9
R
1
C OCH
2
CH
2
OH O
R
1
C OCH
2
+ CH
3
OH CHOH + 3R C OCH
3
R
1
C OCH
2
CH
2
OH Trigliserida
Metanol Katalis Gliserol
Biodiesel Metil Ester Gambar 3. Reaksi transesterifikasi
Reaksi esterifikasi pada dasarnya merupakan reaksi antara asam karboksilat asam lemak bebas dengan alkohol untuk membentuk ester dan molekul air dan bersifat reversible. Proses esterifikasi
pada umumnya menggunakan katalis asam seperti H
2
SO
4
dan HCl. Reaksi esterifikasi selain mengesterifikasi asam lemak bebas, juga mengkonversi trigliserida menjadi metil esternya Hass et
al., 2000 seperti ditunjukkan pada Gambar 4. O
O R
1
C OH
+ CH
3
OH R
1
C OCH
3
+ H
2
O Asam lemak
Metanol Katalis Ester
Air Gambar 4. Reaksi esterifikasi
2.6 Kerusakan Biji dan Minyak Jarak Pagar
Pada umumnya biji-bijian dapat disimpan pada periode yang lama apabila kondisi penyimpanan sejuk dan kering. Walaupun demikian, peluang cendawan untuk merusak lebih besar
pada penyimpanan jangka lama dibandingkan dengan jangka pendek. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan suhu dan kelembaban di dalam penyimpanan sebagai aktivitas metabolisme biji-bijian,
serangga dan cendawan Ominski et al., 1994. Kerusakan biji-bijian berminyak disebabkan oleh enzim lipase dari tanaman yang
menghidrolisis lemak. Lemak akan mengalami penguraian menjadi asam lemak dan gliserol terutama jika temperatur dan kadar air bahan tinggi. ALB merupakan indikator kerusakan dari bahan
biji-bijian yang mengandung minyak atau lemak selama penyimpanan. Asam lemak pada umumnya bersifat semakin reaktif terhadap oksigen dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada rantai
molekul. Contohnya ialah asam linoleat akan lebih mudah teroksidasi daripada asam oleat pada kondisi yang sama Ketaren, 1986. Menurut Sudrajat et al., 2007, minyak jarak pagar yang
didominasi asam lemak tidak jenuh oleat, linoleat, dan linolenat mudah mengalami oksidasi sehingga minyak menjadi asam.
Penyebab utama keasaman minyak jarak pagar adalah faktor internal, yaitu kandungan asam lemak tidak jenuh dengan ikatan rangkap, keberadaan enzim pemecah lemak seperti lipase,
lipoksidase, atau lipolitik, serta keberadaan mikroba alami dari jenis bakteri, cendawan, dan khamir yang semuanya dapat menyebabkan keasaman minyak jarak, baik secara sendiri-sendiri maupun
saling berinteraksi. Ketika faktor internal bertemu dengan faktor eksternal, akan terjadi proses oksidasi Sudradjat et al., 2007. Kerusakan oksidasi disebabkan karena terjadinya penambahan
molekul oksigen pada ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh, membentuk peroksida dan hidroperoksida yang labil. Peroksida dan hidroperoksida ini akan berisomer dengan air yang kemudian
10
memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, disertai terbentuknya gugus aldehid, keton dan hidrokarbon lain. Proses oksidasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti udara, suhu, enzim,
katalisator, dan adanya logam Mahatta, 1975. Pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak mempunyai rantai lurus monokarboksilat
dengan jumlah atom karbon genap. Dalam reaksi hidrolisis minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan baik jika di dalam minyak
terdapat sejumlah air. Semakin lama reaksi berlangsung maka asam lemak yang dihasilkan semakin banyak. Faktor yang menunjang dalam percepatan reaksi tersebut adalah suhu, air, keasaman, dan
enzim. Enzim lipase mampu menghidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol, selain enzim lipase dapat juga dikombinasi oleh kontaminasi mikrobia dari kelompok bakteri
{Staphylococus, Bacilus, Pseudomonas dan Achromobacter, Jamur {Aspergillus, PenicilHum, Mucor, Rhizopus, Monila, Oidium, Cladosporlum. Hidrolisis lemak tersebut dapat berlangsung dalam
suasana aerobik dan anaerobik. Reaksi hidrolisis yang terjadi pada trigliserida adalah sebagai berikut: C
3
H
5
OOCR
3
+ 3 H
2
-------------- ►
C
3
H
5
OH
3
+ 3 HOOCR Trigliserida
air --------------
► gliserol asam lemak
Menurut Ketaren 1986, reaksi hidrolisis terjadi secara bertahap yaitu trigiserida terurai menjadi digliserida dan asam lemak. Digliserida akan terurai menjadi monogliserida dan asam lemak
dan akhirnya monogliserida terurai menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi hidrolisis terjadi secara reversible. Apabila reaksi ini tidak dipisahkan maka akan terjadi secara berkesinambungan antar
reaksi-reaksi tersebut. Tingkat kerusakan minyak dapat diukur dengan mengukur asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak dengan menentukan bilangan asam. Prinsipnya adalah dengan
mereaksikan asam lemak bebas dengan alkali. Bilangan asam didefenisikan sebagai banyaknya mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat di dalam 1 gram minyak.
Setiap satu satuan bilangan asam menunjukkan 0,503 persen asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak tersebut. Proses pembuatan biodiesel dari minyak jarak dengan kadar ALB kurang dari
2 dapat dilakukan secara transesterifikasi. Akan tetapi jika kadar ALB lebih besar dari 2 maka proses pembuatan biodiesel lebih baik dilakukan dalam 2 tahap yaitu reaksi esterifikasi dan
transesterifikasi.
2.7 Pengemasan