untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan Suandy, 2008 : 83.
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja berpendapat bahwa “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum” Suandy, 2008 : 84
2. Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Atep pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia 1811 sd 1816 ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada masa Gubernur Jendral
Sir Thomas Standford Raffles 1811-1816 yang disebut dengan nama Landrent Darwin, 2009:3. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil bahwa
semua tanah adalah milik raja dan kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa dari tanah-tanah yang dikelola oleh kepala desa itu. Untuk itu mereka harus
membayar sewa tanah landrent dengan natura secara tetap. Pada masa kolonial Belanda, pajak atas tanah yang dikenakan kepada
rakyat Indonesia oleh pemerintah kolonial Inggris dilanjutkan hanya diganti dengan nama sesuai bahasa Belanda yaitu Landrente dengan beberapa perbaikan.
Pada masa kolonial Belanda ini juga, atas ide Gubernur Jenderal Belanda pada waktu itu, Van Den Bosch diberlakukan Sistem Tanam Paksa. Kepada rakyat
Indonesia yang memiliki atau menggarap tanah harus menanam komoditas tertentu dan hasilnya harus diserahkan kepada Pemerintah Belanda. Sistem tanam
paksa yang banyak menelan korban rakyat Indonesia mendapat kritikan sehingga dihapuskan pada tahun 1870. Landrente diberlakukan oleh pemerintah kolonial
Belanda sampai dengan masuknya Jepang ke Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang nama Landrente diganti menjadi Pajak Tanah, namun sistem dan cara
pemungutan masih sama dengan Landrente peninggalan Belanda. Pada masa-masa setelah proklamasi kemerdekaan, Pajak Tanah berubah
lagi menjadi Pajak Bumi. Kemudian Pajak Bumi diganti dengan Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian yang pengelolaan dan pemungutannya
dilakukan oleh Jawatan Pajak. Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959 yang
mengatur tentang Pajak Hasil Bumi. Perpu ini kemudian disahkan sebagai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961. Pada waktu itu pengelolaannya dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Pajak Hasil Bumi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 29 November
1965 Nomor PMPPU, 1-1-3, nama Direktorat Jenderal Pajak Hasil Bumi diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah, dan nama pajaknya disebut Iuran
Pembangunan Daerah IPEDA dengan objeknya sektor pedesaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pada tanggal 27 Desember 1985 diterbitkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang memulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986.
3. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan