Penutupan jenis lamun Frekuensi jenis lamun

di Stasiun Utara dan Selatan cenderung lebih sedikit sehingga kerapatan jenis lamunnya lebuh tinggi. Selain ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, kerapatan jenis lamun per satuan luas juga dipengaruhi oleh jenisnya Kiswara 1997. Hal ini disebabkan adanya perbedaan bentuk morfologi dan ukuran daun lamun tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, Thalassia hemprichii memiliki daun pita berukuran sedang memiliki kerapatan tertinggi di setiap stasiun pengamatan 20- 73 ind m 2 . Hal ini juga didukung dengan karakteristik lamun tersebut yang mampu hidup di berbagai macam tipe substrat dan umumnya dominan di substrat yang berdasar pasir ataupun puing karang mati Kiswara 1992.

4.3.2. Penutupan jenis lamun

Penutupan lamun menggambarkan seberapa luas vegetasi lamun menutupi dasar perairan dan umumnya dinyatakan dalam persen. Nilai penutupan tidak hanya bergantung pada kerapatan jenis lamun, namun dipengaruhi juga oleh morfologi jenis lamun tersebut. Nilai penutupan lamun dari tiap stasiun pengamatan di Pulau Pramuka dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase penutupan jenis lamun No. Jenis Lamun Penutupan Jenis x Utara Timur Selatan Barat 1 Cymodocea rotundata 3,75 30,04 1,63 8,86 2 Enhalus acoroides 10,15 20,34 7,62 3 Halodule uninervis 6,62 0,38 1,75 4 Halophila ovalis 0,19 0,05 5 Thalassia hemprichii 23,12 12,29 37,31 1,95 18,66 6 Syringodium isoetifolium 2,65 17,01 4,92 TOTAL 46,29 32,63 67,92 20,59 41,86 Penutupan lamun tertinggi terdapat di Stasiun Selatan, sedangkan terkecil ada di Timur. Secara umum, Thalassia hemprichii memiliki penutupan yang tinggi karena merupakan jenis yang umum ditemui dan tersebar luas di seluruh perairan Indonesia, termasuk di Pulau Pramuka serta kemampuan tumbuhnya di berbagai macam tipe substrat seperti pasir berlumpur, pasir berukuran sedang dan kasar, hingga pecahan karang mati Takadengan dan Azkab 2010. Lamun Halophila ovalis memiliki penutupan terendah 0,19 dan nilai kerapatannya juga sangat kecil 1 indm 2 karena memiliki morfologi daun yang jauh lebih kecil panjang 5,6-21,0 mm; daun 4,1-10,1 mm bila dibandingkan dengan Thalassia hemprichii panjang 36-250 mm; lebar 1,7- 17mm Kiswara 1992. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun 2004, berdasarkan persentase penutupannya, kondisi lamun di perairan Pulau Pramuka termasuk dalam kriteria kurang baik 41,86. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan lingkungan yang tinggi akibat aktivitas manusia di lingkungan tersebut. Pencemaran limbah rumah tangga, kegiatan wisata yang kurang ramah lingkungan, dan penangkapan ikan menggunakan racun serta bom sempat menjadi hal yang kerap terjadi di Pulau Pramuka Rachman 2007.

4.3.3. Frekuensi jenis lamun

Frekuensi jenis lamun menggambarkan peluang ditemukannya suatu jenis lamun tertentu dalam petak contoh yang diamati. Hasil pengamatan frekuensi jenis lamun di setiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Frekuensi jenis lamun No. Jenis Lamun Frekuensi Jenis indm 2 Utara Timur Selatan Barat 1 Cymodocea rotundata 0,50 1,00 0,17 2 Enhalus acoroides 0,50 0,67 3 Halodule uninervis 0,67 0,17 4 Halophila ovalis 0,17 5 Thalassia hemprichii 1,00 0,50 1,00 0,50 6 Syringodium isoetifolium 0,33 0,67 Frekuensi kehadiran jenis tertinggi di Stasiun Utara dimiliki oleh Thalassia hemprichii dengan nilai 1 indm 2 , sedangkan terendah dimiliki oleh Syringodium isoetifolium dengan nilai 0,33 indm 2 . Frekuensi jenis tertinggi di Timur dimiliki oleh Enhalus acoroides dengan nilai 0,67 indm 2 , sedangkan terendah dimiliki oleh Thalassia hemprichii dengan nilai 0,50 indm 2 . Stasiun Selatan, frekuensi jenis tertinggi dimiliki oleh Thalassia hemprichii dengan nilai 1 indm 2 , sedangkan terendah dimiliki oleh Halodule uninervis dan Halophila ovalis dengan nilai yang sama, yaitu 0,17 indm 2 . Sementara itu, di Stasiun Barat, frekuensi jenis tertinggi dimiliki oleh Syringodium isoetifolium dengan nilai 0,67 indm 2 , sedangkan terendah dimiliki oleh Cymodocea rotundata dengan nilai 0,17 indm 2 . Secara keseluruhan, Thalassia hemprichii merupakan jenis yang memiliki frekuensi kehadiran relatif tinggi di setiap stasiun pengamatan. Ini berarti bahwa jenis tersebut sering ditemukan dalam setiap unit pengamatan. Sebaliknya, frekuensi kehadiran terendah dimiliki oleh Halodule uninervis dan Halophila ovalis 0,17-0,67, yang berarti jenis ini jarang ditemukan dalam setiap unit pengamatan. 4.4. Struktur Komunitas Ikan 4.4.1. Komposisi jenis ikan