Sumberdaya Ikan Policy Analysis of Reclamation Impact to Coastal Fisheries in Jakarta Bay

13

2.2 Sumberdaya Ikan

Ikan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable atau dapat memperbaharui diri. Dalam UU No. 31 Tahun 2004 junto UU No. 45 Tahun 2009 tentang perikanan definisi ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Widodo dan Nurhakim 2002 menyatakan bahwa sumberdaya ikan pada umumnya dianggap bersifat open access dan common property yang artinya pemanfaatan bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat umum. Potensi sumberdaya ikan SDI yang ada di Indonesia telah dimanfaatkan dengan berbagai cara, baik melalui perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Upaya pemanfaatan SDI yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di wilayah pesisir masih terkonsentrasi pada perairan sekitar pantai dengan pola pengelolaan yang tradisional. Pengelolaan sumberdaya ikan idealnya harus dilakukan secara terarah dan terpadu sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumber dan penerapannya dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan FAO 1995. Secara umum, tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah Widodo dan Nurhakim 2002: 1 Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta tindakan perbaikan stok SDI enhancement. 2 Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial nelayan. 3 Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut. Pengelolaan perikanan di Indonesia sebenarnya lebih berkaitan dengan masalah sumberdaya manusia people problem dari pada masalah sumberdaya resources problem. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa lebih dari 60 produksi perikanan Indonesia dihasilkan oleh perikanan skala kecil, yang banyak menyerap tenaga kerja atau lebih dikenal dengan sebutan nelayan Septifitri 2010. Kaiser dan Forsberg 2001 memberikan beberapa hal yang harus dipertimbangkan didalam pengelolaan perikanan yaitu : 1 Jumlah stakeholder perikanan adalah banyak. 2 Kebijakan pengelolaan harus dapat diterima oleh semua stakeholder. 14 3 Hormati sebanyak mungkin nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. 4 Kebijakan harus mempertimbangkan aspek sosial, politik dan ekonomi. Dalam pengelolaan perikanan pemerintah bertindak sebagai pelaksana mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan. Kelompok masyarakat pengguna hanya menerima informasi tentang produk-produk kebijakan dari pemerintah dan keterlibatan masyarakat penggunan dalam perumusan kebijakan masih sangat rendah. Satria et al. 2002 mengemukakan bahwa pengelolaan perikanan seperti ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu: 1 Aturan-aturan yang dibuat menjadi kurang terinternalisasi dalam masyarakat, sehingga menjadi sulit untuk ditegakkan. 2 Biaya transaksi yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan dan pengawasan sangat besar, sehingga menyebabkan lemahnya penegakan hukum.

2.3 Alat Penangkapan Ikan