumber energi alternatif. Pengembangan BBN diharapkan dapat menurunkan penggunaan Bahan Bakar Minyak BBM bersubsidi sesuai INPRES
No. 012006. Terdapat beberapa jenis BBN yang dikenal di masyarakat umum yaitu biodiesel, bioetanol dan biooil minyak nabati murni.
BBN yang masuk dalam program energi mix Blue Print Pengelolaan
Energi Nasional BP-PEN adalah Biodiesel dan Bioetanol. Biodiesel adalah bahan bakar substitusi solardiesel yang berasal dari pengolahan esterifikasi dan
transesterifikasi minyak nabati. Bioetanol adalah bahan bakar substitusi bensin gasolin yang berasal dari pengolahan fermentasi dan hidrolisis glukosa atau
karbohidrat. Penggunaan BBN di Indonesia dan pemasarannya secara umum sudah mulai dilakukan sejak tahun 2006. BBN yang digunakan dan dipasarkan
tersebut adalah campuran 5 bio-diesel dengan 95 minyak solar, disebut B5, serta campuran 5 bio-etanol dengan 95 premium, disebut E5. Nama dagang
campuran bahan bakar tersebut adalah Bio-solar B5 dan Bio-premium E5. Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia, beberapa
sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai BBN di Indonesia diantaranya adalah minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak pagar untuk
produksi biodiesel, dan tetes tebu, jagung, juga singkong untuk produksi bioetanol. Sumber minyak nabati lain yang sekarang intensif di kembangkan
sebagai salah satu sumber energi alternatif yang potensial adalah ganggang mikro. Pemanfaatan ganggang sebelumnya telah dikenal luas seperti
Ulva,
Enteromorpna dan Gracilaria, sebagai salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel.
Sargassum dan Chlorela yang telah dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat.
Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium juga telah dimanfaatkan sebagai sumber senyawa bioaktif.
Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat dan berguna dalam industri farmasi.
Secara umum dikenal dua jenis ganggang yaitu ganggang makro dan ganggang mikro. Ganggang makro adalah organisme dengan ukuran yang lebih
besar. Ganggang makro memiliki kandungan karbohidrat polisakarida yang tinggi sebagai salah satu komponen selnya. Habitat hidup ganggang makro
umumnya adalah di laut. Sebaliknya ganggang mikro adalah sel ganggang yang berukuran sangat kecil dalam skala m dan habitat hidup ganggang ini adalah di
darat maupun di laut. Gangang mikro memiliki kandungan lipid yang tinggi, dan lipid lemak atau minyak dari ganggang mikro inilah yang akan diproses menjadi
BBN. Perbandingan kandungan minyak dari beberapa jenis tumbuhan penghasil BBN telah banyak diteliti. Menurut SBRC 2008, tanaman jarak pagar memiliki
kandungan minyak 30-35 berat kering dengan produktivitas 600 Lha, sawit memiliki kandungan minyak 25-30 berat kering dengan produktivitas 5.830 Lha
dan ganggang mikro memiliki kandungan minyak 35-80 berat kering dengan produktivitas 58.000-136.900 Lha.
Ganggang mikro memiliki potensi untuk dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai penghasil BBN. Ganggang mikro juga tahan terhadap
perubahan lingkungan dan memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Baik proses fisik maupun kimia dapat digunakan untuk menghasilkan minyak dari galur
ganggang yang memiliki kandungan lipid tinggi, dengan demikian maka eksplorasi ganggang mikro sebagai sumber BBN dari berbagai wilayah di
Indonesia menjadi pilihan yang penting dan strategis.
1.2 Kerangka Pemikiran