BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit diare atau sering disebut dengan gastroenteritis merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan
Puskesmas atau Balai pengobatan, diare termasuk kelompok tiga dari penyebab utamanya. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara
1000 penduduk setiap tahunnya Suraatmaja, 2007. Resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang
akan kehilangan lima liter air setiap hari beserta elektrolit utama, yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya Wijoyo, 2013. Rehidrasi oral adalah terapi
utama untuk penderita diare akut Sisson, 2014. Oralit, zinc, danmakanan rendah seratadalahperawatan yang direkomendasikanuntukmasyarakatdiare akutdi
kalangananak-anakApplegateet al, 2013. Diare dapat berhubungan dengan keadaan lingkungan, perilaku, dan makanan Muhziadi, 2012. Keadaan
lingkungan merupakan penyebab utama adanya panyakit diare, seperti kurangnya kebersihan pada air minum, pembuangan kotoran yang tidak benar, keadaan
rumah yang kurang sehat, usaha higenis dan sanitasi belum menyeluruh, banyaknya faktor penyakit, pembuangan limbah kurang baik Suharyono, 2008.
Bukan cuma keadaan lingkungan saja, masih terdapat penyebab yang lain seperti keadaan sosial ekonomi dari keluarga tersebut juga mempengaruhi timbulnya
penyakit diare karena kondisi rumah yang tidak sehat serta pendidikan yang rendah Suharyono, 2008. Selain kondisi lingkungan dan faktor sosial ekonomi,
keamanan pangan merupakan penyebab diare yang perlu diperhatikan juga karena dapat menjadi ancaman bagi kesehatan anak-anak. Pendidikan keamanan
makanan merupakan syarat utama untuk pengendalian dan pencegahan diare Sheth Dwivedi, 2006.
Pemberian informasi dimaksud untuk memperbanyak pengetahuan terhadap penyakit diare agar ibu-ibu dapat lebih bijaksana dalam pengambilan
keputusan dalam penanganan penyakit diare dan dapat melakukan pencegahan 1
terhadap penyakit diare. Pemberian informasi tentang jenis diare, gejala diare, penyebab diare, pencegahan diare, dan penanganan diare. Pada pemberian
informasi ini menggunakan dua metode yaitu metode ceramah dan leaflet. Ceramah adalah penyampaian informasi secara langsung kepada penerima
informasi. Metode ini biasa digunakan untuk pemberian informasi karena murah, mudah untuk dilakukan, dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat
memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan,tapi kekurangan metode ceramah adalah hal yang dikuasai penerima materi tergantung dari hal yang
dikuasai pemberi materi, kemampuan setiap orang berbeda dalam menerima materi, metode ceramah dapat membosankan bagi penerima materi, dan sulit
mengetahui pemahaman penerima materiSanjaya, 2010. Pemberian informasi yang kedua menggunakanleaflet yang
merupakanmedia informasi pada selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar Suiraoka Suppariasa, 2012. Keuntungan
menggunakan leaflet adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak mahal, tidak diperlukan listrik, dapat dibawa kemana-mana, mempermudah
pemahaman, dan meningkatkan keinginan belajar, sedangkan kekurangannya tidak dapat menstimulir efek suara, efek gerak dan mudah terlipat Suiraoka
Suppariasa, 2012. Dengan pemberian informasi secara ceramah dan leaflet maka dapat diketahui keefektifan dua metode tersebut. Metode ceramah lebih efektif
meningkatkan pengetahuan karena dapat menggunakan seluruh indera dapat menerima langsung informasi yang diberikan secara langsung Sumarah,
2009.Pada pemberian informasi penanganan penyakit diare menggunakan metode ceramah dan leaflet kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang karena untuk
mengetahui kedua metode tersebut efektif atau tidak untuk peningkatan pengetahuan setelah pemberian informasi.
Pemberian informasi ditunjukkan kepada ibu-ibu bertujuan agar terjadi penurunan angka kejadian diare dan penanganan pada penderita diare dengan
cepat karena menurut Malikhah 2012 bahwa sikap ibu dalam penanganan penyakit diare merupakan satu kesatuan untuk menurunkan angka kejadian
penyakit diare, jika penderita diare dapat teratasi dengan cepat, maka angka
kesakitan atau kematian dapat berkurang. Pemberian informasi dilaksanakan di Kabupaten Rembang karena jumlah penderita diare pada tahun 2012sebesar 7960
jiwa, tetapi pada tahun 2013 penderita diare mengalami peningkatan yaitu sebesar 8330 jiwa Dinkes, 2013. Berdasarkan data Dinkes 2013 angka kejadian diare
di Kabupaten Rembang masih cukup tinggi dan perlu penanganan untuk memperkecil jumlah penderita diare. Tingginya angka diare yang terjadi di
Rembang karena terdapat permasalahan dalam pengelolaan limbah cair domestik Dinkes, 2011. Permasalahan ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat
untuk memiliki jamban pribadi, banyaknya masyarakat yang masih membuang limbah cair domestik di sungai, dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air
limbah masih rendah Dinkes, 2011. Masyarakat memerlukan pemberian informasi kesehatan untuk menjaga lingkungan agar dapat menurunkan kejadian
diare di Kabupaten Rembang.
B. Rumusan Masalah