Latar Belakang Pengaruh Ratio Dt/Di dan Kecepatan Pengadukan terhadap Hidrolisis Enzimatik Minyak Ikan Lemuru Menggunakan Lipase Aspergillus Niger untuk Produksi Asam Lemak Omega-3

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi hasil tangkapan ikan laut yang sangat melimpah. Produksi ikan hingga triwulan II tahun 2012 mencapai 14,86 juta ton dengan potensi perikanan tangkap di perairan umum mencapai 6,4 juta ton ikan per tahun Malau, 2012. Salah satu jenis ikan laut yang terdapat di perairan Indonesia adalah ikan lemuru. Ikan lemuru adalah ikan berlemak fatty fish karena kandungan lemaknya relatif tinggi pada saat tertentu dan bervariasi dari tahun ke tahun. Ikan mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh diantaranya adalah protein, asam lemak omega-3, vitamin, mineral, komponen bio-active, dan asam lemak tak jenuh Anonim, 2012. Lemak ikan lemuru mengandung cukup banyak asam-asam lemak polienoat penting EPA dan DHA yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan manusia. Ikan lemuru dapat diolah menjadi ikan lemuru kaleng sarden, ikan pindang cue, ikan asin, dan tepung ikan. Minyak ikan merupakan hasil samping pengolahan tepung ikan yang belum dimanfaatkan lebih lanjut. Proses produksi minyak ikan meliputi proses ekstraksi dan proses pemurnian. Proses ekstraksi yang umum digunakan adalah ekstraksi basah wet rendering yang mencakup proses pemasakan ikan dengan menggunakan uap air panas guna merusak struktur sel dan pengepresan minyak yang telah dipanaskan. Fraksi cair yang dihasilkan dari proses pengepresan merupakan fraksi kaya minyak ikan. Fraksi cair hasil pengepresan mengandung komponen-komponen minor tersuspensi sebagai padatan protein, air, dan minyak. Pada beberapa industri, fraksi cair kaya minyak yang merupakan hasil samping proses pengolahan diambil dan dijual. Umumnya, minyak ikan ini dimanfaatkan untuk keperluan pengolahan petis, pakan ternak, dan industri kulit. Minyak hasil samping pengalengan dan penepungan ikan masih mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah tinggi. Asam lemak omega-3 adalah PUFAs yang memiliki lebih dari satu ikatan rangkap dalam konfigurasi cis. Minyak ikan merupakan sumber asam lemak tidak jenuh berupa eikosapentanoat EPA dan asam dokosaheksanoat DHA yang penting bagi pertumbuhan dan kesehatan. Asam lemak omega-3 merupakan salah satu kelompok asam lemak tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap pertama pada posisi atom C karbon nomor tiga yang dihitung dari gugus metil terujung. Asam-asam lemak alami yang tergolong asam lemak omega-3 adalah asam linolenat, asam eikosapentanoat EPA, dan asam dekosaheksanoat DHA. Asam lemak yang dominan dalam omega-3 adalah EPA dan DHA. Sebagai contoh, Estiasih 1996 menunjukkan bahwa minyak ikan hasil samping pengalengan ikan lemuru yang diambil dari Muncar-Banyuwangi pada bulan Juni 1995 mengandung asam lemak omega-3 sebesar 26,79 dengan asam eikosapentaenoat EPA=eicosapentaenoic acid, C20:5 omega-3 sebesar 13,70 dan asam dokosaheksaenoat DHA = docosahexaenoic acids, C22:6 omega-3 sebesar 8,91. EPA dan DHA merupakan jenis asam lemak omega-3 yang telah diketahui mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan yang paling potensial. Menurut Yunizal 2002, pada tahun 1996 ikan lemuru yang dikalengkan adalah 26.600 ton dengan rendemen minyak sebesar 5, dan ikan lemuru yang ditepungkan sebesar 32.900 ton dengan rendemen minyak sebesar 10, sehingga dihasilkan minyak hasil samping pengalengan dan penepungan sebesar 4.300 ton. Penelitian mengenai asam lemak omega-3 dari minyak ikan telah banyak dilakukan. Salah satu penelitian mengenai asam lemak omega-3 dari hasil samping penepungan ikan lemuru telah dilakukan oleh Octavia pada tahun 2010. Proses hidrolisis enzimatik selama 48 jam menggunakan enzim lipase dari Aspergillus niger pada keadaan asam pH 5 dan suhu 2 45 o Manusia dan beberapa jenis mamalia dapat mensintesis asam lemak jenuh dan beberapa asam lemak tak jenuh tunggal dari gugus karbon yang terkandung dalam bahan pangan seperti karbohidrat dan protein. Namun, manusia tidak dapat mensintesis asam lemak omega-3. Hal ini dikarenakan manusia tidak memiliki enzim yang dapat memutuskan ikatan pada rantai karbon nomor tiga dari asam lemak tak jenuh jamak sumbernya. Untuk memenuhi kebutuhan omega-3, manusia umumnya mengkonsumsi suplemen omega-3 atau kosentrat asam lemak omega-3 yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut seperti proses enkapsulasi. DHA berperan penting dalam fungsi kerja sistem saraf dan membran sel retina yang mempengaruhi penglihatan Etherton, 2002. EPA berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh dan respon terhadap luka. EPA dalam membran sel dapat dimetabolisme oleh enzim cyclooxynase dan lipoksigenase untuk membentuk prostaglandins dan leukotrienes Calder, 2002. Minyak ikan ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber asam lemak omega-3, padahal sampai saat ini Indonesia masih mengimpor minyak ikan untuk sumber asam lemak omega-3. C dapat dilakukan untuk menghasilkan asam lemak omega-3 dari minyak hasil samping penepungan ikan lemuru yang telah diperkaya dengan pelarut organik heksana.

1.2 Tujuan