55
sehingga pemegang
saham institusional
dapat memantau
perkembangan investasinya dengan baik Tarjo, 2008. Investor institusional lebih dapat menggunakan informasi periode
sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan investor non-institusional, oleh karena itu, investor institusional sering
disebut sebagai sophisticated investor investor yang canggih dan berpengalaman Siregar dan Utama, 2006. Hal tersebut juga selaras
dengan penelitian Midiastuty dan Machfoedz 2003 yang juga menemukan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional yang
tinggi akan membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba sehingga akan meningkatkan kualitas laba.
d. Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme pengawasan dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola
perusahaan manajer. Menurut
Pedoman Komite
Nasional Kebijakan
Corporate Governance, dewan komisaris dapat mendelegasikan sebagian
kewenangannya kepada suatu komite khusus atau kepada dua atau lebih anggota dewan komisaris berdasarkan surat kuasa khusus.
Anggota dewan komisaris dan komite khusus tersebut wajib melaporkan kepada dewan komisaris mengenai semual hal dan
tindakan yang mereka lakukan berdasarkan surat kuasa khusus Tunggal, 2008.
56
Sulistyanto 2008 menyatakan bahwa ada beberapa tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh dewan komisaris
independen untuk mewujudkan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggungjawab, yaitu memastikan bahwa perusahaan:
1 Memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk memantau jadwal, anggaran, dan efektivitas strategi itu.
2 Mengangkat eksekutif dan manajer-manajer profesional. 3 Memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang
bekerja dengan baik. 4 Mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-
nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya. 5 Risiko dan potensi krisis diidentifikasikan dan dikelola dengan
baik. 6 Prinsip-prinsip dan praktik-praktik good corporate governance
dipatuhi dan diterapkan dengan baik, khususnya: a menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan, b
perlakuan yang adil untuk pemegang saham minoritas dan stakeholder lain, c diungkapkannya transaksi yang mengandung
conflict of interest secara wajar dan adil, d kepatuhan perusahaan pada undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan
e menjamin akuntabilitas organ perseroan.
Beasly 1996 menemukan hubungan yang signifikan antara peran
dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi
kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan. Keberadaan komisaris independen telah diatur oleh Bursa Efek Jakarta
BEJ melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000, Kep- 315BEJ062000 yang telah direvisi dengan Kep-339BEJ072001.
Pada peraturan tersebut mengemukakan bahwa perusahaan yang listed di BEJ harus mempunyai komisaris independen yang secara
57
proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas bukan controlling shareholders. Persyaratan jumlah
minimum komisaris independen adalah 30 dari seluruh anggota dewan komisaris. Beberapa kriteria tentang komisaris independen
menurut peraturan BEJ adalah sebagai berikut: 1 Komisaris Indepeden tidak memiliki hubungan afiliasi dengan
pemegang saham pengendali controlling shareholders dari perusahaan tercatat yang bersangkutan;
2 Komisaris Independen tidak memiliki hubungan dengan direktur danatau komisaris lainnya dari perusahaan tercatat yang
bersangkutan; 3 Komisaris Independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada
perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan;
4 Komisaris Independen harus mengerti peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal;
5 Komisaris Independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali
dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS FCGI, 2001.
e. Ukuran Dewan Komisaris