commit to user
kehidupan masyarakat, dan sastra merupakan potret pengalaman pola pikir pengarang dalam interaksinya dengan lingkungan masyarakatnya.
Masalah yang ada dalam masyarakat dan diangkat oleh pengarang dalam Cerbung SKKW ini adalah berhubungan dengan kejahatan atau kriminalitas,
karena Kejahatan atau kriminalitas merupakan produk sosial dalam masyarakat yang lahir dari dalam kandungan masyarakat. Kejahatan atau kriminalitas di
dalam masyarakat banyak sekali macamnya, dapat berupa pembunuhan, narkoba, penyuapan, perampokan, pemerkosaan dan lain-lain. Kejahatan atau kriminalitas
yang terdapat di dalam Cerbung SKKW ini adalah tindak pembunuhan dengan dua motif yang berbeda dan kasus penyuapan.
1. Bentuk Kriminalitas dalam Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi.
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat aturan-aturan yang mengelilingi kehidupan manusia, baik secara lisan maupun tulisan. Aturan tersebut dibuat
untuk membedakan antara sesuatu yang seharusnya dilakukan dan sesuatu yang dilarang serta membedakan antara hak dan kewajiban sehingga dalam
bermasyarakat kadang terdapat perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan
atau perilaku yang melanggar norma-norma yang ada. Penyimpangan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan yang kadang meresahkan
masyarakat yang disebut dengan kriminalitas atau kejahatan. Kejahatan atau
commit to user
kriminalitas terdapat bermacam-macam jenisnya, dapat berupa pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, peyuapan, perampokan, dan sebagainya.
Kejahatan merupakan tindak kriminal karena menunjukkan suatu perbuatan atau tingkah laku jahat dan dapat merugikan orang lain serta mersahkan
masyarakat. Tindak kriminalitas dapat dilakukan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun baik disengaja maupun tidak disengaja. Tindakan kejahatan merupakan
suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, serta tidak dapat dibiarkan karena dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat dan akan
mengganggu ketentraman serta kenyamanan dalam masyarakat. Tindakan kejahatan juga menyebabkan kerugian materi bahkan juga kehilangan nyawa.
Tindakan kriminalitas sudah pasti melanggar aturan atau norma yang berlaku, dan untuk mengetahui bentuk kriminalitas kita bisa mengacu kepada hukum yang
berlaku yaitu KUHP. Kedudukan KUHP dalam penelitian ini hanya untuk mendukung dan memperjelas bentuk kriminalitas.
Pengertian kriminalitas dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu Kriminalitas ditinjau dari aspek yuridis ialah jika seseorang melanggar peraturan
atau undang-undang pidana dan ia dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Dalam hal ini, jika seseorang belum dijatuhi hukuman, berarti
orang tersebut belum dianggap sebagai penjahat atau terlibat dalam kejahatan. Kriminalitas juga dapat ditinjau dari aspek sosial ialah jika seseorang mengalami
kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat sehingga
perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
commit to user
Dari uraian di atas khususnya mengenai kejahatan ditinjau dari aspek sosial maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa tindak kejahatan pada dasarnya
dapat dilakukan secara sadar, yaitu dengan dipikirkan, direncanakan serta diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar. Bertolak dari asumsi itu,
kejahatan juga dapat dilakukan secara tidak sadar sama sekali karena melakukan kejahatan secara terpaksa untuk mempertahankan hidupnya maka terpaksa harus
melawan dan membalas menyerang sehingga terjadi pembunuhan. Pada pengertian lain definisi kejahatan juga dapat ditinjau dari aspek
yuridis dan sosiologis yaitu secara yuridis kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan imoral, merugikan masyarakat
asosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Di dalam perumusan pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP jelas tercantum
kejahatan adalah segala bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP. Sedangkan secara sosiologis
kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar
asusila dan menyerang keselamatan warga masyarakat baik yang telah tercantum dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam undang-undang
pidana. Ditinjau secara sosiologis maka yang mendapat perhatian pertama kali
adalah kualitas kejahatan apakah ia dilakukan dengan sengaja atau tidak, dan sejauh mana akibat buruk yang mengganggu ketertiban serta keamanan
masyarakat. Sebenarnya dalam kejahatan ada dua unsur yang menentukan kualitas
commit to user
kejahatan yaitu unsur kesadaran dan unsur ketidaksadaran di dalam diri pelakunnya.
Kejahatan dapat dilakukan dengan niat dan dapat juga dilakukan dengan tanpa niat. Kejahatan yang dilakukan dengan niat artinya perbuatan itu
dilaksanakan betul-betul dengan sengaja dan secara sadar. Pelaku benar-benar mengetahui akibat dari perbuatannya itu bahwa merugikan masyarakat.
Kesengajaan ini merupakan niat yang kemudian mengarah pada tujuan kejahatan dan dengan mudah menimbulkan organisasi kejahatan didalam masyarakat.
Kejahatan yang dilakukan dengan tanpa niat artinya pelaku tidak mengetahui dengan pasti perbuatannya itu melanggar hukum serta tidak tahu akibat yang
ditimbulkan dari perbuatannya itu. Dalam Cerbung SKKW tindak kriminalitas dalam hal ini pembunuhan,
tidak semua dilakukan dengan sadar atau niat dari pelakunya namun juga ada yang dilakukan tanpa sadar. Ketidaksadaran pelaku itu dikarenakan pengaruh
kekuatan gaib yaitu arwah jahat yang merasuk ke dalam dirinya. Sehingga ia melakukan kejahatan pembunuhan di luar kontrol dan kesadaran dari dirinya.
Kejahatan dengan pembunuhan dilakukan Salindri kepada Wasi Rengga dan Witono Paing. Kejadian tersebut diawali karena perasaan benci dari dalam
hati Salindri kepada keduanya sehingga menggerakkan dorongan arwah jahat yang memang menitis pada dirinya itu untuk membawa orang yang dibenci
Salindri kepada kematian dengan dibunuh sangat mengenaskan. Ciri-ciri mayat keduanya yaitu Wasi Rengga dan Witono Paing sama, kedua mayat sama-sama
commit to user
ditemukan dengan mata melotot, mulut menganga, pada bagian leher banyak cakaran dan hampir putus serta bersimbahan darah. Dari kesamaan ciri pada
mayat tersebut sehingga polisi mengambil kesimpulan bahwa Witono Paing dan Wasi Rengga dibunuh oleh oleh pelaku yang sama. Korban dibunuh dengan
sangat kejam tetapi modusnya tidak jelas, sehingga itu menjadi tugas yang sangat berat bagi polisi untuk melacak si pembunuh.
Pembunuhan yang terjadi kepada Wasi Rengga diawali ketika mereka terlibat dalam perdebatan yang hebat. Wasi Rengga mengusulkan kepada ayahnya
yaitu Pak Wicitrasoma untuk menjual usaha batik tulis miliknya sekaligus dengan rumah dan pekarangannya. Wasi Rengga putus asa dan patah semangat merasa
bahwa batik tulis sudah tidak dapat diharapkan lagi hasil dan keuntungannya. Batik tulis sudah tersaingi oleh batik printing. Perhatikan kutipan berikut:
”Salindri lagi padudon rame karo kangmase, Wasi Rengga. Underane perkara, Wasi ndeseg Bapake supaya ngedol usaha batike sak omah lan
pekarangane pisan jalaran rinasa wis ora kena dijagakake asile. Ngopeni
bathik, apa maneh tulis, sakiki rekasa. Kalah karo printing,” ucape Wasi”. PS, No.34, Hal.20
Terjemahan: ”Salindri sedang bertengkar hebat dengan kakaknya, Wasi Rengga.
Permasalahannya, Wasi mendesak ayahnya supaya menjual usaha batiknya beserta rumah dan pekarangannya sekalian karena merasa sudah tidak dapat
diharapkan lagi. ”Memelihara batik, apa lagi tulis, sekarang susah. Kalah dengan printing.” kata Wasi”.
Dari usul Wasi tersebut, Bu Wicitrasoma tidak setuju karena usaha batik tersebut merupakan warisan leluhur dari almarhum nenek mereka. Seharusnya
commit to user
dilestarikan dan tidak dijual. Salindri juga menjelaskan bahwa mereka sama sekali belum berpengalaman dalam usaha hotel, losmen ataupun restoran. Hingga pada
puncak kemarahannya mata Salindri seperti bercahaya dan berkata menyuruh Wasi supaya mati sendiri tidak membawa orang lain bersamanya. Perkataan
Salindri tersebut seakan-akan penuh keseriusan dan penuh makna. Dapat dilihat dari kutipan berikut ini:
”Yen arep mati, ya matiya dhewe. Aja ngatutake daging waras ”. ... teleng mripate anake wadon kuwi mencorong najan mung sagebyaran”. PS. No.34,
Hal.42 Terjemahan:
”Kalau mau mati, ya mati saja sendiri. Jangan membawa orang sehat”. ... bagian mata anak perempuan itu melotot seperti bercahaya walau hanya
sebentar”.
Dari kejadian itu paginya Wasi Rengga ditemukan mati dengan sangat mengenaskan di dalam kamarya yang masih terkunci. Dadanya banyak bekas
cakaran, mata melotot, darah sampai menembus dari kasur ke lantai. Kematian Witono Paing juga sama halnya dengan apa yang dialami Wasi
Rengga, yang disebabkan perasaan benci dari dalam hati Salindri kepada Witono Paing. Peristiwa diawali karena kedatangan Witono Paing ke Kampung Sogan
dengan membeli usaha batik kecil-kecilan milik warga dan mengembangkannya menjadi usaha baru yaitu batik dari daerah asalnya Pekalongan. Usaha batik
tersebut dikerjakan dengan mesin printing. Dengan modal yang besar, usahanya
commit to user
maju pesat sehingga Salindri merasa tersaingi. Dari kebencian itu pada suatu malam ketika Salindri tertidur di sofa, kekuatan gaib datang merasuk ke diri
Salindri hingga ia berubah menjadi sesosok makhluk jadi-jadian yang akan membunuh Witono Paing. Perhatikan kutipan berikut:
Kutipan: ”Haiya, kowe siapa...?” celatune Witono groyok meh ora keprungu. Sajak
ora nglegewa ananing bebaya, bojone isih turu kepati ing sandinge kaya kena gendham. Olehe ngorok malah saya banter.
... Hak.. hak.. hak..,
kowe ora perlu ngerti sapa aku”. Kanthi ati ditatag-
tatagke Witono nekad takon ” Teka dha di sini alep ngapa?”
Cangkeme mrenges, ucape ”arep njabut nyawamu” ”haiya salah owe apa?”
”Hemmm Wie Pauw Ing, tekamu mrene mung gawe rugine wong Sogan”. Witono ngrerepih njaluk urip nanging tanpa guna. Esuke kelako
n geger.” Terjemahan:
”Haiya, kamu siapa...?” kata Witono lirih sampai tidak terdengar. Seperti tidak sadar ada bahaya, istrinya tertidur di dekatnya seperti orang terkena
gendham. Dengkurannya semakin keras.
... ”Hak.. hak.. hak, kamu tidak perlu tahu siapa aku”.
Dengan memberanikan diri Witono nekat bertanya, ”kesini mau apa?” Mulutnya senyum, katanya ”mau mencabut nyawa mu”.
”Haiya, salah aku apa?” ”Hemmmmm Wie Pauw Ing, kedatanganmu kemari membuat rugi orang
Sogan”.
commit to user
Witono Paing memohon meminta ingin hidup. Tetapi tidak ada gunanya”.
Keesokan harinya, saat mendengar kematian Witono paing tersebut justru Salindri merasa Senang. Ia memang mengharapkan kematian Witono Paing
karena dirinya merasa dirugikan dan usahanya tersaingi semenjak Witono datang dengan usaha batik printingya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
”Salindri mlengos ndelikake esem. Aneh, kok ora melu duhkita, nanging malah rasa seneng sing mrenthul ing atine. Batine surak. Babahe Wit pencen
pantes modhar awit wis gawe pi tuna kumawani nyaingi batikke”. PS, No.35,
Hal.44 Terjemahan:
”Salindri memalingkan muka menyembunyikan senyum. Aneh, kok tidak ikut sedih, tetapi justru rasa senang yang timbul di hatinya. Hatinya senang. Babah
Wit memang pantas mati karena sudah membuah rugi dan berani menyaingi batiknya”.
Dari hasil rontokan rambut yang ditemukan pada korban, menunjukkan bahwa itu adalah rambut Salindri. Polisipun melakukan penyelidikan tentang diri
Salindri tetapi tanpa sepengetahuannya. AKP Jimat Subarkah memerintahkan bawahannya untuk terus mencari tahu siapa Salindri sebenarnya, sehingga ia bisa
membunuh dengan kejam dan tanpa meninggalkan jejak sama sekali Pembunuhan yang dilakukan Salindri kepada dua korbannya merupakan
kasus di luar kewajaran dan sulit diterima oleh akal atau logika. Ia membunuh
commit to user
tetapi tidak sadar jika telah membunuh karena memang ia melakukan pembunuhan diluar kesadaran dan kontrol dirinya jadi seperti ada orang lain yang
mengendalikan dirinya. Pada dasarnya pelaku tidak dapat disalahkan karena memang kurang ada bukti. Alasan lain karena ia hanyalah merupakan media yang
sudah terpilih untuk kekuatan jahat melakukan ambisinya. Pelaku juga membunuh diluar kontrol diri dan kesadaran karena memang ada kekuatan lain yang
menguasai dirinya. Dalam cerbung, kasus pembunuhan seperti ini ditangani oleh polisi dan untuk mengimbangi ditampilkan polisi yang memang berbudaya Jawa
serta masih percaya akan hal-hal yang berbau mistik. Kasus pembunuhan tersebut ditangani oleh polisi dan dipandang sebagai tindakan kriminalitas karena memang
terjadi pembunuhan atau telah mengambil nyawa seseorang secara paksa. Kasus yang diluar kewajaran ini harus diungkap sehingga tidak jatuh
korban-korban berikutnya, begitu juga yang ditampilkan dalam cerbung. pengarang menyajikan kasus pembunuhan itu dapat dituntaskan sampai keakar-
akarnya yaitu berhubungan dengan kekuatan gaib. Begitu juga yang ditampilkan dalam cerita, Salindri tidak dapat disalahkan dan tidak dijerat dengan hukuman
karena pada dasarnya dengan berhasil musnahnya kekuatan gaib yang jahat merupakan penyelesaian yang paling utama sehingga tidak akan timbul korban-
korban berikutnya. Perhatikan kutipan berikut: Kutipan:
Amem sedhela nata ukara, nuli bacute, ”welingku, ndika kabeh perlu ngerti pawongan kasebut babar pisan ora bisa dikatut-katutake salah. Awit, ragane
commit to user
mung minangka indhung, istilah gampange saderma disilih dening yitma bekasakan kang ngangslupi”. PS. No.38, Hal.42
Terjemahan: Diam sebentar merangkai kata, kemudian terusnya, ”Pesanku, kalian semua
perlu tahu orang tersebut sama sekali tidak dapat diikut-ikutkan bersalah. Karena, raganya hanya indung, istilah gampangnya hanya dipinjam oleh
arwah penasaran yang merasuki”.
Pembunuhan juga terjadi kepada pengusaha ayam dari Ngawi yang pelakunya Kayat alias Lintrik yang bekerja sama dengan Sudir atau Sukri
dilakukan dengan sadar dan niat. Sudir alias Sukri menyamar sebagai tukang parkir di rumah makan Kembang Dhadhap dan sejak lama telah memata-matai
Sunarteja, pengusaha ayam dari Ngawi. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut ini:
”Wektu ditarap sukri blaka wis tepung suwe karo Kayat. Minangka juru parkir restoran Kembang Dhadhap dheweke asring weruh Sunarteja mampir
mrono saprelu nagih dhuwit setoran. Informasi mau dikandakake Sukri menyang Kayat nalika tilik menyang pakunjaran. Kayat ketarik. Dhasar wis
suwe ora cekel dhuwit, gek mangka kudu kerep mbeseli minangka tukon fasilitas sarta kebebasan kang diwenehake dening saweneh oknum sipir lan
krandhahe”. PS, No. 50, Hal.44
Terjemahan: ”Waktu ditangkap Sukri mengaku sudah lama kenal dengan Kayat. Saat
menjadi juru parkir Restoran Kembang Dhadhap ia sering melihat Sunarteja mampir kesitu untuk menagih uang setoran. Informasi tadi dikatakan Sukri
kepada Kayat saat menjenguk ke penjara. Kayat tertarik. Memang dasar
commit to user
sudah lama tidak memegang uang, padahal harus sering memberi uang fasilitas dan kebebasan yang diberikan kepada oknum sipir dan bawahannya”.
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sukri dan Kayat sebenarnya sadar dengan perbuatan itu. Yang dilakukannya merupakan suatu kejahatan yang
merugikan orang lain karena mengakhiri nyawa seseorang dengan paksa. Tindakan yang dilakukan oleh Kayat dan Sukri merupakan perbuatan yang
memenuhi perumusan Pasal 338 KUHP yang berbunyi sbb: ”Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Dari kutipan di atas juga terlihat kejahatan penyuapan atau penyogokan. Kayat membayar dan menyuap oknum sipir polisi dengan jaminan memberi
fasilitas dan mamberikan kebebasan kepada Kayat untuk bisa keluar masuk sel tahanan. Perbuatan oknum sipir tersebut dilakukan dengan sadar dan niat karena
untuk mendapatkan uang ia rela berbuat curang dalam kewajibannya. Perbuatan oknum sipir yang melanggar aturan dapat diperkuat dengan kutipan berikut:
Kutipan: ”Rumangsamu dhuwite tak untal dhewe? Ngertiya, Kri, aku kuwi mung
dikaryakake dening oknum sipir. Dheweke nylundupake aku metu kanthi sesidheman ora kok tanpa risiko. Mula syarate ya abot. Njaluk rong protelon
bageyan saka asiling kadurjanan sing tak tindakake,”jlentrehe Kayat alias Lintrik”.
commit to user
Terjemahan: ”Kamu pikir uangnya tak makan sendiri? Asal kamu tahu, Kri, saya itu hanya
dipekerjakan oleh oknum sipir. Ia menelundupkan saya keluar dengan diam- diam tidak kok tanpa resiko. Maka dari itu syaratnya berat. Minta dua pertiga
bagian dari hasil kejahatan yang saya lakukan, ”jelas Kayat alias Lintrik”.
Tindakan Oknum sipir seperti tersebut di atas dapat dijerat dengan KUHP Pasal 418, karena secara singkat ia jelas menerima suap atau sogok. Pasal 418
tersebut berbunyi sbb: ”Seorang pejabat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau
sepatutnya harus diduganya, bahwa hadiah atau janji itu diberikan kerena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang menberi hadiah atau janji itu ada hubungan dengan jabatannya diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Orang yang menyuap atau menyogok pegawai negri diancam hukuman
dalam pasal 209. Dalam Cerbung SKKW perbuatan itu dilakukan oleh Kayat atau Lintrik yang menyuap atau menyogok oknum sipir supaya ia dapat keluar dari sel
dan melakukan kejahatan untuk mendapatkan uang. Kayat dapat diancam dengan KUHP Pasal 209 yang berbunyi sbb:
”1. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. Barang siapa memberi hadiah atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat, dengan maksud menggerakkannya untuk berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.
2. Barang siapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya. Pencabutan hak, tersebut dalam pasal 35 No. 1-
4 dapat dijatuhkan”.
commit to user
Oknum sipir seperti itu harus diberantas. Ia lalai akan tugas dan kewajibannya karena silau akan uang atau harta. Penjahat yang seharusnya
dimasukkan kedalam sel supaya masyarakat aman dan supaya si penjahat tidak meresahkan masyarakat tetapi oknum sipir tersebut justru malah memberi
kebebasan mereka untuk melakukan tindakan kejam kepada orang lain dengan jaminan membagi uang hasil kejahatan yang dilakukan.
Tingkah laku manusia yang jelas-jelas amoral dan asusila itu banyak menimbulkan reaksi kejengkelan dan kemarahan dikalangan masyarakat dan jelas
sangat merugikan kepentingan umum. Pada situasi ini biasanya rasa ketentraman dan kesejahteraan masyarakat mendapat gangguan. Hal itu dapat menimbulkan
berbagai reaksi dari masyarakat. Reaksi-reaksi tersebut dapat berupa usaha untuk menghentikan kejahatan, memberantas atau pun menghindarkan diri dari berbagai
penyimpangan maupun kejahatan yang terjadi. Perbuatan yang dapat dikatakan sebagai kejahatan antara lain: 1
Pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati. 2 Perampasan, perampokan, penyerangan, penggarongan. 3 Pelanggaran seks
dan pemerkosaan. 4 Maling, mencuri. 5 Pengancaman, intimidasi, pemerasan. 6 Pemalsuan, penggelapan, fraude. 7 Korupsi, penyogokan, penguapan. 8
Pelangaran ekonomi. 9 Penggunaan senjata api dan perdagangan gelap senjata- senjata api. 10 Pelanggaran sumpah. 11 Bigami, yaitu kawin rangkap pada satu
saat. 12 Kejahatan-kejahatan politik. 13 Penculikan. 14 Perdagangan dan penyalahgunaan narkotika.
commit to user
Dari teori di atas, dalam Cerbung SKKW perbuatan Salindri, Sukri dan kayat termasuk tindakan kejahatan karena termasuk pada golongan pertama yaitu
pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati. Pebuatan oknum sipir polisi juga termasuk tindakan kejahatan karena sesuai dengan uraian di atas pada
poin tujuh yaitu korupsi, penyogokan, penguapan. Kejahatan menurut cara melakukannya dibedakan menjadi, antara lain: 1
Menggunakan alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan kimia dan racun, instrumen kedokteran, alat pemukul, alat jerat dan lain-lain. 2 Tanpa
menggunakan alat bantu, hanya menggunakan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu dan tipu daya. 3 Residivis yaitu penjahat-penjahat yang berulang-ulang keluar
masuk penjara. Selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa atau pun yang berbeda bentuk kejahatannya. 4 Penjahat-penjahat berdarah dingin, yang
melakukan tindak durjana dengan pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang. 5 Penjahat kesempatan atau situasional, yang melakukan kejahatan
dengan mengguanakan kesempatan-kesempatan kebetulan. 6 Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika. Misalnya berupa perbuatan
”kortsluiting” yang lepas dari pertimbangan akal dan lolos drai tepisan hati nurani. 7 Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak sengaja, lalai, ceroboh,
acuh tak acuh, sembrono dan lain-lain Berdasarkan uraian di atas maka kejahatan yang dilakukan oleh Salindri
termasuk kejahatan tanpa menggunakan alat bantu, dan dilakukan dengan tangan kosong tetapi dalam tanda kutip bahwa kejahatan itu terjadi karena dorongan
impuls-impuls yang timbul seketika dari pengruh arwah jahat yang memang ada
commit to user
dalam dirinya serta merasuk dari dirinya serta tidak didasari pertimbangan akal dan nurani Salindri membunuh Wasi Rengga juga Witono Paing dengan kejam.
Pada pembunuhan yang dilakukan Kayat termasuk kejahatan dengan menggunakan alat bantu yaitu dengan kabel kopling sepeda motor. Kayat
menggunakan kabel kopling untuk menjerat leher Sunarteja. Perhatikan kutipan berikut:
”Dening Kayat Sunar diubeng-ubengake padesan, tlatah Masaran. Tekan dalan sepi pinggir grumbul Kayat kandha kebelet nguyuh. Sunarteja
nginggirake Jimny-ne, banjur melu medhun, ngendhokake otot. Tan ngertiya dheweke wis klebu wuwu. Satengahe lagi ngeluk boyok Sunarteja dijiret
Kayat migunakake kabel kopling sepeda motor. Mayite ketekuk kringkel digletakake sela-selane jok mburi. Mobil dibandhangake menyang
Sumberlawang, dipasrahake Sukri supaya didol. Kajaba kuwi Sukri uga dikongkon nyairake cek-e korban. PS, No.50, Hal.44
Terjemahan: ”Oleh Kayat Sunar diajak berkeliling pedesaan, daerah Masaran. Sampai
jalan sepi pinggir semak Kayat berkata kebelet kencing. Sunarteja meminggirkan jeep-nya, kemudian ikut turun, meregangkan otot. Tidak
taunya dia sudah masuk perangkap. Saat sedang meregangkan pinggang Sunar dijerat dengn kabel kopling sepeda motor. Mayatnya ditekuk
diletakkan disela-sela jok belakang. Mobil dijalankan ke Sumberlawang, diberikan kepada Sukri supaya dijual. Selain itu Sukri juga disuruh
menycairkan cek milik korban”.
Tindak kriminalitas yang dilakukan Kayat terjadi karena dorongan impuls- impuls yang timbul seketika. Atas informasi dari Sukri, Kayat langsung tertarik
untuk menghabisi nyawa Sunarteja serta merampoknya. Pada dasarnya Kayat memang membutuhkan uang untuk menyuap oknum sipir beserta bawahannya
atas fasilitas dan kebebasan yang diberikan.
commit to user
Kayat juga termasuk residivis yaitu penjahat yang berulang-ulang masuk penjara. Selalu mengulangi perbuatan jahat, baik serupa ataupun yang berbeda
bentuk kejahatannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini: Kutipan:
”Wis Bener panjenengan, pancen Kayat alias Lintrik, wiwit mula aku pancen wis sujana. Mung, statuse dheweke wektu iki wong ukuman. Isih
dibuwi ing pakunjaran awit kabukten mateni kurbane kanti ditekak migunakake kabel kopling rong taun kepungkur. Moduse persis kaya kang
dialami Sunarteja,”ucape Pambudi”. PS, No.47, Hal.19.
Terjemahan: ”Wis Anda benar, memang Kayat alias Lintrik, dari awal saya sudah curiga.
Tetapi, statusnya waktu ini orang tahanan. Masih dipenjara karena terbukti membunuh korbannya dengan dicekik menggunakan kabel kopling dua tahun
y
ang lalu. Modusnya sama seperti yang dialami Sunarteja,” kata Pambudi”.
Masalah kriminalitas atau masalah kejahatan yang ada dalam masyarakat hendaknya perlu disikapi secara dini supaya tidak menjadi wabah yang sangat
meresahkan dan mengganggu ketentraman dan ketenangan hidup dalam masyarakat. Dalam hal ini maka dibutuhkan suatu kepedulian dari berbagai pihak
terhadap lingkungan sosial di mana mereka tinggal sebagai pencegahan terhadap kriminalitas.
Dalam rangka mencegah terjadinya tindakan kriminalitas, perlu adanya kontrol sosial atau sistem pengendalian sosial yang kesemuanya itu mempunyai
peranan yang sangat besar. Sistem pengendalian sosial diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan khususnya
commit to user
pemerintah beserta aparaturnya. Pengendalian sosial juga dapat berarti suatu sistem yang berguna untuk mendidik dan mengajak warga masyarakat untuk
mematuhi norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Melalui usaha pengendalian sosial tersebut kiranya dapat mencegah terjadinya
tindakan kriminalitas, sehingga terwujud suatu lingkungan masyarakat yang aman dan tentram tanpa gangguan yang membuat resah dalam kehidupan sehari-hari.
Aparat penegak hukum juga sangat penting dan berpengaruh. Dalam rangka untuk mewujudkan suatu masyarakat yang patuh dan takut kepada hukum,
maka diperlukan aparat yang bersih. Bersih dalam artian tidak ada oknum atau jaringan yang terselubung seperti seakan-akan hukuman dapat dibeli.
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Kriminalitas dalam Cerbung SKKW.