BAB II KEWENANGAN PENGANGKATAN
CALON PEGAWAI NEGERI DI DAERAH
A. Kewenangan Pengangkatan Pegawai Negeri di Daerah
Negara sesungguhnya merupakan suatu wahana bagi bersatunya sekelompok orang yang merasa senasib, terikat oleh lokasi tanah air, dan punya
tujuan-tujuan sama, maka tahap selanjutnya adalah memahami pola perilaku aparat-aparat negara itu dalam menerjemahkan kepentingan-kepentingan rakyat.
1
Deskripsi huku m administrasi oleh J. H. A. Logemann ialah hukum administrasi meliputi peraturan-peraturan khusus, yang disamping hukum perdata
positif yang berlaku umum, mengatur cara-cara organisasi negara ikut serta dalam lalu lintas masyarakat de bijzondere regels, die naast het voor alien geldende
burgerlijk recht, beheersen de wijze, waarop de staatsorganisatie aan het maatsghappelijk verkeer deelneemt.
Adapun yang menjadi tugas Hukum Administrasi Negara itu bukan turut serta di bidang sosial penyelenggaraan ataupun lapangan kemasyarakatan saja,
tetapi membawa orang kedalam lapangan administrasi negara, dan dalam lapangan administrasi ini, orang berusaha merealisasi keputusan-keputusan yang
telah diambil mengenai jurusan perkembangan penghidupan negara itu.
2
1
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, PT. Raja Grapindo Persada, 2001,
Jakarta, hal. 105.
2
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, 2001, Yogyakarta, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan usaha itu, administrasi negara seiring diberi keleluasaan yang agak besar di dalam menjalankan kebijaksanaan pemerintah.
Peran Ilmu Hukum Administrasi Negara adalah mempelajari tentang sifat- sifat peraturan hukum dan bentuk-bentuk hukum yang membuat sertanya
pemerintah dalam pergaulan sosial dan ekonomi, juga dipelajari asas-asas hukum yang membimbing partisipasi pemerintah tersebut hingga dalam lapangan
administarsi negara, ilmu hukum dapat berkembang dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada.
Hukum Administrasi Negara sebagai kaedah-kaedah yang membentuk hubungan daripada wewenang administrasi, apabila terjadi penyimpangan dan
tidak sesuai dengan kaedah-kaedah tersebut akan diberi sanksi oleh pemerintah dan aparaturnya.
Sedangkan menurut E. Utrech Hukum Administrasi Negara adalah menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para
pejabat-pejabat administrasi Negara melakukan tugas-tugas khusus.
3
Hukum Administrasi Negara melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah dalam fungsi administrasi yang ditugaskan kepada badan-badan
Pengadilan dan Legislatif, secara mendalam lagi E. Utrecht mengemukakan melalui penetapan fungsi Hukum Administrasi Negara sebagai berikut : ”Kaedah-
kaedah yang membimbing turut sertanya pemerintahan dalam pergaulan sosial dan ekonomi yaitu kaedah-kaedah yang oleh pemerintah sendiri diberi sanksi
3
E.Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Universitas Padjadjaran,
1960, Bandung, hal. 9
Universitas Sumatera Utara
dalam pelanggaran kaedah-kaedah hokum tersebut mengatur hubungan antara alat-alat pemerintahan dengan individu dan masyarakat”.
4
1. Efektivitas, artinya kegiatan yang harus mengenai sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan dan direncanakan. Untuk mempelancar penyelenggaraan dari pada yang dikehendaki dan
yang menjadi keputusan rnaka harus dipenuhi syarat-syarat penunaian tugas oleh administrasi negara adalah :
2. Legitimasi, artinya kegiatan Administrasi Negara jangan sampai menimbulkan
heboh oleh karena tidak dapat diterima oleh masyarakat setempat atau lingkungan yang bersangkutan.
3. Yuridiritas, adalah syarat yang menyatakan bahwa perbuatan para pejabat
Administrasi Negara tidak boleh melawan atau melanggar hukum dalam arti luas.
4. Legalitas, adalah merupakan syarat yang menyatakan bahwa tidak satu
perbuatan atau keputusan Administrasi Negara yang boleh dilakukan tanpa dasar atau pangkat suatu ketentuan Undang-undang dalam arti luas, bila
sesuatu dijalankan dengan dalih keadaan darurat, maka kedaruratan tersebut wajib terbukti.
5. Moralitas, adalah syarat yang paling penting diperhatikan oleh masyarakat,
moral dan etik kedinasan wajib dijunjung tinggi, perbuatan tidak senonoh, sikap kasar, kata-kata yang tidak pantas dan sebagainya wajib dihindarkan.
4
Ibid, hal. 10-30
Universitas Sumatera Utara
6. Effesiensi: wajib dikejar seoptimal mungkin, kehematan biaya produktifitas
wajib diusahakan setingginya. 7.
Teknologi yang setinggi-tingginya wajib dipakai untuk mengembangkan atau mempertahankan mutu prestasi yang sebaik-baiknya.
Dari uraian tersebut diatas bahwa aparatur sebagai pelaksana tugas-tugas umum pemerintahan harus bersih dan berwibawa terutama dalam pengangkatan
dan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil untuk mengisi formasi yang ada akibat diberhentikannya Pegawai Negeri Sipil.
Untuk mengisi formasi tersebut didalam Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil menyatakan beberapa
syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah : a.
warga Negara Indonesia ; b.
berusia serendah-rendahnya 18 delapan belas tahun dan setinggi- tingginya 35 tiga puluh lima tahun ;
c. tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan ;
d. tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta ;
e. tidak berkedudukan sebagai calon Pegawai Negeri;
f. mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang
diperlukan; g.
berkelakuan baik ; h.
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau Negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah ;
i. syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.
Kewenangan mengangkat dan memberhentikan Pegawai Negeri, semula diatur dengan Undang-undang. Undang-undang yang dimaksud adalah Undang-
undang Darurat Nomor 25 dan Nomor 34 Tahun 1950 RIS, yang dengan
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 di tetapkan menjadi Undang-undang, yang kemudian di ubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1961.
Berdasar ketentuan peralihan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, ketentuan yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 21 Tahun 1952 beserta perubahan dan peraturan pelaksananya, tetap berlaku selama belum dicabut atau diatur lain, berdasar peraturan perundangan
yang berlaku. Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, ”Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian adalah sebagian dari usaha pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Pada
prinsipnya, pembinaan pegawai negeri sipil secara menyeluruh berada di tangan Presiden yang untuk memperlancar pelaksanaannya, Presiden dapat
mendelegasikan wewenang dimaksud kepada Menteri atau pejabat lain” Pasal 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999. Pendelegasian wewenang Presiden kepada Menteri atau pejabat lain, diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 juga menetapkan wewenang
Presiden dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian. Pegawai Negeri Sipil Pusat dalam dan dari jabatan struktural eselon I, jabatan fungsional jenjang
utama atau jabatan lain dan kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
Pusat dilingkungannya dalam dari jabatan struktural eselon II ke bawah atau
Universitas Sumatera Utara
jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu, serta memberikan pendelegasian sebagian wewenang atau memberikan kuasa kepada pejabat lain
lingkungnya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah atau
jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.
5
Pengangkatan jabatan struktural Eselon I pada instansi pusat ditetapkan oleh Presiden atas usul Pimpinan Instansi setelah mendapat pertimbangan tertulis
dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara dan jabatan struktural Eselon II kebawah pada instansi pusat ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi setekah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Jabatan struktural
Eselon I ke bawah di Propinsi dan jabatan struktural Eselon II ke bawah di Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 ini juga mengatur
tentang wewenang Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi atau KabupatenKota dalam menetapkan pangkat dan pendelegasian wewenang. Hal
terdapat dalam Pasal 7 ayat 1 dan ayat 2. Ayat 1 menyatakan : ”Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi atau Kabupaten Kota
menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah
dilingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang lb sampai dengan Pembina Utama golongan ruang IVe, termasuk kenaikan
pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian”. Ayat 2 menyatakan : ”Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat I dapat
mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya untuk menetapkan kenaikan pangkat menjadi
Juru Muda Tingkat I golongan ruang Ib sampai dengan Penata Tingkat I golongan ruang IIId”.
5
Pasal 9 dan Pasal 10 ayat 1 jo. ayat 2 Peraturan Penerintah Nomor 96 Tahun 2000
Tentang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
Universitas Sumatera Utara
KabupatenKota ditetapkan sesuai dengan kertentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Untuk dapat dicapai keseragaman dan tertib pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 telah ditetapkan Surat Edaran, Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Nomor 12 SE 1975 tanggal 14 Oktober 1975. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 yang tetap menjadi
wewenang Presiden adalah : a.
Penetapan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil baru atau pengangkatan kembali dan pemberhentian pegawai negeri sipil yang berpangkat Pembina
Tingkat I golongan ruang IV b ke atas ; b.
Penetapan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil dalam dan dari jabatan-jabatan jaksa agung, sekretaris
jenderal, direktur kenderal, inspektur jenderal, kepala badan, pimpinan lembaga
pemerintah non
departemen, pimpinan
Kesekretariatan Lembaga TertinggiTinggi Negara, Rektor Universitas Institusi
Perguruan Tinggi Negeri dan Jabatan-jabatan lain yang sederajat dengan itu atau jabatan-jabatan yang wewenang pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentiannya berada di tangan Presiden;
c. Penetapan pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud
huruf b; d.
Penetapan pengangkatan tenaga ahli langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil tanpa melalui pengangkatan sebagai calon Pegawai Negeri Sipil
untuk menduduki suatu jabatan Negeri;
Wewenang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil kecuali yang telah disebutkan diatas, oleh Presiden didelegasikan
kepada pejabat lain. Atas delegasi wewenang dari Presiden maka yang menjadi wewenang :
1. Menteri yang memimpin departemen dan Menteri sekretaris Negara ;
2. Jaksa Agung ;
3. Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi Tinggi Negara ;
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan lembaga Tinggi Negara, kecuali Lembaga Kepresidenan adalah :
a. Dewan Perwakilan Rakyat;
b. Dewan Pertimbangan Agung ;
c. Badan Pemeriksa Keuangan ;
d. Mahkamag Agung ;
4. Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen ;
Yang dimaksud dengan Lembaga Pemerintah Non Departemen adalah : a.
Lembaga Sandi Negara ; b.
badan Administrasi Kepegawaian Negara ; c.
Lembaga Administrasi Negara ; d.
Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia ; e.
Dewan Telekomunikasi Republik Indonesia ; f.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia ; g.
Badan Koordinasi Intelijen Negara ; h.
Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia ; i.
badan Tenaga Atom Nasional; j.
Biro Pusat Statistik ; k.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; l.
Arsip Nasional; m.
Badan Koordinasi Survey dan Pemetan Nasional; n.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional;
Universitas Sumatera Utara
5. Pejabat Lain Yang Ditunjuk Presiden
Masing-masing untuk para Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan instansi yang dipimpinnya adalah :
a. Penetapan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil yang baru, atau
pengangkatan kembali, kenaikan pangkat dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina golongan Ruang IV a ke
bawah ; b.
Penetapan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil dalam dan dari jabatan-jabatan jaksa agung, sekretaris
jenderal, direktur jenderal, inspektur jenderal, kepala badan, pimpinan lembaga pemerintah non departemen, pimpinan Kesekretariatan
Lembaga TertinggiTinggi Negara, Rektor UniversitasInstitusi Perguruan Tinggi Negeri dan Jabatan-jabatan lain yang sederajat
dengan itu ; c.
Pemberhentian-pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud huruf b ;
Mengenai pemberhentian kiranya perlu dicatat, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1975 ditetapkan bahwa Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen dan Pimpinan Keskretariatan Lembaga Tertinggi Tinggi Negara serta pejabat lain yang setingkat dengan itu yang ditentukan
kemudian oleh Presiden hanya berwenang menetapkan pemberhentian dengan hormat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Instansinya yang berpangkat Pembina
golongan ruang IVa ke bawah, sedang pemberhentian tidak dengan hormat
Universitas Sumatera Utara
pegawai yang dimaksud menjadi wewenang MenteriSekretaris Negara. Apabila dalam suatu Lembaga terdapat Pegawai Negeri Sipil yang akan diberhentikan
karena melakukan tindak pidana atau kejahatan lain, maka Pimpinan Lembaga mengusulkannya kepada Menteri Sekretaris Negara, disertai bukti-bukti dan alas
an-alasan yang lengkap. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 bahwa
Presiden menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IVc, Pembina Utama Madya golongan
ruang IVd dan Pembina utama golongan ruang IVe. Pemberhentian yang dimaksud dalam peraturan ini adalah pemberhentian dengan hormat atau tidak
dengan hormat, antara lain karena : a.
atas permintaan sendiri; b.
meninggal dunia; c.
hukuman disiplin; d.
perampingan organisasi pemerintah; e.
menjadi anggota partai politik; f.
dipidana penjara; g.
dinyatakan hilang; h.
keuzuran jasmani; j.
mencapai batas usia pensiun. Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat yang tidak memenuhi
syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dilingkungannya dan pemberhentian Pegawai Negeri Pusat yang berpangkat Pembina Tingkat I
Universitas Sumatera Utara
golongan ruang IVb ke bawah dilingkungannya ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat. Pemberhentian Galon Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi
atau kabupatenkota merupakan kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi atau kabupatenkota.
B. Klasifikasi Pegawai Negeri