27 belum adanya protokol kesepakatan untuk menggunakan metode ini, tidak
seperti halnya metode CVM yang telah diadopsi dengan protokol yang sama. Berbagai pertimbangan perlu dipikirkan secara matang sebelum teknik ini
dilaksanakan. Pertimbangan ini menyangkut biaya dan manfaat dengan mengadopsi teknik benefit transfer tersebut serta desain dan koleksi data untuk
keperluan studi ditempat lain data asal. Krupnick 1993 menulis secara lebih detail kapan dan dalam situasi yang bagaimana benefit transfer bisa dilakukan
dan kapan tidak. Ia menyebutkan misalnya, benefit transfer sulit dilakukan untuk sumberdaya alam wetland seperti mangrove dan sejenisnya karena nilai yang
diperoleh akan sangat tergantung pada tempat dan karakteristik populasi. Krupnick menyatakan bahwa benefit transfer bisa saja dilakukan jika sumberdaya
alam tersebut memiliki ekosistim yang sama baik dari segi tempat maupun karaketristik pasar market characteristic.
2.5 Proses Hierarki Analitik PHA
Proses hierarki analitik PHA atau Analytical Hierarchy Process merupakan teknik pengambilan keputusan yang pertama kali dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty pada tahun 1970–an. PHA didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan erat dengan permasalahan tertentu
melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai alternatif. PHA banyak digunakan pada metode pengambilan
keputusan untuk berbagai kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki stakeholders dalam situasi
konflik. PHA merupakan proses pengambilan keputusan dengan pendekatan
sistem. Pada penyelesaian persoalan dengan PHA terdapat beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain Saaty 1993:
1 Dekomposisi, setelah permasalahan atau persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan dekomposisi yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-
unsurnya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan terhadap unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecah lagi,
sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut. 2 Comparative judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif
diantara dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA karena akan
28 berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang disajikan dalam bentuk
matriks pairwise comparison. 3 Synthesis of priorrity, yaitu melakukan sintesis prioritas atau mencari nilai
eigenvektor-nya dari setiap matrik pairwise comparison untuk mendapatkan prioritas lokal. Matrik pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh
karena itu untuk mendapatkan prioritas global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal.
4 Logical consistency, konsistensi memiliki dua makna, yaitu 1 obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansinya. 2 tingkat hubungan antara obyek-obyek didasarkan pada kriteria tertentu.
Pada dasarnya, metode PHA ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya; menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki; memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel; dan
mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada
situasi tersebut. PHA juga menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan
keputusan secara berkelompok dengan memaksakan disiplin dalam proses pemikiran kelompok itu. Keharusan memberi nilai numerik pada setiap variabel
masalah membantu para pengambil keputusan untuk mempertahankan pola-pola pikiran yang kohesif dan mencapai suatu kesimpulan. Selain itu, adanya
konsensus dalam pengambilan keputusan kelompok memperbaiki konsistensi pertimbangan dan meningkatkan keandalan PHA sebagai alat pengambilan
keputusan. PHA memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, untuk
aneka ragam persoalan tak berstruktur, memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. Proses
sistemik dalam PHA memungkinkan pengambil keputusan mempelajari interaksi dari komponen-komponen yang telah disusun dalam hierarki secara simultan.
Keharusan untuk memberikan nilai numerik pada setiap variabel masalah akan membantu pengambil keputusan mempertahankan pola pikir yang kohesif dan
mencapai suatu kesimpulan.
29 Penyusunan secara hierarkis dalam PHA mencerminkan pemilahan
elemen sistem dalam beberapa tingkat yang berlainan dan pengelompokan unsur serupa pada setiap tingkat. Setiap perangkat elemen dalam hierarki
fungsional menduduki satu tingkat hierarki. Tingkat puncak yang disebut fokus, hanya terdiri atas satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas.
Pada tingkat berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa elemen, meskipun jumlahnya biasanya kecil, antara lima dan sembilan. Dalam
perencanaan yang menggunakan PHA untuk mengkaji persoalan mula-mula harus mendefinisikan situasi dengan seksama, memasukkan sebanyak mungkin
data yang relevan, kemudian menyusunnya dalam suatu hierarki yang terdiri dari beberapa tingkat rincian seperti ditunjukkan pada contoh Gambar 4.
Gambar 4 Struktur hierarki PHA Untuk dapat melakukan analisis PHA dengan baik, maka prinsip kerja
yang sangat mendasar dan harus diperhatikan adalah Saaty 1993: 1 Penyusunan hierarki,
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
2 Penilaian kriteria dan alternatif, Kriteria dan alternatif melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty
1983, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik
Tingkat 1 Fokus
Tingkat 3 Faktor
Tingkat 4 Alternatif
Tingkat 2 Skenario
FOKUS
Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3
Faktor 1 Faktor 2
Faktor 3 Faktor 4
Faktor 5
Alternatif 1 Alternatif 2
Alternatif 3 Alternatif 4
30 dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari
skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty
1993
Intensitas Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama penting
Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari pada yang lain Pengalaman atau pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen di atas yang lain.
5 Elemen yang satu jelas lebih
penting dibandingkan dengan elemen yang lain
Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan
dominasinya terlihat dalam praktek
7 Satu elemen sangat lebih
penting dibandingkan elemen yang lain
Satu elemen dengan disokong dan dominasinya terlihat dalam
praktek 9
Satu elemen mutlak lebih penting dibandingkan elemen
yang lainnya Sokongan elemen yang satu atas
yang lain terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan diantara
dua pertimbangan Kebalikan
nilai-nilai di atas
Nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen A dan B maka nilai-nilai kebalikan 12, 13, ¼,…, 19 digunakan untuk
membandingkan kepentingan B terhadap A
Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 satu dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A.
3 Penentuan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan passive comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh
alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan
sesuai dengan judgment yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi
matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika. 4 Konsistensi logis.
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
31 Saaty 1993 mengatakan bahwa proses pada PHA adalah
mengidentifikasi, memahami, dan menilai intreraksi-interaksi suatu sistem sebagai suatu keseluruhan. Dalam penilaian PHA dan pengisian matriks banding
berpasangan menggunakan nilai skala banding berpasangan Tabel 5. Pengisian matriks hanya dapat dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari
kiri ke kanan bawah. Prinsip penilaian pada AHP bila terdapat m kriteria yang dibandingkan,
maka harus dihasilkan m matriks, setiap sel c
ij
c mempunyai karakteristik
sedemikian sehingga:
ij
= 1 c
ji
atau c
ji
x c
ij
Jika C1, C2, …,Cn adalah elemen yang akan dibandingkan, dan n adalah jumlah elemen yang akan dibandingkan Tabel 5.
= 1
Analisis selanjutnya adalah menghitung nilai-nilai yang telah dari setiap matrik untuk mendapatkan vektor prioritas VP. Selain itu juga dilakukan
sintesis berbagai pertimbangan dan mendapatkan nilai konsistensi. Penghitungan nilai eigen Maks
λ maks dengan rumus : VA = aij x VP
dengan VA = vai VB = VA VP
dengan VB = vbi λ maks = 1n Σ vbi
Tabel 5 Matriks elemen
C1 C2
….. Cn
C1 1
a12 ….
A1n C2
1a12 1
….. A2n
….. …..
…. 1
…. Cn
1a1n 1a2n
….. 1
Tabel 6 Menjumlahkan nilai dalam setiap kolom, matrik normalisasi dan vektor prioritas
C1 C2
… Cn
Matriks Normalisasi VP
C1 1
A12 …
A1n 1J1
A12J2 …
A1nJn P1
C2 1a12
1 …
A2n A21J1
1J2 …
A2nJn P2
… …
… 1
…. …
… …
…. …
Cn 1a1n 1a2n
… 1
An1J1 An2J2 …
1Jn Pn
Σ J1
J2 …
Jn ΣVP
32 Perhitungan indeks konsistensi CI dengan rumus :
CI = λ maks – n n-1
Perhitungan Rasio Konsistensi CR adalah : CR = CIRI, dimana; RI = Indeks acak random Indeks dari matriks
berordo 1 sampai 15 Tabel 7. CR dikatakan mempunyai tingkat konsistensi yang tinggi dan dapat
dipertanggungjawabkan bila bernilai lebih kecil atau sama dengan 0,1. Hal ini dikarenakan merupakan tolok ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil
perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat Saaty 1993. Saaty 1993 menyatakan bahwa AHP memberi suatu sarana yang berguna untuk
menstruktur hierarki, baik untuk perencanaan yang diproyeksikan deskriptif maupun perencaan ideal normative.
Tabel 7 Nilai indeks acak RI matriks berordo 1 sd 15 N
RI N
RI N
RI 1
0,00 6
1,24 11
1,51 2
0,00 7
1.32 12
1,48 3
0,59 8
1,41 13
1,56 4
0,90 9
1,45 14
1,57 5
1,12 10
1,49 15
1,59 Sumber : Saaty 1993
2.6 Analisis Kebijakan