Rumusan Masalah Landasan Teori

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap turnover

intention pada karyawan PT. Graha Sumber Berkah secara parsial? 2. Apakah terdapat pengaruh stres kerja terhadap turnover intention pada karyawan PT. Graha Sumber Berkah secara parsial?

3. Apakah terdapat pengaruh lingkungan kerja dan stres kerja

terhadap turnover intention pada karyawan PT. Graha Sumber Berkah secara simultan?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari lingkungan kerja

dan stres kerja dengan turnover intention pada karyawan PT. Graha Sumber Berkah secara parsial dan simultan. 2. Untuk memenuhi salah satu tugas akhir perkuliahan dalam rangka memperoleh gelar Strata 1.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diambil dari penelitian, antara lain: 9 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam merumuskan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya turnover intention diperusahaan. 2. Bagi Akademisi Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terkait dengan Manjemen sumber manusia khususnya di bidang turnover intention. 3. Bagi Penulis Sebagai bahan pembekalan dan pengetahuan di masa depan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan turnover intention. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia SDM merupakan unsur utama organisasi dibandingkan dengan unsur lain seperti modal, teknologi, dan uang, sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Oleh sebab itu, pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi menjadi suatu hal yang sangat penting. Pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi menjadi suatu bidang ilmu manajemen khusus yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia Hariandja, 2007:11. Sumber daya manusia merupakan bagian dari dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini dimana teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut sumber daya manusia yang kompeten yang memiliki semangat dan kedisiplinan yang tinggi dalam menjalankan peran dan fungsinya baik untuk individual maupun tujuan organisasional. Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting, dalam interaksinya dengan faktor modal, material, metode, dan mesin. Kompleksitas yang ada dapat menentukan kualitas manusia. Oleh 11 karena itu mengharuskan untuk selalu memperhatikan setiap aspeknya Prihantoro, 2012:78. Selanjutnya menurut Hariandja 2012:11 Manusia memilih teknologi, manusia yang mencari modal, manusia yang mengunakan dan memliharanya, di samping manusia dapat menjadi salah satu sumber keunggulan bersaing.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Istilah manajemen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Kemudian istilah sumber daya manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi.

a. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Para Ahli

Menurut Henry Simamora dalam Setyowati dan Yuniarto 2012:36 manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang mempengaruhi secara langsung sumber daya manusia. Sedangkan Hasibuan 2012:10 mendefinisikan manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur peranan tenaga kerja agar 12 efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Manajemen sumber daya manusia yang juga sering disebut dengan manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujun organisasi dan masyarakat. Dengan kata lain,aktivitas yang dilakukan untuk menstimulasi, mengembangkan, memotivasi dan memelihara kinerja yang tinggi dalam organisasi. Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan dukungan sumber daya manusia dalam usaha meningkatkan efektivitas organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Secara lebih operasional dalam arti yang dapat diamatidiukur untuk meningkatkan produktivitas pegawai, mengurangi tingkat absensi, mengurangi tingkat absensi, mengurangi tingkat perputaran kerja, atau meningkatkan loyalias para pegawai pada organisasi Hariandja, 2007:2-4. Fungsi sumber daya manusia memiliki suatu dampak substansial pada kinerja laba perusahaan. Perencanaan sumber daya manusia yang buruk dapat menghasilkan ledakan penerimaan yang diikuti dengan pemberhentian sehingga menelan biaya dalam hal pembayaran kompensasi pengangguran, beban pelatihan, dan moral Griffin, 2004:414. 13

b. Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi

Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Menurut Hasibuan 2012:14 terdapat 10 sepuluh peranan manajemen sumber daya manusia dalam mengatur dan menetapkan program kepegawaian yaitu sebagai berikut: 1 Menetapkan jumlah kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job spesification, job requirement, dan job evaluation. 2 Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas the right man in the right place and the man in the right job. 3 Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan promosi, dan pemberhentian. 4 Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. 5 Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada khususnya. 6 Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan sejenis. 7 Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh. 8 Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan. 14 9 Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal. 10 Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya

3. Perilaku Organisasi

Perilaku organisai merupakan studi perilaku, sikap, dan kinerja manusia dalam suatu lingkungan organisasi yang didasarkan pada teori, metode, dan prinsip dari berbagai disiplin, seperti psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan antropologi budaya, untuk mempeljadi individu, kelompok, struktur, dan proses dalam organisasi secara total. Hal ini mencakup analisis mengenai dampak eksternal terhadap organisasi dan sumber daya manunsa, misi, tujuan, dan strategi organisasi Ivancevich dkk., 2006:10. Organisasi muncul dalam masyarakat dan diciptakan oleh sekelompok orang. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas sebuah organisasi dan manajemen harus resonsif terhadap faktor-faktor tersebut. Kinerja inividu merupakan pondasi dari kinerja organisasi. Oleh karena itu, untuk menciptakan manajemen yang efektif, memahami perilaku individu merupakan hal yang sangat penting Ivancevich dkk., 2006:14

a. Peran Perilaku Organisasi Dalam Organisasi

Peran perilaku dalam organisasi kinerja individu merupakan pondasi dari kinerja organisasi. Oleh karena itu, untuk menciptakan manajemen yang efektif, memahami perilaku individu sangat penting. Diketahui bahwa terdapat tiga pengaruh penting terhadap perilaku organisasi dan motivasi dalam organisasi antara lain: 15  Karakteristik individu  Motivasi individu,  dan penghargaan. Karakteristik individu terkait dengan psikologi sosial dan psikologi yang berhubungan antara sikap, persepsi, emosi, kepribadian, nilai dan kinerja individu. Oleh sebab itu pimpinan tidak dapat mengabaikan kebutuhan bawahannya mengenai karakteristik individu. Selanjutnya motivasi individu dan kemampuan saling berinteraksi dalam menentukan kinerja. Pimpinan harus tetap memahami bagaimana motivasi pekerja dapat muncul. Penghargaan merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat terhadap kinerja individu. Manajemen dapat menggunakan penghargaan atau hukuman untuk membentuk perilaku perkerjanya dalam organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan Ivancevich dkk, 2006: 14-16 perilaku dan manajemen organisasi. Penghargaan mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku. Sebagai akibatnya, efisiensi dan efektivitas organisasi terpengaruhi. Salah satu perhatian penting organisasi yang dipengaruhi penghargaan adalah pergantian karyawan turnover dan ketidakhadiran absensi Ivancevich, dkk: 2006: 233 perilaku dan manajemen organisasi. 16

b. Aspek Perilaku Organisasi

Aspek – aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. 1 Pengaruh organisasi terhadap manusia Lingkungan kerja merupakan elemen organisasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan perilaku individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi organisasi. Lingkungan kerja meliputi lingkungan sosial budaya dan lingkungan fisik. Mewujudkan semangat dan kinerja yang baik tidak terlepas dari motivasi kerja yang tinggi. Sementara itu, lingkungan kerja menjadi faktor pendorong dan pendukung karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sebab lingkungan kerja juga merupakan suatu tempat bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan kata lain budaya organisasi yang sifatnya dapat dikelola dan berubah, setiap individu dapat mengubah perilaku lama menjadi perilaku baru. Budaya organisasi yang positif akan mendorong motivasi kerja karyawan dan meningkatkan efektivitas organisasi Husein Umar, 2003: 275. 17 2 Pengaruh manusia terhadap organisasi Karyawan sebagai manusia dalam sebuah organisasi adalah pelaksana utama dari fungsi- fungsi organisasi serta mengelola sarana, prasarana, dan infrastruktur yang ada. Karyawan sebagai faktor kunci keberhasilan organisasi harus diperhatikan, karena keberadannya selalu mengalami dinamika. Jika karyawan mengalami gangguan atau hambatan, dalam pekerjaan, dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerjanya Akwan, 2016-476. Sebaliknya, apabila seorang karyawan dapat memotivasi dirinya untuk memaksimalkan potensi tersebut dan merancang strategi untuk mencapai efektivitas kinerja secara pribadi, tentunya akan mengefektivitaskan kelompok dan mengarah kepada efektivitas organisasi. Sebuah organisasi besar yang dapat dikatakan sukses dalam menjalankan sebuah proses produksi dan jasa, tentunya tidak lepas dari kepiawaian dari manajer atau pimpinan puncak yang mendesain organisasi tersebut ke arah sebuah keefektifan kinerja denga mempertimbangkan unsur-unsur dan potensi-potensi yang dimiliki oleh individu-individu tersebut. 18

4. Turnover Intention a.

Teori Turnover Intention Menurut Para Ahli Menurut Mas’ud 2004:87 turnover intention adalah kecnderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya. Paramarta dan Reny 2014:26 turnover intention adalah keinginan individukaryawan untuk keluar atau berhenti bekerja secara sukarela. Selain itu, menurut Tett and Meyer 1993 menyatakan The measurement of this construct often entails using a certain period of time turnover intention, maksudnya adalah keinginan berpindah mengacu pada keinginan yang secara sadar dan disengaja meninggalkan organisasi. Sedangkan menurut Yulianto 2001 dalam Sidharta dan Margaretha 2011:130, turnover intetion merupakan salah satu bentuk perilaku menarik diri dalam dunia kerja, akan tetapi sekaligus juga merupakan hak bagi setiap individu untuk menentukan pilihannya, apakah tetap bekerja atau keluar dari perusahaan tersebut. Namun perilaku demikian tidaklah buruk sebab dapat saja karyawan tersebut mendapat kesempatan pekerjaan yang jauh lebih baik di tempat lain atau ingin keluar karena tidak tahan dengan situasi di tempat ia bekerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa, turnover intention adalah keinginan karyawan untuk berpindah kerja ke perusahaan lain dikarenakan beberapa faktor diantaranya mendapatkan penawaran 19 gaji yang lebih baik, tidak tahan lagi dengan situasi tempat bekerja dan harapan pekerjaan yang lebih baik.

b. Faktor Penyebab Turnover Intention

Menurut Manullang 1994 dalam Sidharta Margaretha 2011:2 menggolongkan penyebab-penyebab turnover ke dalam tiga sebab utama yaitu: a Keinginan perusahaan, karena karyawan merupakan karyawan tidak potensial b Keinginan pribadi, yaitu keinginan dari karyawan sendiri untuk keluar dari tempat ia bekerja. c Penyebab lain, habisnya masa kontrak antara karyawan dengan pihak perusahaan.

c. Dampak Turnover Intention Bagi Organisasi

Aamodt 2004 mengemukakan bahwa dampak dari turnover akan terbagi dua yaitu dampak yang tampak dan dampak yang tidak tampak. Dampak yang tampak dari turnover diantaranya biaya iklan, biaya agensi, karyawan, insestif, biaya perjalanan, penerimaan gaji, dan biaya yang dikeluarkan selama proses aplikasi dan wawancara kandidat, serta biaya penempatan bagi karyawan baru. Dampak yang tidak tampak termasuk hilangnya produktivitas berhubungan dengan pindah karyawan, karyawan lain harus melakukan pekerjaan yang lebih banyak, tidak ada 20 produktivitas pada masa lowong, merendahnya produktivitas berkaitan dengan karyawan yang baru mendapat pelatihan. Sebagai tambahan pada dampak yang tidak terlihat termasuk waktu kerja yang melebihi seharusnya pada karyawan yang menggantikan posisi yang lowong dan biaya pelatihan ketika karyawan pengganti telah diterima.

d. Dimensi Turnover Intention

Salah satu penyebab faktor timbulnya keinginan pindah kerja adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Penyebab kepuasaan itu dapat beraneka ragam seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang memuaskan, hubungan tidak serasi antara atasan dengan bawahan maupun dengan rekan kerja, pekerjaan yang tidak sesuai dengan berbagai faktor lainnya. Keadaan ini perlu diwaspadai karena jika terjadi dalam skala besar organisasi pula yang dirugikan. Menurut Mas’ud 2004 dimensi turnover intention adalah sebagai berikut: a Berpikir tidak akan menghabiskan semua karir di organisasi ini. b Ingin meninggalkan organisasi dalam waktu dekat. c Memutuskan untuk meninggalkan organisasi. d Sedang mencari pekerjaan lain sekarang. 21 e Jika sudah mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik, akan segera pindah.

e. Pengukuran Turnover Intention

Tindakan penarikan diri menurut Abelson 1987 terdiri atas beberapa komponen yang secara simultan muncul dalam individu berupa adanya pikiran untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, mengevaluasi kemungkinan untuk menemukan pekerjaan yang layak di tempat lain, dan adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi. Abelson 1987 menyatakan bahwa sebagian besar karyawan yag meninggalkan organisasi karena alasan sukarela dapat dikategorikan atas perpindahan kerja sukarela dapat dikategorikan atas perpindahan kerja sukarela yang dapat dihindarkan avoidable voluntary turnover dan perpindahan kerja sukarela yang tidak dapat dihindarkan unvoidable voluntary turnover. Avoidable voluntary turnover dapat disebabkan karena alasan berupa gaji, kondisi kerja, atasan atau ada organisasi lain yang dirasakan lebih baik, sedangkan perpindahan kerja sukarela yang tidak dapat dihindarkan dapat disebabkan karena perubahan jalur karir atau faktor keluarga. Turnover Intention yang dibahas dalam penelitian ini adalah dalam konteks model voluntary turnover sukarela. 22

5. Lingkungan Kerja a.

Teori Lingkungan Kerja Menurut Para Ahli Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Karyawan akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, apabila ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai, sehat, aman dan nyaman. Ketidaksesuaian dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Teori lingkungan kerja menurut para ahli: 1 Menurut Alex S Nitisemito 2000:183 mendefinisikan lingkungan kerja adalah lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. 2 Menurut Sedarmayanti 2009:25 lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. 3 Menurut Oswald 2012 work environment can be described as an environment that attracts individuals into the health professions, encourages them to remain in the health 23 workforce and enables them to perform effectively. L ingkungan kerja dapat digambarkan sebagai sebuah lingkungan yang menarik individu ke dalam profesi kesehatan, mendorong mereka untuk tetap di kesehatan tenaga kerja dan memungkinkan mereka untuk bekerja efektif 4 Menurut Mardiana 2005:67 lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja sangat berpengaruh besar dalam pelaksanaan penyelesaian tugas. 5 Menurut Edy Sutrisno 2009:124 lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang terdapat di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah lingkungan dimana karyawan melakukan pekerjaan sehari-hari baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaannya.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Karyawan akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang maksimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila 24 karyawan dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja yang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efektif dan efisien. Menurut Sedarmayanti 2009:28 terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: 1 Penerangancahaya di tempat kerja 2 Temperatursuhu udara di tempat kerja 3 Kelembaban di tempat kerja 4 Sirkulasi udara di tempat kerja 5 Kebisingan di tempat kerja 6 Getaran mekanis di tempat kerja 7 Bau tidak sedap di tempat kerja 8 Tata warna di tempat kerja 9 Dekorasi di tempat kerja 10 Musik di tempat kerja 11 Keamanan di tempat kerja Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja menurut Sedarmayanti 2009:28 yaitu: 25 1 PeneranganCahaya di Tempat Kerja Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. 2 Temperatur di Tempat Kerja Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20 untuk kondisi panas dan 35 untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. 26 3 Kelembaban di Tempat Kerja Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya. 4 Sirkulasi Udara di Tempat Kerja Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan 27 yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. 5 Kebisingan di Tempat Kerja Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. 28 6 Getaran Mekanis di Tempat Kerja Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekuensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekuensi alam ini beresonansi dengan frekuensi dari getaran mekanis. 7 Bau-bauan di Tempat Kerja Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau- bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja. 8 Tata Warna di Tempat Kerja Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna 29 mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia 9 Dekorasi di Tempat Kerja Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. 10 Musik di Tempat Kerja Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja. 11 Keamanan di Tempat Kerja Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga 30 keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan SATPAM.

c. Dimensi Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti 2009:26, secara garis besar lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu: 1 Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Indikator lingkungan kerja fisik terdiri atas: a Peralatan kerja b Penerangan atau cahaya c Suhu udara d Keamanan kerja 2 Lingkungan Kerja Non Fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Indikator lingkungan kerja non fisik terdiri atas: a Hubungan dengan atasan b Hubungan dengan sesama rekan kerja 31

6. Stres Kerja a.

Teori Stres Kerja Menurut Para Ahli Menurut Sunyoto 2012 mengungkapkan stres kerja adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang berlebihan pada seseorang. Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Stress had defined stress as a situation which will force a person to deviate from normal functioning due to the change i.e. disrupt or enhance in hisher psychological andor physiological condition, such that the person is forced to deviate from normal functioning. Jadi telah ditetapkan stres sebagai suatu situasi yang akan memaksa seseorang untuk menyimpang dari fungsi normal karena perubahan yaitu mengganggu atau meningkatkan di kondisi psikologis dan atau fisiologis nya, sehingga orang tersebut dipaksa untuk menyimpang dari fungsi normal Qureshi, 2013. Stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, anxieti, kemurungan dan hilang daya Rivai dan Ella, 2010:108. Menurut Sondang P. Siagian 2011:300 stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran 32 dan kondisi fisik seseorang. Sedangkan menurut Mangkunegara 2011:157 stres kerja adalah perasaaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Menurut Robert dan Angelo 2014:289 secara formal stres dapat diartikan sebuah respon adaptif, yang dipengaruhi karakteristik individu danatau proses psikologi, yang merupakan akibat dari tindakan eksternal, situasi, atau kejadian yang membebankan tuntutan fisik dan psikologi pada diri seseorang. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan kondisi fisik dan psikis seseorang dimana orang tersebut dalam menghadapi beban tugas pekerjaan yang diberikan merasa dalam keadaan tertekan sehingga orang tersebut mudah emosi dan ini akan dapat berakibat pada hasil pekerjaan serta menimbulkan berbagai macam penyakit. Kondisi fisik yang terjadi ketika seseorang mengalami stres seperti sakit kepala, sakit perut, sakit karena stroke dan lain-lain, sedangkan kondisi psikis yang terjadi ketika mengalami stres seperti merasa cemas, was-was, sulit untuk berkonsentrasi, susah tidur dan lain sebagainya. Contoh ketika seseorang dihadapi dengan beban tugas pekerjaan yang banyak, seseorang akan mudah terserang sakit kepala karena memikirkan hal tersebut dan kurang istrahat, dengan begitu pikiran menjadi tidak tenang dan sulit untuk konsentrasi dalam bekerja. 33

b. Dimensi Stres Kerja

Menurut dalam Sunyoto 2012:217 berikut ini adalah dimensi stres: 1 Penyebab Fisik Penyebab fisik meliputi: a Kebisingan Kebisingan yang terus-menerus dapat menjadi sumber stres bagi banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa terlalu tegang juga menyebabkan hal yang sama. b Kelelahan Masa kelelahan juga dapat menyebabkan stres karena kemampuan kerja menurun. Kemampuan bekerja menurun menyebabkan prestasi menurun dan tanpa disadari menimbulkan stres. c Penggeseran kerja Mengubah pola kerja yang terus menerus dapat menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena seseorang karyawan telah terbiasa dengan pola kerja yang lama dan telah terbiasa dengan kebiasaan- kebiasaan lama. d Jetlag Jetlag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu sehingga mempengaruhi irama 34 tubuh seseorang. Untuk itu disarankan bagi mereka yang baru menempuh perjalanan jauh dimana terdapat perbedaan waktu, agar beristirahat minimal 24 jam sebelum melakukan seseuatu aktivitas. e Suhu dan kelembaban Bekerja dalam suhu yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi tingkat prestasi karyawan. 2 Beban Kerja Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja yang terlalu banyak dan sebagainya. 3 Sifat pekerjaan Sifat pekerjaan meliputi : a Situasi baru dan asing Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau organisasi, seseorang akan terasa sangat tertekan sehingga dapat menimbulkan stres. b Ancaman pribadi Suatu tingkat control pengawasan yang terlalu ketat dari atasan menyebabkan seseorang terasa terancam kebebasannya. 35 c Percepatan Stres dapat terjadi jika ketidakmampuan seseorang untuk memacu pekerjaan. d Ambiguitas Kurang kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan akan menimbulkan kebingungan dan keraguan bagi seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan. e Umpan balik Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat karyawan tidak puas karena mereka tidak pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu, standar kerja yang tidak jelas dapat dipergunakan untuk menekan karyawan. 4 Kebebasan Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan hal yang menyenangkan. Terdapat sebagaian karyawan justru dengan adanya kebebasan membuat mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam bertindak. Hal ini merupakan sumber stres bagi seseorang. 5 Kesulitan Kesulitan-kesulitan yang dialami di rumah, seperti ketidakcocokan suami istri. Masalah keuangan, perceraian dapat mempengaruhi prestasi seseorang. Hal-hal seperti ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang. 36

c. Dampak Stres Kerja

Menurut Anatan dan Elittan 2007:62 dalam Mariskha 2011 dampak dari stres kerja terbagi menjadi dua, yaitu: 1 Dampak negatif Dampak negatif ditinjau dari efek stres terhadap kesehatan yaitu menyebabkan gangguan baik mental kognitif dan perilaku maupun fisik yang menyerang stabilitas fungsi kerja organ tubuh. Selain itu stres memberikan dampak negatif pada karir karena bila stres berdampak pada penurunan dan stabilitas. 2 Dampak positif Dampak positif dari stres kerja adalah dapat memicu perkembangan karir karena stressor bisa digunakan sebagai motivator juga untuk memacu peningkatan kinerja karyawan.

d. Pendekatan dalam Mengelola Stres

Diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu Sunyoto, 2012:216: 1 Pendekatan individu Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif, yaitu pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka 37 seseorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan tugas yang tergesa-gesa. 2 Pendekatan organisasi Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan program kesejahteraan. Selain dapat dikelola melaui pendekatan, stres kerja juga dapat diukur. Menurut Rodwel, et al., 1998: 290 dalam Jerry Chandra 2012 pengukuran stres berikut: a Karyawan memiliki cukup waktu untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. b Karyawan merasa tertekan dengan pekerjaannya. c Banyak orang merasa kelelahan dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu yang sama. d Akhir-akhir ini karyawan merasa terus-menerus tertekan dalam bekerja. e Pekerjaan yang ada menuntut terlalu banyak dari karyawan. 38 f Pekerjaan karyawan terlalu banyak menimbulkan stres. g Beban pekerjaan karyawan sangat berlebih. 39

B. Penelitian Terdahulu