Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

24

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

“Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.” 7 “Sedangkan kerangka teori pada penelitian hukum sosiologis atau empiris yaitu kerangka teoritis yang berdasarkan pada kerangka acuan hukum, tanpa acuan hukumnya maka penelitian tersebut hanya berguna bagi sosialogi dan kurang relevan bagi ilmu hukum.” 8 “Suatu konsep atau kerangka konsepsionil pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang sering kali masih bersifat absrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang akan dapat pegangan konkrit didalam proses penelitian.” 9 Dalam tesis ini dicantumkan teori dan konsep pertanggung jawaban Direksi yang relevan dengan UUPT Nomor 40 Tahun 2007, antara lain teori konsep Perseroan sebagai badan hukum dan teori tentang pertanggung jawaban Direksi dalam pengelolaan Perseroan. Konsep pertanggung jawaban Direksi yang dimaksud adalah pertanggung jawaban yang sesuai dengan UUPT Momor 40 Tahun 2007. Dimana konsep ini akan dikaitkan dengan teori fiduciary duty, teori ini masih berkembang di Indonesia sehingga diperlukan pengembangan dan aplikasi yang tepat dalam sistem hukum Indonesia. Prinsip Direksi sebagai pemegang amanah karena sumber kewenangan 7 Soejono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, hal 126. 8 Ibid., hal. 127 9 Ibid., hal. 133 Universitas Sumatera Utara 25 Direksi berasal dari trust atau fiducia, tetapi amanah yang diemban Direksi Perseroan adalah amanah Perseroan dan bukan amanah dari pemegang saham yang hendak menciptakan Direksi boneka 10 dan teori hukum murni yang menyatakan” jika seorang individu secara hukum diwajibkan untuk berperilaku dengan cara tertentu, jika perilakunya yang sebaliknya merupakan syarat diberlakukannya tindakan paksa. 11 Menurut teori Organ dari Otto Van Gierke, menyatakan bahwa badan hukum itu adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada didalam pergaulan hukum. Dimana badan hukum itu mempunyai kehendak dan kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya yaitu pengurus dan anggota-anggotanya. Menurut UUPT Nomor 40 Tahun 2007 anggota Direksi diwajibkan untuk berperilaku sebagai pemegang amanah fiduciary duty, berperilaku dengan kehati- hatian dan dengan ketekunan serta dengan loyalitas duty of skill, duty of care, dan duty of loyalty . Jika perilaku anggota direksi adalah sebaliknya maka anggota direksi akan dikenakan sanksi sebagai bentuk pertanggung jawaban hukumnya. Pertanggungan jawaban tersebut dapat berupa pertanggung jawaban secara pidana maupun pertanggung jawaban secara perdata. Hal ini tergantung dari perilaku yang dilakukan oleh anggota direksi. 10 Tri Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas, Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hal.40 11 Hans Kelsen, Pure Theory of Law , terjemahan oleh Raisul Muttaqien, Teori Hukum Murni: Dasar-dasar Hukum Normatif, Bandung: Nusamedia Nuansa, 2006, hlm.136 Universitas Sumatera Utara 26 Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, arti Pailit sebagaimana diatur dalam lampiran Undang-undang kepailitan Pasal 1 ayat 1 adalah “Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya”. 12 Pengertian Kepailitan menurut Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 dalam Pasal 2 ayat 1 adalah “Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pembesarannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini”. Dalam mengajukan permohonan kepailitan tidaklah sedemikian mudahnya, harus ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Bila tidak, maka semua orang dapat dengan mudahnya mengajukan permohonan pailit. Kepailitan merupakan suatu lembaga hukum perdata sebagai realisasi dari dua asas pokok yang terdapat dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata. Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Universitas Sumatera Utara 27 Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik yaitu keinginan subyek hukum untuk berbuat sesuatu, kemudian mereka mengadakan negosiasi dengan pihak lain, dan sudah barang tentu keinginan itu sesuatu yang baik. Itikad baik yang sudah mendapat kesepakatan terdapat dalam isi perjanjian untuk ditaati oleh kedua belah pihak sebagai suatu peraturan bersama. Isi perjanjian ini disebut prestasi yang berupa penyerahan suatu barang, melakukan suatu perbuatan, dan tidak melakukan suatu perbuatan. Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi 4 syarat: 13 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu pokok persoalan tertentu. 4. Suatu sebab yang tidak terlarang. Dua syarat pertama disebut juga dengan syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif. Dalam hal tidak terpenuhinya unsur pertama kesepakatan dan unsur kedua kecakapan maka kontrak tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga suatu hal tertentu dan unsur keempat suatu sebab yang halal maka kontrak tersebut adalah batal demi hukum. Setiap orang dapat dinyatakan pailit sepanjang memenuhi ketentuan dalam Pasal 2 Undang-undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004. Debitur yang terbukti 13 Pasal 1320 KUHPerdata Universitas Sumatera Utara 28 memenuhi syarat diatas dinyatakan pailit, baik debitor perorangan maupun badan hukum. Bahwa pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit antara lain: a. Orang Perorangan. Baik laki-laki mapun perempuan, yang dalam menjalankan perusahaan maupun tidak, yang telah menikah maupun yang belum menikah, permohonan tersebut hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau isterinya, kecuali antara istri maupun suami tidak terjadi persekutuan harta. b. Harta Peninggalan Warisan. Harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia dapat dinyatakan pailit apabila orang yang meninggal dunia itu semasa hidupnya berada dalam keadaan berenti membayar utangnya, atau harta warisannya pada saat meninggal dunia si pewaris tidak mencukupi untuk membayar hutangnya. Dengan demikian, debitor yang telah meninggal dunia masih saja dinyatakan pailit atas harta kekayaanya apabila ada kreditor yang mengajukan permohonan tersebut. Akan tetapi permohonan tidak ditujukan bagi para ahli waris. Pernyataan pailit harta peninggalan berakibat demi hukum dipisahkan harta kekayaan pihak yang meninggal dari harta kekayaan para ahli waris dengan cara yang dijelaskan dalam Pasal 1107 KUHPerdata. Permohonan pailit terhadap harta peninggalan, harus memperhatikan ketentuan pasal 210 Undang-undang Kepailitan, yang mengatur bahwa permohonan pernyataan pailit harus diajukan paling lambat 90 hari setelah debitor meninggal. Universitas Sumatera Utara 29 c. Perkumpulan Perseroan Holding Company. Undang-undang kepailitan tidak mensyaratkan bahwa permohonan kepailitan terhadap Holding Company dan anak-anak perusahaanya harus diajukan dalam satu dokumen yang sama. Permohonan-permohonan selain dapat diajukan dalam satu permohonan, juga dapat diajukan terpisah sebagai permohonan. d. Penjamin Guarantor. Penanggung utang atau Borgtocht adalah suatu persetujuan dimana pihak ketiga guna kepentinggan kreditor mengkatkan dirinya untuk memenuhi kewajiban debitor apabila debitor yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya. e. Badan Hukum Badan hukum bukanlah mahluk hidup sebagaimana halnya manusia. Badan hukum kehilangan daya pikir,dan kehendaknya. Oleh karena itu, ia tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri. Ia harus bertindak dengan perantara orang natuurlijke personen, tetapi orang yang bertindak itu tidak bertindak untuk dirinya sendiri melainkan untuk dan atas nama pertanggungan gugat badan hukum. Pada badan hukum selalu diwakili oleh organ dan perbuatan organ tersebut adalah perbuatan badan hukum itu sendiri. Organ hanya dapat mengikatkan badan hukum, jika tindakannya masih dalam batas dan wewenang yang telah ditentukan dalam anggaran dasar. f. Perkumpulan Badan Hukum Perkumpulan yang bukan berbadan hukum ini menjalankan suatu usaha berdasarkan perjanjian antar anggotanya, tetapi perkumpulan ini bukan Universitas Sumatera Utara 30 merupakan badan hukum artinya tidak ada pemisahan harta perusahaan dan harta kekayaan pribadi, yang termasuk dalam perkumpulan ini adalah: 1. Maatscappen persekutuan perdata; 2. Persekutuan Firma; 3. Persekutuan Komanditer; Oleh karena bukan badan hukum, maka hanya para anggotanya saja yang dapat dinyatakan pailit. Permohonan pailit terhadap Firma dan Persekutuan Komanditer harus memuat nama dan tempat kediaman masing-masing persero yang secara tanggung renteng terikat untuk seluruh utang firma. g. Bank Undang-undang kepailitan dan PKPU membedakan antara debitur bank dan bukan bank. Pembedaan tersebut dilakukan dalam hal siapa yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit. Apabila debitur adalah Bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia, karena Bank dan uang masyarakat harus dilindungi. h. Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Sebagaimana bank, Undang-undang kepailtan dan PKPU juga membedakan perusahaan efek dengan debitur lainnya. Jika menyangkut debitur yang merupakan perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, Universitas Sumatera Utara 31 lembaga penyimpanan dan penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal. 14 Masalah Kepailitan dapat terjadi pada siapapun, baik perseorangan maupun bandan usaha. Dalam hal ini saya akan membahas kepalitian yang terjadi pada peseroan terbatas. Bahwa terdapat implikasi yuridis atas kepailitan perseroan terbatas yang berbeda dengan kepailitan orang manusia kendatipun rezim hukum yang berlaku sama. Sehingga perlu dikaji terlebih lanjut mengenai implikasi yuridis kepailitan terhadap perseroan terbatas. Pentingnya pengkajian terhadap kepailitan perseroan terbatas, disamping untuk kepentingan para pelaku bisnis itu sendiri, juga ada kaitannya dengan pengaruh ekonomi secara luas. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT, yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. 15 Sebelum UUPT 2007, berlaku UUPT No. 1 Th 1995 yang diberlakukan sejak 7 Maret 1996 satu tahun setelah diundangkan s.d. 15 Agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan tentang perseroan terbatas yang diatur dalam KUHD Istilah Perseroan Terbatas PT dulunya dikenal dengan istilah Naamloze Vennootschap NV . Istilah lainnya Corporate Limited Co. Ltd., Serikat Dagang Benhard SDN BHD. Pengertian Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan “terbatas”. Perseroan merujuk kepada modal PT yang terdiri dari 14 Hukum Kepailitan di Indonesia, 15 Maret 2010, http:click-gtg-blogspots.com 15 Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 106 Universitas Sumatera Utara 32 sero-sero atau saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk kepada pemegang yang luasnya hanya sebatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya. Berdasarkan Pasal 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 pengertian Perseroan Terbatas Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Sebagai badan hukum yang mandiri berdasarkan Pasal 3 ayat 1 Undang- undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas UUPT menentukan bahwa pertanggung jawaban pemegang saham PT hanya terbatas pada nilai saham yang dimiliki dalam perseroan terbatas. Secara ekonomis, unsur pertanggungjawaban terbatas dari pemegang saham perseroan terbatas tersebut merupakan faktor yang penting sebagai umpan pendorong bagi kesediaan para calon penanam modal untuk menanamkan modalnya dalam PT. Berdasarkan uraian tersebut bahwa status badan hukum PT itu Sangat penting. Karakteristik yang mendasar dari statu perseroan terbatas sebagai corporation adalah sifat badan hukum dan pertanggungjawaban terbatas dari Perseroan terbatas. 16 PT merupakan perusahaan yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang demikian itu, PT menjadi subyek hukum yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai badan hukum, PT memiliki kedudukan mandiri persona standi in judicio yang tidak tergantung pada pemegang 16 Gunawan widjaja, Seri hukum Bisnis Kepailitan op.cit., hal. 12 Universitas Sumatera Utara 33 sahamnya. Dalam PT hanya organ yang dapat mewakili PT atau perseroan yang menjalankan perusahaan. Menurut Subekti, badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan tersendiri, dapat digugat atau menggugat didepan hakim. 17 Walaupun suatu badan hukum itu bukanlah seorang manusia yang mempunyai pikirankehendak, akan tetapi menurut hukum ia dapat dianggap mempunyai kehendak. Menurut teori yang lazim dianut, kehendak dari persero pengurus dianggap sebagai kehendak PT. Akan tetapi, perbuatan-perbuatan pengurus yang bertindak atas nama PT, pertanggungjawabannya terletak pada PT dengan semua harta bendanya. Berdasarkan Pasal 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 pengertian Perseroan Terbatas Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Unsur-unsur PT berdasarkan pengertian tersebut maka untuk dapat disebut sebagai perusahaan PT menurut UUPT harus memenuhi unsur-unsur: 1. Berbentuk badan hukum, yang merupakan persekutuan modal; 2. Didirikan atas dasar perjanjian; 3. Melakukan kegiatan usaha; 4. Modalnya terbagi saham-saham; 17 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta:PT. Inter masa, 1987, hlm 182. Universitas Sumatera Utara 34 5. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta peraturan Pelaksanaannya. Bahwa terdapat dua macam implikasi sifat badan hukum legal personality. Pertama adalah hak mendahulu dari kreditor badan hukum atas harta kekayaan badan hukum atas harta kekayaan badan hukum pada saat pembubaran badan hukum yang dilakukan. Kedua menunjukan bahwa harta kekayaan badan hukum tersebut tidak dapat diambil begitu saja oleh para pendirinya atau dalam hal perseroan adalah para pemegang sahamnya termasuk kreditor dari para pendirinya atau pemegang sahamnya tersebut. Tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa pun yang berkepentingan, seperti orang yang turut berutang atau penanggung utang. Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan, asal pihak ketiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi utang debitur, atau asal ia tidak mengambil alih hak- hak kreditur sebagai pengganti jika ia bertindak atas namanya sendiri. Jika kreditur menolak pembayaran, maka debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas apa yang harus dibayarnya, dan jika kreditur juga menolaknya, maka debitur dapat menitipkan uang atau barangnya kepada pengadilan. Penawaran demikian, yang diikuti dengan penitipan, membebaskan debitur dan berlaku baginya sebagai pembayaran, asal penawaran itu dilakukan menurut undang-undang; sedangkan apa yang dititipkan secara demikian adalah atas tanggungan kreditur. Universitas Sumatera Utara 35 Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang: 18 1. bila seorang debitur membuat suatu perikatan utang baru untuk kepentingan kreditur yang menggantikan utang lama. 2. bila seorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan debitur lama. 3. bila sebagai akibat suatu persetujuan baru seorang kreditur baru ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama. Pembaharuan utang hanya dapat dilakukan antara orang-orang yang cakap untuk mengadakan perikatan. Jika dua orang saling berutang, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan utang, yang menghapuskan utang-utang kedua orang tersebut. Perjumpaan terjadi demi hukum, bahkan tanpa setahu debitur, dan kedua utang itu saling menghapuskan pada saat utang itu bersama-sama ada, bertimbal-balik untuk jumlah yang sama. Bila kedudukan sebagai kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu percampuran utang, dan oleh sebab itu piutang dihapuskan. Percampuran utang yang terjadi pada debitur utama berlaku juga untuk keuntungan para penanggung utangnya. Percampuran yang terjadi pada diri si penanggung utang, sekali-kali tidak. Pembebasan suatu utang tidak dapat hanya diduga-duga, melainkan harus dibuktikan. Pengembalian sepucuk surat piutang di bawah tangan yang asli secara sukarela oleh kreditur kepada debitur, merupakan suatu bukti tentang pembebasan 18 Pembaharuan dalam utang 12 Maret 2010 http:irmadevita.com Universitas Sumatera Utara 36 utangnya, bahkan juga terhadap orang-orang lain yang turut berutang secara tanggung-menanggung. Jika barang tertentu yang menjadi pokok suatu persetujuan musnah, tak dapat diperdagangkan, atau hilang hingga tak diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada atau tidak, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar kesalahan debitur dan sebelum ia lalai menyerahkannya. 19 Banyak syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk mendirikan suatu perseroan terbatas. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT menyatakan yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang yang cakap melakukan perbuatan hukum. Dalam lima tahun terakhir, calon direksi tidak sedang dinyatakan pailit, menjadi anggota perseroan yang dinyatakan pailit, atau dihukum karena merugikan keuangan negara. Instansi teknis pun dapat menentukan syarat tambahan bagi jabatan direksi berdasarkan peraturan perundang-undangan lihat pasal 93 20 . Intinya, syarat menjadi direktur perseroan tidak gampang. Dalam melakukan pengurusan, direksi harus dapat mengambil keputusan dalam waktu cepat dan tepat. Mengingat bahwa suasana dan kondisi bisnis cenderung dapat berubah dengan cepat. Sehingga, acapkali direksi harus dapat mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan pertimbangan yang menurutnya cermat pula. Akan tetapi apabila dalam menjalankan tugasnya direksi selalu dibayangi ketakutan akan dituntut secara pribadi seandainya perseroan yang dia pimpin merugi akibat 19 Ibid. 20 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara 37 keputusan yang salah, atau harus meminta persetujuan RUPS, hampir dapat dipastikan perseroan berjalan pincang . Apabila direksi pada saat mengambil keputusan telah melakukannya dengan pertimbangan matang, maka mengingat suasana bisnis yang penuh ketidakpastian, seandainya keputusan tersebut salah, seharusnya direksi tidak dituntut secara pribadi. Sebab, perseroan juga harus ikut menanggung kerugian tersebut. Inilah konsep dasar business judgement rule, disingkat BJR. Business judgemeny rule BJR berasal dari case law hukum Amerika atau Common Law . Konsep BJR sebenarnya berisi pembagian tanggung jawab di antara perseroan dan orang yang mengurusnya terutama direksi, dan pemegang saham manakala terjadi kerugian perseroan akibat human error. BJR timbul sebagai akibat telah dilaksanakannya fiduciary duty oleh seorang direksi, yaitu prinsip duty of skill and care . Semua kesalahan yang timbul setelah prinsip ini dilaksanakan, membawa konsekuensi direksi bebas dari tanggung jawab secara pribadi akibat keputusan yang diambil. 21 Dalam hal perseroan terbatas, pendiri atau pemegang saham seringkali menjadi pengurus atau pengelola dari perseroan terbatas yang didirikan, maka pendiri atau pemegang saham memerlukan jaminan dan kepastian bahwa harta kekayaan mereka pribadi tidak akan diganggu gugat sehubungan dengan kegiatan usaha yang diselengarakan atau dilaksanakan oleh perseroan terbatas tersebut. 21 Larry E Ribstein dan Kelli A Alces, The Business Judgment Rule in Good and Bad Times , hal. 6 Universitas Sumatera Utara 38 Oleh karena itu diperlukan pertanggungjawaban terbatas pendiri atau pemegang saham hanya akan menanggung kerugian yang tidak lebih dari penyertaan yang telah disetujuinya untuk diambil bagian, guna penyelenggaraan dan pengelolaan jalannya perseroan dengan baik. Keperluan adanya tanggung jawab terbatas bagi harta kekayaan pribadi pendiri atau pemegang saham, memberikan manfaat kepada pemegang saham, memberikan manfaat kepada pemegang saham bahwa setiap kegiatan dari pengurus perseroan terbatas memerlukan pengetahuan atau bahkan persetujuan dari pendiri atau pemegang saham. Dengan memberikan perlindungan bagi setiap keputusan usaha atau bisnis yang diambil oleh direksi yang telah diberlakukan dengan kehati-hatian, dengan etikad baik sesuai dengan maksud dan tujuan serta untuk kepentingan perseroan maka lahirlah “business judgment rule principle”. 22 Bahwa direksi suatu perseroan bisa lolos dari tanggung jawab pribadi bilamana bisa membuktikan: i sudah bertindak berdasarkan iktikad baik good faith ; ii telah memperoleh informasi yang cukup well-informed; iii secara masuk akal dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil adalah yang terbaik untuk kepentingan perseroan the best interest of the corporation. Konsep Business judgement rule BJR sudah diadopsi ke dalam UUPT di Indonesia. Konsep ini dalam UUPT lama tak bisa kasat mata, melainkan harus dilihat dalam konteks prinsip fiduciary duty. Walaupun tidak ada rumusan yang secara 22 Gunawan widjaja, Seri hukum Bisnis Kepailitan, op. Cit, hal 22. Universitas Sumatera Utara 39 eksplisit dan tegas mengakuinya. Oleh karena berdasarkan UUPT lama juga tunduk pada KUH Perdata, maka UUPT lama juga mengakui business judgemnet rule BJR Fiduciary duty merupakan prinsip kepercayaan yang diberikan perseroan kepadanya, dan prinsip yang merujuk pada kemampuan dan kehati-hatian direksi bertindak. 23 Keputusan yang diambil haruslah keputusan yang menurut direksi ada lah yang terbaik bagi perusahaan. Dan baginya keputusan tersebut juga akan diambil oleh orang lain yang berada pada posisi yang sama. Bahwa pada dasarnya perseroan didirikan untuk melaksanakan kegiatan usaha dengan tujuan agar pendiri tersebut yang kemudian berubah menjadi pemegang saham tidak lagi dimintakan pertanggungjawaban pribadi selain dari harta kekayaan yang telah dipisahkan olehnya dalam perseroan. Dalam konteks pemegang saham yang melakukan piercing the corporate veil, maka pemegang saham bertanggung jawab terhadap kepada kreditor perseroan, sebagai akibat tindakan pemegang saham tersebut yang menyebabkan harta perseroan mengalami kerugian dan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditor perseroan. Sedangkan bagi direksi atau dewan komisaris perseroan, mereka ini bertanggungjawab kepada perseroan atas setiap kerugian yang diterbitkan sebagai akibat tindakan mereka. Anggota direksi dan dewan komisaris hanya bertanggung jawab terhadap kreditor, jika perseroan berada didalam kepailitan. 23 Anonym, Fiduciary Duties and Potensial Liabilities of Directors and Officers Of Financially Distrss Corporation hlm. 2 Universitas Sumatera Utara 40 Organg-organ yang terdapat dalam perseroan terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi, dan Komisaris. 1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS RUPS diatur dalam Pasal 1 butir 4 dan Pasal 75 sampai dengan Pasal 91 UUPT. Dalam Pasal 1 butir 4 UUPT, dikatakan: Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang- undang ini danatau anggaran dasar. Defenisi RUPS yang diberikan dalam UUPT baru telah memperkuat pendapat Agus Budiarto 24 , yang menyatakan bahwa kekuasaan RUPS menurut Pasal 1 butir 3 UUPT lama adalah tidak mutlak dalam arti kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-undang kepada RUPS tidak berarti RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah diberikan undang-undang dan Anggaran Dasar kepada Direksi dan Komisaris. Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Dalam RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi danatau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan 24 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab pendiri Perseroan, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 57. Universitas Sumatera Utara 41 kepentingan perseroan Pasal 75 ayat 2 UUPT. Pasal 75 ayat 1 UUPT berbunyi RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini danatau Anggaran Dasar. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT tidak dapat ditiadakan selama tidak ada perubahan undang-undang. Adapun wewenang eksklusif dalam anggaran dasar semata-mata berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan atau disetujui oleh Menteri Kehakiman Menteri Hukum dan HAM yang dapat diubah melalui perubahan Anggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang 25 2. Direksi Bahwa anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Pengangkatan anggota Direksi dilakukan untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali. Pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian perseroan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota Direksi. Dalam Pasal 93 ayat 1 UUPT, ditentukan syarat-syarat untuk menjadi anggota Direksi, antara lain: a. orang perseorangan; b. mampu cakap melaksanakan perbuatan hukum; c. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan 25 Abdulkahir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hlm.65-66 Universitas Sumatera Utara 42 suatu perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan. Apabila pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi persyaratan diatas, pengangkatan anggota direksi tersebut batal karena hukum sejak saat anggota direksi lainnyadewan komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggota direksi tersebut sebelum penggangkatannya batal, tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab perseroan tanpa mengurangi tanggung jawab perseroan tanpa mengurangi tanggung direksi yang bersangkutan terhadap kerugian perseroan. 26 Adapun perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggota direksi tersebut setelah pengangkatannya batal, adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pribadi anggota direksi yang bersangkutan. Anggota direksi dapat diberhentikan baik secara permanen mapun sementara. Pemberhentian anggota Direksi secara permanen hanya dapat dilakukan melalui RUPS. RUPS dapat sewaktu- waktu memberhentikan anggota Direksi dengan menyebutkan alasan pemberhentiannya. Sebelun keputusan RUPS mengenai pemberhentian anggota 26 M.Yahya Harahap, Sarjana Hukum, Hukum Perseroam Terbatas, Jakarta:Sinar Grafika, 2009, hal. 368 Universitas Sumatera Utara 43 Direksi, maka Direksi wajib diberu kesempatan untuk membela diri di dalam RUPS. 27 Pemberhentian ini dilakukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan dan anggota direksi tersebut menjadi tidak berwenang melakukan tugasnya, dalam waktu paling lambat 30 hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diadakan RUPS dan dalam RUPS anggota direksi yang bersangkutann harus diberi kesempatan untuk membela diri. Apabila dalam 30 hari tidak diadakan RUPS, maka demi hukum pemberhentian sementara anggota Direksi tersebut menjadi batal dan akibatnya naggota direksi tersebut kembali berwenang untuk melakukan tugasnya. Dalam keputusan RUPS dapat berisi berupa mencabut keputusan pemberhentian sementara anggota Direksi tersebut ataupun memberhentikan secara permanen anggota Direksi yang bersangkutan. Kedudukan Hukum Direksi Beberapa pakar dan ilmuwan hukum merumuskan kedudukan Direksi dalam perseroan sebagai gabungan dari 2 dua macam persetujuan atau perjanjian, yaitu 28 : a. Perjanjian pemberian kuasa, disatu sisi dan b. Perjanjian kerja atau pemburuan, disisi yang lain. Tugas dan Kewajiban Direksi. 27 Ibid.. hal. 369 28 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta: Rajawali Pers, 1999, hlm.97 Universitas Sumatera Utara 44 Tugas Direksi dapat dilihat dari Pasal 92 ayat 1, pasal 97 ayat 1 dan pasal 98 ayat 1 UUPT, antara lain: Pasal 92 ayat 1 Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Pasal 97 ayat 1 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana maksud dalam Pasal 92 ayat 1 Pasal 98 ayat 1 Direksi mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan. Wewenang dan Tanggung jawab Direksi Direksi merupakan salah satu organ perseroan yang vital. Yang bertanggung jawab penuh atas penggurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan Pasal 98 ayat 1 UUPT. Dalam hal ini, ada dua wewenang direksi, yaitu pengurusan dan perwakilan. Pengurusan berbicara soal hubungan internal antara pengurus dan orang yang hartanya berada dalam pengurusan pengurus, maka perwakilan berbicara soal hubungan eksternal, yaitu hubungan antara pengurus dan harta kekayaan yang diurus oleh pengurus tersebut, dengan Universitas Sumatera Utara 45 pihak ketiga dengan siapa suatu perbuatan hukum dilakukan oleh pengurus dalam kapasitasnya sebagai pengurus harta kekayaan milik orang lain. 29 3. Komisaris Komisaris diangkat oleh RUPS dalam jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali. Untuk pertama kalinya, pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota Dewa komisaris dalam akta pendirian perserioan. Syarat-syarat pengangkatan Komisaris sama dengan syarat-syarat pengangkatan anggota Direksi. Tugas dan Kewajiban Dewan Komisaris Tugas Komisaris dapat dilihat dalam Pasal 1 butir 6 dan pasal 108 ayat 1 UUPT, antara lain: Pasal 1 butir 6 Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi. Pasal 108 ayat 1 Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi. 29 Widjaja, Seri Aspek Hukum dalam Bisnis: pemilikan, Pengurusan, Perwakilan, Pemberian Kuasa Dalam Sudut Pandang KUHPerdata. Hlm. 149-150 Universitas Sumatera Utara 46 Ada beberapa jenis peradilan yang dijelaskan dalam Pasal 15 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Maka peradilan di Indonesia meliputi 4 peradilan, yaitu Penadilan Agama, Peradilan Umum, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. Untuk menyelesaikan masalah kepailiatan dalam perseroan maka dibentuklah Pengadilan Niaga. Keistimewaan dalam pembentukan pengadilan niaga adalah tidal lepas dari upaya perbaikan terhadap peraturan mengenai kepailitan yang ada sebelum 1988, yaitu faillissement verordering Staatblaad 1905 No.217 jo tahun 1906 No.348. upaya perbaikan tersebut diangap merupakan salah satu solusi utama yang perlu mendapat prioritas karena Indonesia mengalami krisis perekonomian pada tahun 1998, sehingga lahirlah peraturan pemerintah pengganti undang-undang PERPU No. 1 tahun 1998, yang kemudian oleh dewan perwakilan-perwakilan rakyat menjadi UU No. 4 Tahun 1998 UU Kepailitan Dalam UU ini diatur pendirian Pengadilan Niaga, yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 1, pasal 280 ayat 2 dan pasal 281. penjelasan Pasal 1 ayat 1 UU Kepailitan menyebutkan 30 : “ yang dimaksud dengan pengadilan adalah Pengadilan Niaga yang merupakan pengkhususan pengadilan dibidang perniagaan yang dibentuk dalam lingkup peradilan umum.... “ Pembentukan Pengadilan Niaga dipisahkan secara yuridiksi untuk memeriksa permohonan pailit dari Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Niaga. Undang-undang mengatur bahwa dengan dibentuknya Pengadilan Niaga, maka permohonan pilit dan penundaan kewajiban membayar utang hanya dapat diperiksa oleh pengadilan Niaga. 30 Indonesia, Undang-undang Kepailitan, UU Nomor 4 Tahun 1998 Universitas Sumatera Utara 47

2. Konsepsi