94
Rasio aktivitas belanja modal ini membandingkan total belanja modal terhadap total APBD.
Rasio aktivitas menggambarkan bagaimana pemda memprioritaskan alokasi dananya pada belanja
pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin belanja operasional berarti
persentase belanja pembangunan belanja modal yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat
cenderung semakin kecil Susantih dan Saftiana, 2010: 13. Rasio aktivitas tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :
Belanja Modal terhadap APBD i = Total Belanja Modal i
Total APBD i Belum ada tolak ukur yang jelas mengenai rasio aktivitas
pemerintah saat ini, maka untuk membandingkan rasio aktivitas dilakukan berdasarkan belanja operasi dan belanja modal.
4. Rasio Pertumbuhan
Menurut Halim dan Kusufi 2012 rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan
dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.
Rasio pertumbuhan mengukur kemampuan daerah dalam miningkatkan keberhasilan yang telah dicapai. Dengan mengetahui
pertumbuhan masing-masing kelompok sumber pendapatan dan
95
pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi yang mendapat perhatian Heriningsih, 2013.
RT= Pendapatan tahun p - Pendapatan tahun p-1 X 100
Pendapatan tahun p-1 Keterangan p= tahun 2013
2. Variabel Dependen
Variabel Terikat Dependent Variabel merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti dan merupakan variabel
yang dipengaruhi variabel lain baik secara positif maupun negatif Sekaran, 2006. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat
korupsi pemerintah daerah. Pengklasifikasi fraud atau kecurangan dikenal dengan istilah
“fraud tree”. Hal yang ditimbulkan oleh fraud salah satunya adalah Korupsi, dimana jenis fraud ini paling
paling sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain seperti suap atau korupsi.
Dalam penelitian Chen; Cumming; Hou; dan Lee 2013 yang melakukan penelitian pada fraud dengan menggunakan variabel
dummy dimana 1 bagi firma yang berlawanan dari fraud, dan 0 bagi firma yang fraud
Tingkat korupsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah memodifikasi data kasus korupsi yang terjadi di kabupaten-
96
kabupaten di Indonesia yang didapat dari Laporan Tahunan KPK. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy.
1 bagi kabupaten dan kota yang tidak terdapat kasus korupsi telah berkekuatan hukum tetap dan bukan dugaan korupsi dari
Laporan Tahunan KPK RI 0 bagi kabupaten dan kota yang terdapat kasus korupsi telah
berkekuatan hukum tetap dan bukan dugaan korupsi dari Laporan Tahunan KPK RI . Tingkat korupsi yang dimodifikasi dari laporan
tahunan KPK RI inilah yang digunakan untuk mengukur tingkat korupsi pemerintah daerah.
97
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian a.