Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

(1)

1

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG

MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG

SIANTAR O L E H

NAMA : NOVA FRISCA DWI PUTRI NIM : 082600067

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat-Nya pada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG SIANTAR“.

Penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menamatkan studi Program Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini tidak mungkin terlaksana oleh penulis tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dan dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, kepercayaan, bantuan dan doa, sehingga laporan PKLM ini dapat terselesaikan. Maka secara khusus penulis menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan saran, dan arahan kepada saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(3)

5. Ibu Arlina, Kak Qorby, Pak Indra, Bang Faisal, dan Bang Ijal pada program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan keringanan dalam segala prosedur yang ada hubungannya dengan kegiatan perkuliahan

6. Bapak Kepala KPP Pratama Pematang Siantar dan anak-anak buahnya yang telah memberikan izin untuk melakukan PKLM dan membantu Penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini

7. Kedua Orang Tuaku Andri Syahputra dan Duma Sari Siregar yang telah memberikan doa dan dukungan kepada anak nya yang paling kecil ini baik secara moril maupun materi dan nama nya sering dijual untuk memperlancar perkuliahan sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini. (Royalti dibayar setelah adek kerja)

8. Kepada kak Deb tersayang a.k.a Deby Selvya Putri Ayu dan kak Tize’ a.k.a Kartika Dewi Saragih yang tiada henti memberi spirit walaupun galau menjadi mahasiswi tingkat akhir.

9. Kepada Bang Tison, Catur, Anju yang udah memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir saya

10.Kepada Personil “KUCING MEONGAyan a.k.a Dian Wimbi Sari, Iyoul a.k.a Putri Yoana Simatupang, Sinti a.k.a Shintya Martha Dewi Saragih dan Mizuno a.k.a Ririn Ramadhani yang udah ngasi saran-saran dan spiritnya selama ini dan kenangan-kenangan lucu selama kuliah…… Tetap semangat ya sohib seperjuangan ku.


(4)

11.Kepada bang * yang gak bosan-bosannya ngasi motivasi dan ceramah untuk saya supaya tetap semangat dan mengingatkan saya supaya tidak Copy Paste dari Tugas Akhir tahun sebelumnya.

12.Buat Love Bird aku makasi ya udah nemeni aku selama menyelesaikan Tugas Akhir ini mulai dari menentukan judul, buat proposal,riset dan sampai menyelesaikan Tugas Akhir ini

Medan, Juni 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C.Uraian Teoritis ... 5

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G.Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 12

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 18

C. Uraian Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 21

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 23

BAB III. GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN A. Gambaran Pajak Secara Umum ... 25

1. Asas Pemungutan Pajak ... 25

2. System Pemungutan Pajak ... 26

B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan ... 26

1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ... 26

2. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 27

3. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ... 29

BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Cara Perhitungsn Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkotaan dan Pedesaan ... 32

B. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkebunan ... 34

C. Cara Peerhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Kehutanan ... 38

D. Penentuan Klasifikasi Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 45

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 51


(6)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Tanah/Bumi Kelompok A ... 46

Table II. Klasifikasi Tanah/Bumi Kelompok B ... 48

Tabel III. Klasifikasi Bangunan Kelompok A ... 51


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Mandiri (PKLM)

Dalam Negara Republik Indonesia yang sebagian besar kehidupan perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Oleh karena itu bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak.

Menurut pendapat .Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan dalam Waluyo (2008:3) menyatakan : pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak atas kekayaan barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan telah ada sejak zaman penjajahan maupun setelah Indonesia merdeka dan di atur dalam berbagai ordonasi yang di ubah menjadi Iuran Pendapatan Daerah (IPEDA), akan tetapi dasar hukum IPEDA kurang kuat maka sejak adanya reformasi perpajakan sehingga IPEDA dirubah menjadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan yang menjadi dasar hukum nya adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1998, KMK 523/KMK.04/1998 dan


(10)

KEP-16/PJ.06/1998 tentang pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Bahwa bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfat atas bumi dan atau memiliki bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.

Objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan bangunan yang klasifikasi objek pajak nya telah ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam menetukan klasifikasi bumi/tanah hasrus diperhatikan faktor-faktor yaitu letak, peruntukan, pemanfaatan, dan kondisi lingkungan dan lain-lain. (Rusdji, 2008 : 9-10).

Dari masa yang lalu sampai sekarang masalah perpajakan merupakan masalah yang rumit bagi masyarakat, hal ini terjadi antara lain karena kurang nya pengetahuan masyarakat (Subjek Pajak) mengenai peraturan perpajakan khususnya mekanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan (PBB). Akan tetapi sebahagian masyarakat sudah mengetahui makanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan di sektor pedesaan dan perkotaan saja sementara pajak bumi dan bangunan terdiri dari sektor pedesaan dan perkotaan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, dan sektor pertambangan.


(11)

Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa akan lebih jauh mengerti bagaimana mekanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan serta dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi mahasiswa. Berkenaan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mebuat karya tulis “MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG SIANTAR”

B. Tujuan dan Manfaat PKLM

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tata cara perhitungan pajak bumi dan bangunan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

c. Untuk mengetahui realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor perkotaan dan pedesaan, kehutanan, dan perkebunan dari tahun 2008 sampai dengan 2010

d. Untuk mengetahui penentuan klasifikasi besar nya Nilai Jual Objek Pajak

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan pada umumnya, khususnya dibidang pajak bumi dan bangunan yang kelak membekali panulis terjun langsung dalam dunia kerja.


(12)

b. Untuk menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasalahan yang timbul selama melakukan praktik kerja lapangan mandiri.

c. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya akan sangat dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

d. Meningkatkan komunikasi terhadap instansi pemerintahan maupun swasta. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Membina hubungan kerjasama antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara II khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

b. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-USU). d. Mempromosikan sumber daya manusia yang terdapat di Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan khususnya dosen dan mahasiswa. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

a. Membina kerjasama antar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. b. Menciptakan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(13)

c. Memperoleh ide-ide baru dan pemikiran yang berguna untuk perbaikan pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pealayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

C. Uraian Teoritis

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, dalam buku Pengantar Ilmu Hukum

Pajak (Waluyo 2008:2) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar

Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan dalam Resmi (2008:1) menyatakan: pajak

adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Atep dalam Darwin (2009:3) pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia (1811 s/d 1816) ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada masa Gubernur Jendral Sir Thomas Standford Raffles (1811-1816) yang disebut dengan nama Landrente. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil bahwa semua tanah adalah milik kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa dari tanah-tanah yang dikelola oleh kepala desa itu. Untuk itu mereka harus membayar sewa tanah (landrent) dengan natura secara tetap.


(14)

Pada masa kolonial Belanda, pajak atas tanah yang telah dikenakan kepada rakyat Indonesia oleh pemerintah kolonial Inggris dilanjutkan hanya diganti dengan nama sesuai bahasa Belanda yaitu landrente dengan beberapa perbaikan. Pada masa kolonial Belanda ini juga, atas ide Gubernur Jendral Belanda pada waktu itu, van den Bosch diberlakukan Sistem Tanam Paksa. Kepada rakyat Indonesia yang memiliki atau menggarap tanah harus menanam komoditas tertentu dan hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Belanda. Sistem Tanam Paksa yang banyak menelan korban rakyat Indonesia mendapat berbagai kritikan sehingga dihapuskan pada tahun 1870. Landrente diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda sampai dengan masuknya Jepang ke Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang nama Landrente diganti menjadi Pajak Tanah, namun sistem dan cara pemungutannya masih sama dengan Landrente peninggalan Belanda.

Pada masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pajak Tanah berubah nama lagi menjadi Pajak Bumi. Kemudian Pajak Bumi diganti dengan Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian yang pengelolaan dan pemungutannya dilakukan oleh Jawatan Pajak. Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959 yang mengatur tentang Pajak Hasil Bumi.

Pada tahun 1965 Pajak Hasil Bumi diganti menjadi IPEDA (Iuran Pemerintah Daerah) pada pelaksanaannya dilapangan IPEDA mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

1. Adanya pajak berganda atau pajak yang dikenakan pada objek yang sama. 2. IPEDA tidak sesuai dengan tuntutan pembangunan yang terus meningkat.


(15)

Kemudian pada tahun 1984 IPEDA dirubah menjadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan dasar pemikiran dari penyusunan Undang-Undang PBB yaitu:

1. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atau memperoleh manfaat darinya.

Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi dan/atau bangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang menbayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan Bab V tentang Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak pada Pasal 7 yaitu: besarnya pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak.

D. Ruang Lingkup Pratik Kerja Lapangan Mandri

Dalam ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis mengadakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematangsiantar


(16)

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data antara lain :

1. Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

2. Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

4. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2006 sampai dengan 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun metode yang dilakukan penulis dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1. Tahap Persiapan

Tahap ini penulis melakukan persiapan mulai dari pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan lokasi PKLM, mencari bahan untuk pembuatan proposal dan surat pengantar.

2. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti Undang-Undang, buku-buku, dan bahan tertulis lainnya yang berubungan dengan laporan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Penulis mencari data dan informasi dengan melaksanakan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematangsiantar serta mempelajari


(17)

laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2 cara :

a. Data Primer : kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara yang bersumber dari pihak yang memahami tentang Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Data Sekunder : kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari refrensi-refrensi ilmiah yang mendukung PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut : 1. Wawancara (Interview Guide)

Yaitu mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan penerimaan pajak bumi dan bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.


(18)

2. Pengamatan (Observation)

Yaitu penulis mencari data dan informasi dengan cara melakukan pengamatan dan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

3. Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari Instansi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan praktik kerja lapangan mandiri terdiri dari lima Bab dan dilengkapi dengan Sub Bab dan diberi penjelasan terperinci :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematangsiantar, struktur organisasi, fungsi-fungsi, mekanisme kerja dan lokasi tempat penelitian dilakukan.


(19)

BAB III GAMBARAN DATA

Dalam bab ini akan menguraikan tentang Pengertian Pajak, Asas Pemungutan Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan, Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan, Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menjelaskan data-data mengenai Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan, Penentuan Klasifikasi Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini berisikan kesimpulan yang dibuat oleh penulis berdasarkan tulisan dan saran-saran yang diberikan oleh penulis.


(20)

20

BAB II

GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19 September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan. 4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada

Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama


(21)

menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang.

Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama. Unit kerja tersebut adalah :

1. KPP Pratama Tebing Tinggi 2. KPP Pratama Kisaran

3. KPP Pratama Peatang Siantar 4. KPP Pratama Rantau Parapat 5. KPP Sibolga


(22)

6. KPP Sidempuan 7. KPP Balige 8. KPP Kabanjahe

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat

b. Siantar Barat c. Siantar Utara d. Siantar Timur e. Siantar Martoba f. Siantar Sitalasari g. Siantar Marimbun

2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean

b. Sidamanik

c. Girsang Sipangan Bolon d. Tanah Jawa

e. Dolok Panribuan f. Jorlang Hataran g. Panei

h. Raya i. Dolok Silau


(23)

j. Silou Kahean k. Raya Kahean

l. Bolok Batu Nanggar m. Siantar

n. Bandar

o. Bosar Maligas p. Ujung Padang q. Pematang Bandar r. Tapian Dolok s. Huta Bayu Raja t. Gunung Malela u. Gunung Maligas v. Panombeian Panei w. Hatonduhan

x. Haranggaol Horison y. Jawa Maraja Bah Jambi z. Bandar Huluan

aa. Bandar Masilam bb.Pematang Silima Huta cc. Silimakuta


(24)

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integrita dan profesionalisme yang tinggi”.

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut :

a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik & prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak.

b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau alternative pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.


(25)

d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan

selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi & misinya dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan

menepati janji.

Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Peamtang Siantar yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Gambar 2.1.

Lambang Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia


(26)

Keterangan :

1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara. 2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.

3. Bentuk kapas melambangkan bersih.

4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna, yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah : a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh


(27)

seorang Kepala Kantor dibawah naungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian Utara II, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar bagian organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berikut ini :


(28)

28

STRUKTUR ORGANISASI

KPP PRATAMA PEMATANG SIANTAR

KEPALA KANTOR PELAKSANA KASUBAG UMUM FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK FUNGSIONAL PENILAI PBB

WASKON I WASKON II WASKON III KASI EKSTENSIFIKASI KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI PELAYANAN KASI PDI PELAKSANA Account Representative (AR) Account Representative (AR) Account Representative (AR)

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

PELAKSANA PELAKSANA


(29)

C. Uraian Tugas dan Fungsi

Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. 2. Subbagian Umum

Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan & penata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen


(30)

perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan piñata usahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial) tertentu.

6. Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.


(31)

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system informasi secara optimal.

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar terdiri dari 65 orang :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 1 (satu) orang b. Sub Bagian Umum 7 (tujuh) orang


(32)

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12 (dua belas) orang d. Seksi Pelayanan 13 (tiga belas) orang

e. Seksi Penagihan 6 (enam) orang f. Seksi Pemeriksaan 2 (dua) orang

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 (enam) orang h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 (tujuh) orang i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 (tujuh) orang j. Seksi Ekstensifikasi 4 (empat) orang


(33)

20

BAB II

GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19 September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan. 4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada

Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama


(34)

menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang.

Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama. Unit kerja tersebut adalah :

1. KPP Pratama Tebing Tinggi 2. KPP Pratama Kisaran

3. KPP Pratama Peatang Siantar 4. KPP Pratama Rantau Parapat 5. KPP Sibolga


(35)

6. KPP Sidempuan 7. KPP Balige 8. KPP Kabanjahe

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat

b. Siantar Barat c. Siantar Utara d. Siantar Timur e. Siantar Martoba f. Siantar Sitalasari g. Siantar Marimbun

2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean

b. Sidamanik

c. Girsang Sipangan Bolon d. Tanah Jawa

e. Dolok Panribuan f. Jorlang Hataran g. Panei

h. Raya i. Dolok Silau


(36)

j. Silou Kahean k. Raya Kahean

l. Bolok Batu Nanggar m. Siantar

n. Bandar

o. Bosar Maligas p. Ujung Padang q. Pematang Bandar r. Tapian Dolok s. Huta Bayu Raja t. Gunung Malela u. Gunung Maligas v. Panombeian Panei w. Hatonduhan

x. Haranggaol Horison y. Jawa Maraja Bah Jambi z. Bandar Huluan

aa. Bandar Masilam bb.Pematang Silima Huta cc. Silimakuta


(37)

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integrita dan profesionalisme yang tinggi”.

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut :

a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik & prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak.

b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau alternative pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.


(38)

d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan

selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi & misinya dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan

menepati janji.

Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Peamtang Siantar yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Gambar 2.1.

Lambang Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia


(39)

Keterangan :

1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara. 2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.

3. Bentuk kapas melambangkan bersih.

4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna, yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah : a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh


(40)

seorang Kepala Kantor dibawah naungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian Utara II, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar bagian organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berikut ini :


(41)

28

STRUKTUR ORGANISASI

KPP PRATAMA PEMATANG SIANTAR

KEPALA KANTOR PELAKSANA KASUBAG UMUM FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK FUNGSIONAL PENILAI PBB

WASKON I WASKON II WASKON III KASI EKSTENSIFIKASI KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI PELAYANAN KASI PDI PELAKSANA Account Representative (AR) Account Representative (AR) Account Representative (AR)

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

PELAKSANA PELAKSANA


(42)

C. Uraian Tugas dan Fungsi

Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. 2. Subbagian Umum

Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan & penata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen


(43)

perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan piñata usahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial) tertentu.

6. Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.


(44)

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system informasi secara optimal.

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar terdiri dari 65 orang :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 1 (satu) orang b. Sub Bagian Umum 7 (tujuh) orang


(45)

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12 (dua belas) orang d. Seksi Pelayanan 13 (tiga belas) orang

e. Seksi Penagihan 6 (enam) orang f. Seksi Pemeriksaan 2 (dua) orang

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 (enam) orang h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 (tujuh) orang i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 (tujuh) orang j. Seksi Ekstensifikasi 4 (empat) orang


(46)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Gambaran Pajak Secara Umum

Pajak menurut Undang-undang Nomor : 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

1. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili (asas Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.


(47)

2. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan 1. Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap Bumi dan/atau Bangunan berdasarkan Undang–undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak yang terutang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi/tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan sebagai subjek pajak tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak. Oleh sebab


(48)

itu pajak ini disebut pajak objektif. Sebagai pajak objektif mengandung pengertian bahwa timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh adanya objek pajak

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Bumi Dan Bangunan yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka (orang atau badan) yang :

a) Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau b) Memperoleh manfaat atas bumi/tanah, dan/atau c) Memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau d) Memperoleh manfaat atas bangunan.

2. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan a. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi objek dari pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan/atau bangunan.

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Dari pengertian tersebut jelas bahwa selain tanah, perairan juga merupakan objek pajak sehingga tidak heran bahwa objek-objek yang ada di perairan seperti tambang minyak lepas pantai, budidaya mutiara di laut merupakan objek dari pajak ini. Selain itu tambang-tambang di daratan baik migas maupun non-migas juga merupakan objek pajak karena memperoleh manfaat dari tubuh bumi,yang dikelolanya.

Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan mengandung arti bahwa kontruksi teknis yang tidak dilekatkan secara


(49)

tetap berarti bukan merupakan objek pajak, sehingga kapal-kapal dilaut atau di sungai yang selalu bergerak bukan merupak objek pajak. Namun restoran/rumah makan dan warung-warung terapung yang keberadaannya tetap pada suatu perairan merupakan objek pajak dimana keluasan bumi diperhitungkan melalui keluasan permukaan air yang digunakan untuk tempat objek-objek yang terapung tersebut.

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasmennya dan lain-lain yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

b. Jalan TOL c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olah raga

f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah

h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan:

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memeperoleh keuntungan.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu


(50)

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional oleh yang ditentukan Menteri Keuangan

b. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

3. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan a. Tarif Pajak

Berdasarkan pasal 5 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah tarif pajak tunggal sebesar 0,5% (lima persepuluh persen). Berdasarkan ketentuan tarif ini pajak yang dibayar selalu akan berubah sesuai dengan jumlah yang dikenakannya. Menurut Sanotoso dalam Darwin (2009:35) semakin besar jumlah yang dipakai sebagai dasar pengenaan (NJOP) semakin besar utang pajaknya, akan tetapi kenaikan tersebut diperoleh dengan persentase yang sama 0,5%.

Penerapan tarif PBB ini berlaku sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB pada tanggal 1 Januari 1986. Banyak masyarakat umum yang salah menafsirkan besarnya kenaikan PBB adalah akibat


(51)

kenaikan tarif, padahal tarif tersebut sejak tahun 1986 sampai dengan saat ini tidak berubah, tetap 0,5%. Kenaikan PBB yang terjadi setiap tahun adalah karena kenaikan dasar pengenaan PBB (NJOP PBB) akibat naiknya harga tanah ataupun kenaikan material dan upah kerja untuk bangunan.

b. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transakasi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bila mana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti.

Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatau pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang diketahui untuk memeperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi pisik objek tersebut.

Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hsil produksi objek pajak tersebut.


(52)

c. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Nilai jual kena pajak adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya. Berdasarkan pasal 6 ayat (3) Undang-undang PBB, NJKP ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tinginya 100% (seratus persen) dari NJOP. Ketentuan besarnya NJKP ini kemudian diatur dengan Peraturan Pemeruntah dan Peraturan Pemerintah yang terakhir mengenai NJKP adalah Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 yang menentapkan bahwa:

1. Objek pajak perkebunan, kehutanan dan pertamabangan sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak

2. Objek pajak lainnya:

a. Sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau lebih

b. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek Pajaknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) d. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Ketentuan NJOPTKP diatur dalam pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Undang-undang PBB, dimana penyesuaian besarnya NJOPTKP ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 bahwa besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk setiap daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan


(53)

mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah setempat. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) setinggi-tingginya Rp 12.000.000.00,00 (dua belas juta rupiah). NJOPTKP hanya diberikan pada satu objek pajak yang nilainya terbesar apabila seseorang mempunyai lebih dari satu objek pajak.

e. Formula Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan pasal 7 Undang-undang PBB besaranya pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak atau apabila dimasukkan dalam satu formula adalah sebagai berikut:

1. PBB = Tarif x NJKP atau

2. PBB = 0,5% x (20% x NJOP) atau 3. PBB = 0,5% x (40% x NJOP)

Namun karena adanya NJOPTKP maka formula di atas dapat dirubah menjadi sebagai berikut:

1. PBB = Tarif x NJKP x (NJOP-NJOPTKP) 2. PBB = 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)


(54)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkotaan dan Pedesaan

Sektor pedesaan dan perkotaan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri serta objek khusus perkotaan. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan ditentukan sebagai berikut :

a. Objek Pajak berupa tanah adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa tanah.

b. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa Bangunan.

Contoh,

Sebuah rumah milik Bapak Sujatmiko yang terletak di jalan Muttaqin RT Bah Kapul kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar dengan data dan informasi sebagai berikut (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang Siantar) :

Luas Tanah 544m2, NJOP per m2 Rp. 128000 Konversi Kelas 078

Luas Bangunan 100 m2, NJOP per m2 Rp. 823000 Konversi Kelas 023

NJOPTKP Rp. 7000000


(55)

Jawab,

Luas Tanah 544m2 x Rp. 128.000 = Rp. 69632000 Luas bangunan 100m2 x Rp. 823.000 = Rp. 82300000

__________+

NJOP = Rp. 151932000

NJOPTKP = Rp. 7000000

NJKP = Rp. 144932000

PBB,

20% x 0,5% x RP. 144.932.000 = Rp. 144932

B. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkebunan Menurut Abd.Rachman dalam Darwin (2009:45) perkebunan adalah usaha pertanian yang diusahakan dengan pengurusan yang teratur dan sistematik, penjagaan tanaman yang rapi, kawasan tanaman yang luas, pengelauaran produk yang teratur dan mengikuti jadwal.

Beradasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-50/PJ/2008 sebagaimana telah diubah dengan PER-64/PJ/2010 yang dimaksud dengan sektor perkebunan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan yang diberikan hak guna usaha perkebunan.

Penilaian untuk NJOP perkabunan menggunakan pendekatan biaya (cost approach) yang tercermin dari adanya Standar Investasi Tanaman (SIT).


(56)

Contoh,

PT. Bridgestone suatu perkebunan karet di daerah Dolok Merangir, tahun 2010dengan data dan informasi (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang Siantar)antara lain :

A. Tanah

1. Areal Kebun

a. Areal menghasilkan/produktif

Luas usia tanaman 3 tahun = 88966200 Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 14000

SIT =Rp . 2664

b. Areal belum produktif

Luas tanaman sudah di olah = 13038400

Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 14000

Luas tanaman belum di olah = 2850600 Nilai tanah dasar/m2 =Rp. 14000 c. Areal emplasmen

Luas emplasmen = 2568200

Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 64000

d. Areal lainnya

Luas tidak produktif = 910500 Nilai tanah dasar/m2 = Rp 1200

Areal jalan = 1930100


(57)

B. Bangunan

1. Pabrik/kilang = 94967m2(Rp. 595000/ m2)

2. Perkantoran = 19094m2 (595000/m2)

3. Perumahan =169964m2 (429000m2)

4. Mess/guest house = 1858m2 (429000/m2)

5. Gudang = 6118m2 (429000/m2)

6. Ruang workshop = ---

7. Sarana olah raga/rekreasi = 440m2 (310000/m2)

8. Poliklinik = 240m2 (310000/m2)

9. MCK = 800m2 (310000/m2)

Berapa besarnya PBB perkebunan tersebut ? Jawab,

A. NJOP Tanah 1. Areal Kebun

a. Areal menghasilkan/produktif

88966200 x 14000 = Rp. 1245526800000 SIT 88966200 x 2664 = Rp. 236988231500 Nilai Tanah Areal menghasilkan/produktif= Rp. 236988231500 b. Areal belum produktif

sudah di olah = 13038400 x 14000 = Rp. 182537600000 belum di olah = 2850600 x 14000 = Rp. 39908400000 Nilai Tanah Areal belum produktif = Rp. 222446000000


(58)

c. Areal emplasmen 2568200 x 64000 = Rp. 164364800000 d. Areal lainnya tidak produktif =

910500 x 1200 = Rp. 1092600000 Areal jalan = 1930100 x 14000 = Rp. 27021400000 __________________ + ___________________ + Luas Tanah 110264000 = Rp. 1897439831500 Konversi = 1897439831500 = 17209

110264000

B. NJOP Bangunan

1. Pabrik/kilang = 94967 x 595000 = Rp. 56505365000 2. Perkantoran = 19094 x 595000 = Rp. 11360930000

3. Perumahan = 169964 x 429000 = Rp. 72914556000

4. Mess/guest house = 1858 x 429000 = Rp. 797082000

5. Gudang = 6118 x 429000 = Rp. 2624622000

6. Ruang workshop --- = --- 7. Sarana olah raga = 440 x 310000 = Rp. 136400000 8. Poliklinik = 240 x 310000 = Rp. 74400000 9. MCK = 800 x 310000 = Rp. 248000000 ____________ + _______________ + Luas bangunan 293481 Rp. 144661355000 Konversi Nilai bangunan = 144661355000 = 492916


(59)

Nilai Tanah Rp. 1897439831500

Nilai Bangunan Rp. 144661355000

_______________+ Rp. 2042101186500

NJOPTKP = Rp. 6000000

_______________-NJOP Rp. 2042095186500

NJKP = 40% x 2042095186500 = Rp . 816838074600 PBB = 0,5% x 816838074600 = Rp. 4084190373

C. Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Kehutanan Menurut Wahyu dalam Darwin (2009:54) ekploitasi hutan di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem konsesi yang terdiri dari beberapa tipe yaitu :

a. Hak Pengusaha Hutan (HPH)

b. Hak Pengusaha Hasil Hutan (HPHH)

c. Hak Pengusaha Hasil Tanaman Industri (HPHTI)

Sektor kehutanan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang meliputi areal pengusahaan hutan dan budidaya hutan. Pengenaan PBB sektor kehutanan diatur melalui Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan dan khusus untuk pengenaan PBB sektor kehutanan telah di terbitkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-23/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor


(60)

KEP-16/PJ.6/1998 tersebut di atas dan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-73/PJ.6/1999 tanggal 16 Desember 1999 tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Kehutanan.

Bagi wilayah pengusahaan hutan dan budidaya hutan pemegang haknya biasanya berupa Surat Keputusan dari Pejabat yang berwenang dan pengenaan PBBnya di dasarkan kepada status dari hak yang dipegang oleh pengelolanya. Dalam hal ini pengenaan PBBnya dapat dibagi ke dalam 2 (dua) jenis yaitu :

a. Hutan yang dikelola/diusahakan oleh pemegang Hak Pengusaha Hutan (HPH), Hak Pengusaha Hasil Hutan (HPHH), Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dan Ijin lain selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI)

b. Hak Pengusaha Hutan Tanaman Industri (HPHTI) Contoh,

PT.Dwi Warna, suatu perusahaan bidang kehutanan (HPHTI) di Sumatera Utara Daerah tingkat II Simalungun dengan data dan informasi sebagai berikut (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang Siantar) :

A. Bumi

1. Areal Produktif

a. Tanah yang ditanami komoditas hutan tanaman industry dan telah menghasilkan :

Jenis tanaman Eucalyptus, luas = 11903000m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2


(61)

b. Tanah yang belum menghasilkan Jenis tanaman Eucalyptus :

Tanaman berumur 6 tahun, luas = 5414000m2 kls185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 483,78/m2 Tanaman berumur 5 tahun, luas = 6020000m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 472,65/m2 Tanaman berumur 4 tahun, luas = 3037915/m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 449,13

Tanman berumur 3 tahun, luas = 9649438m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 400,13

Tanaman berumur 2 tahun, luas = 18250000/m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 341,35

Tanaman berumur 1 tahun, luas = 22056000/m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 269,32

Area bekas tebangan, luas = 2576254m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Hutan yang akan dikembangkan


(62)

Nilai tanah per m2 = Rp 350 /m2 2. Areal tidak produktif

Luas = 83405393m2 kls 194

Nilai tanah per m2 = Rp 350/m2

3. Areal yang tidak di kenakan PBB = ---

4. Log ponds = ---

5. Areal dikuasai pihak ke III secara sah

Luas = 9410000m2

6. Tanah emplasmen, luas = 3180000m2 kls 147

Nilai tanah per m2 = Rp 10000/m2

B. Bangunan

1. Pabrik = ---

2. Perkantoran, luas = 442m2 kls 075

Nilai bangunan per m2 = Rp 575890

NJOP bangunan = Rp 595000

3. Gudang/bengkel, luas = 902m2 kls 093

Nilai bangunan per m2 = Rp 143980

NJOP bangunan = Rp 162000

4. Tangki = ---

5. Pipa = ---

6. Perumahan, luas = 1596m2 kls 081

Nilai bangunan per m2 = Rp 452500

NJOP bangunan = Rp 429000


(63)

8. Bangunan poliklinik/puskebun = --- 9. Bangunana sosial = --- 10.Bangunan instansi = --- 11.Jalan di perkeras

di lokasi perkabunan = --- 12.Lain-lain/tangki, luas = 231m2 kls 081

Nilai bangunan per m2 = Rp 429000

Berapa besarnya PBB kehutanan tersebut ? Jawab,

A. Bumi

1. Areal Produktif

a. Tanah yang di Tanami komoditas Hutan industry dan telah menghasilkan

Biaya investasi = 11903000 x 483,78 = Rp 5758433340 Nilai tanah = 11903000 x 910 = Rp 10831730000

________________+ Nilai tanah areal menghasilkan/produktif = Rp 16590163340 b. Tanah yang belum mengahsilkan

Jenis tanaman Eucalyptus Tanaman berumur 6 tahun

Biaya investasi = 5414000 x 483,78 = Rp 2619184920

Nilai tanah = 5414000 x 910 = Rp 4926740000

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 7545924920 Tanaman berumur 5 tahun


(64)

Biaya investasi = 6020000 x 472,65 = Rp 2845353000

Nilai tanah = 6020000 x 910 = Rp5478200000

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 8323553000 Tanaman berumur 4 tahun

Biaya investasi = 3037915 x 449,13 = Rp 1364418764

Nilai tanah = 3037915 x 910 = Rp 2764502650

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 4128921414 Tanaman berumur 3 tahun

Biaya investasi = 9649438 x 400,13 = Rp 3861029627

Nilai tanah = 9649438 x 910 = Rp 8760988580

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 12642018207 Tanaman berumur 2 tahun

Biaya investasi = 18250000 x 341,35 = Rp 6229637500 Nilai tanaman = 18250000 x 910 = Rp 16607500000 Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 22837137500 Tanaman berumur 1 tahun

Biaya investasi = 2205600 x 269,32 = Rp 5940121920 Nilai tanaman = 2205600 x 910 = Rp 20070096000 Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 26011081920 Area tebangan = 2576254 x 910 = Rp 2344391140 Hutan yang akan di kembangkan

Menjadi HTI = 7848000 x 910 = Rp 7141680000

2. Areal tidak produktif = 83405393 x 350 = Rp 29191887550 3. Areal yang tidak dikenakan PBB = ---


(65)

4. Log ponds = --- 5. Areal di kuasai pihak ke III secara sah = --- 6. Tanah emplasmen = 3180000 x 10000 = Rp 31800000000

_______________ ________________ Luas tanah = 182750000 Rp 168556758991 B. Bangunan

1. Pabrik = ---

2. Perkantoran = 442 x 595000 = Rp 262990000

3. Gudang/bengkel = 902 x 162000 = Rp 146124000

4. Tangki = --- 5. Pipa = ---

6. Perumahan = 1596 x 429000 = Rp 684684000

7. Sarana olah raga = ---

8. Bangunan poliklinik/baskebun/puskebun = ---

9. Bangunan social = ---

10.Bangunan instansi = ---

11.Jalan di perkeras = ---

12.Lain-lain/tangki = 231 x 429000 = Rp 99099000

_____________ ________________ Luas bangunan = 3171 = Rp 1192897000

NJOP = Tanah = Rp 168556758991

Bumi = Rp 1192897000

_______________ Rp 169749655991

NJKP = 40% x 169749655991 = Rp 67899862396 PBB = 0,5% x 6789962396 = Rp 339499312


(66)

D. Penentuan Klasifikasi Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Penentuan klasifikasi besarnya nilai jual objek pajak bumi dan bangunan, di tentukan oleh klasifikasi bumi/tanah harus memperhatikan faktor-faktor seperti letak, peruntukan, pemanfaatan, dan kondisi lingkungannya. Sedangkan dalam menentukan klasifikasi untuk bangunan harus memperhatikan faktor-faktor seperti, bahan yang digunakan, rekayasa, letak dan kondisi lingkungannya.

Dalam penentuan klasifikasi bumi dan bangunan juga di tentukan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bumi dan bangunan. Faktor yang mempengaruhi besarnya NJOP untuk bumi/tanah seperti lokasi atau letak, aksesibilitas, jarak ke jalan raya, penggunaan tanah, evaluasi, tinggi rendahnya dari permukaan jalan, bentuk tanah, luas tanah, jenis hak atas tanah, lingkungan sekitar, dan lebar depan, terutama untuk objek komersil.

Untuk mempermudah cara perhitungan pajak bumi dan bangunan, hasil penilaian baik bumi/tanah maupun bangunan selanjutnya dilakukan klasifikasi dan di golongkan berdasarkan nilai objek pajak per-m2, penggolongan klasifikasi terbagi dua, klasifikasi tanah/bumi

Klasifikasi Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah):


(67)

Kelompok A

Klas Penggolongan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

1 1 3

1 >3000000 s/d 3200000 3100000

2 >2850000 s/d 30000000 2925000

3 >2708000 s/d 2850000 2779000

4 >2573000 s/d 2708000 2640000

5 >2444000 s/d 257300 2508000

6 >2261000 s/d 2444000 2352000

7 >2091000 s/d 2261000 2176000

8 >1934000 s/d 2091000 2013000

9 >1789000 s/d 1934000 1862000

10 >1655000 s/d 1789000 1722000

11 >1490000 s/d 1655000 1573000

12 >1341000 s/d 1490000 1416000

13 >1207000 s/d 1341000 1274000

14 >1086000 s/d 1207000 1147000

15 >977000 s/d 1086000 1032000

16 >855000 s/d 977000 916000

17 >748000 s/d 855000 802000

18 >655000 s/d 748000 702000


(68)

20 >501000 s/d 573000 537000

21 >426000 s/d 501000 464000

22 >362000 s/d 426000 394000

23 >308000 s/d 362000 335000

24 >262000 s/d 308000 285000

25 >223000 s/d 262000 243000

26 >178000 s/d 223000 200000

27 >142000 s/d 178000 160000

28 >114000 s/d 142000 126000

29 >91000 s/d 114000 103000

30 >73000 s/d 91000 82000

31 >55000 s/d 73000 64000

32 >41000 s/d 55000 48000

33 >31000 s/d 41000 36000

34 >23000 s/d 31000 27000

35 >17000 s/d 23000 20000

36 >12000 s/d 17000 14000

37 >8400 s/d 12000 10000

38 >5900 s/d 8400 7150

39 >4100 s/d 5900 5000

40 >2900 s/d 4100 3500

41 >2000 s/d 2900 2450


(69)

43 >1050 s/d 1400 1200

44 >760 s/d 1050 910

45 >550 s/d 760 660

46 >410 s/d 550 480

47 >310 s/d 410 350

48 >240 s/d 310 270

49 >170 s/d 240 200

50 <= 170 140

Klasifikasi Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) : Kelompok B

Kls Penggolongan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual Permukaaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

1 2 3

1 >67390000 s/d 68760000 68545000

2 >65120000 s/d 67390000 66255000

3 >62890000 s/d 65120000 64005000

4 >60700000 s/d 62890000 61795000

5 >58550000 s/d 60700000 59625000

6 >56440000 s/d 58550000 57495000

7 >54370000 s/d 56440000 55405000

8 >52340000 s/d 54370000 53355000


(70)

10 >48400000 s/d 50350000 49375000

11 >46490000 s/d 48400000 47445000

12 >44620000 s/d 46490000 45555000

13 >42790000 s/d 44620000 43705000

14 >41000000 s/d 42790000 41895000

15 >39250000 s/d 41000000 40125000

16 >37540000 s/d 39520000 38395000

17 >35870000 s/d 37540000 36705000

18 >34240000 s/d 35870000 35055000

19 >32650000 s/d 34240000 33445000

20 >31400000 s/d 32650000 31875000

21 >29590000 s/d 31400000 30345000

22 >28120000 s/d 29590000 28855000

23 >26690000 s/d 28120000 27405000

24 >25300000 s/d 26690000 25995000

25 >23950000 s/d 25300000 24625000

26 >22640000 s/d 23950000 23925000

27 >21370000 s/d 22640000 22005000

28 >20140000 s/d 21370000 20755000

29 >18950000 s/d 20140000 19545000

30 >17800000 s/d 18950000 18375000

31 >16690000 s/d 17800000 17245000


(71)

33 >14590000 s/d 15620000 15105000

34 >13600000 s/d 14590000 14095000

35 >12650000 s/d 13600000 13125000

36 >11740000 s/d 12650000 12195000

37 >10870000 s/d 11740000 11305000

38 >10040000 s/d 10870000 10455000

39 >9250000 s/d 1040000 9645000

40 >8500000 s/d 9250000 8875000

41 >7790000 s/d 8500000 8145000

42 >7120000 s/d 7790000 7455000

43 >6490000 s/d 7120000 6805000

44 >5900000 s/d 6490000 6195000

45 >5350000 s/d 5900000 5625000

46 >4840000 s/d 5350000 5095000

47 >4370000 s/d 4840000 4605000

48 >3940000 s/d 4370000 4155000

49 >3550000 s/d 3940000 3745000


(72)

Klasifikasi Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan : Kelompok A

Klas

Penggolongan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

1 >1034000 s/d 1366000 1200000

2 >902000 s/d 1034000 968000

3 >744000 s/d 902000 823000

4 >656000 s/d 744000 700000

5 >534000 s/d 656000 595000

6 >476000 s/d 534000 505000

7 >382000 s/d 476000 429000

8 >348000 s/d 382000 365000

9 >272000 s/d 348000 310000

10 >256000 s/d 272000 264000

11 >194000 s/d 256000 225000

12 >188000 s/d 194000 191000

13 >136000 s/d 188000 162000

14 >128000 s/d 136000 132000

15 >104000 s/d 128000 116000

16 >92000 s/d 104000 98000

17 >74000 s/d 92000 83000

18 >68000 s/d 74000 71000

19 >52000 s/d 68000 60000

20 <= 52000 50000

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

Salah satu unsur dasar di dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan yang selalu dikeluhkan oleh masyarakat wajib pajak dan muaranya berupa pengajuan keberatan dari masyarakat adalah besarnya NJOP. Sebagaimana di ketahui NJOP adalah merupakan dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan. Semakin besar NJOP maka akan semakin besar ketetapan PBB yang harus dibayar oleh para wajib pajak. Besar kecilnya NJOP diperoleh dari hasil penilaian di lapangan yang dilakukan oleh petugas lapangan, khususnya petugas pendata dan penilai. NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan tidak terdapat


(73)

transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.

Penetapan Nilai Jual Objek Pajak dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : a. Pendekatan Data Pasar (Perbandingan Harga)

Pendekatan Data Pasar (Perbandingan Harga) dalam istilah asingnya disebut dengan Maeket Data/Sales Comparison Approach adalah suatu pendekatan dimana untuk menentukan nilai suatu properti (dalam hal ini berupa tanah dan/atau bangunan) dengan jalan membandingkan properti yang akan dinilai dengan properti lain yang sejenis (properti pembanding) yang telah dikatahui nilai jualnya.

b. Pendekatan Biaya

Penentuan nilai suatu properti dengan pendekatan biaya ini adalah dengan mengitung seluruh biaya yang digunakan untuk membangun properti yang bersangkutan dikurangi dengan penyusutan kemudian ditambahkan dengan nilai tanahnya. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menghitung nilai bangunan. Setelah diperoleh nilai bangunan kemudian dijumlahkan dengan nilai tanah sehingga diperoleh nilai properti secara keseluruhan. Pendekatan biaya ini berdasarkan suatu asumsi bahwa nilai suatu properti sama dengan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu properti sejenis yang di inginkan.

c. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan Pendapatan (income Approach) adalah merupakan dimana untuk menentukan nilai suatu properti berdasarkan kepada kemampuan suatu properti untuk mendatangkan penghasilan. Pendekatan ini digunakan terhadap properti-poperti yang menghasilkan pendapatan seperti hotel, restoran, gedung


(74)

perkantoran yang disewakan dan lain-lain. Untuk menentukan nilai properti-propeti tersebut adalah dengan cara mengkapitalisasikan pendapatan bersih dari properti yang bersangkutan dengan suatu angka kapitalisasi tertentu. F. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Realisasi pajak bumi dan bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar terlihat pada tabel dibawah ini :

No

SEKTOR

2008

%

2009

%

2010

% REALISASI REALISASI REALISASI

1 Pedesaan 4812272130 85 4901760809 87 5150605603 90

2 Perkotaan 8382482972 90 9215061422 95 9523761422 95

3 Perkebunan 35336892265 100 37786342580 100 37136176463 100

4 Kehutanan 289403574 100 312250698 100 333882185 100

5 PBB 48821050941 375 52215415509 382 52144425673 385

Berdasarkan table di atas, realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun 2008 sektor pedesaan adalah sebesar 4812272130, sehingga persentasenya mencapai 85% , dari sektor perkotaan adalah sebesar 8382482972, sehingga persentasenya mencapai 90%, dari sektor Perkebunan adalah sebesar 35336892265, sehingga persentasenya mencapai 100%, dari sektor kehutanan adalah sebesar 289403574, sehingga persentasenya mencapai 100%.

Maka jumlah PBB pada tahun 2008 mencapai 48821050941 dengan jumlah persentase sebesar 375% Realisasi penerimaan PBB pada tahun 2009, pada sektor pedesaan adalah 4901760809, sehingga persentasenya sebesar 87%, dari sektor perkotaan adalah sebesar 9215061422 sehingga persentasenya sebesar 95%, dari sektor perkebunan adalah sebesar 37786342580, sehingga


(75)

persentasenya sebesar 100%, dari sektor kehutanan adalah 289403574, sehingga persentasenya sebesar 100%.

Maka jumlah PBB pada tahun 2009 mencapai 52215415509 dengan jumlah persentase sebesar 382% Realisasi penenrimaan PBB pada tahun 2010, pada sektor pedesaan adalah 5150605603, sehingga persentasenya sebesar 90%, dari sektor perkotaan adalah sebesar 9523761422, sehingga persentasenya sebesar 95%, dari sektor perkebunan adalah 37136176463, sehingga persentasenya sebesar 100%, dari sektor kehutanan adalah sebesar 333882185, sehingga persentasenya sebesar 100%.

Maka jumlah PBB pada tahun 2010 sebesar 52144425673 dengan jumlah persentase sebesar 385%


(1)

perkantoran yang disewakan dan lain-lain. Untuk menentukan nilai properti-propeti tersebut adalah dengan cara mengkapitalisasikan pendapatan bersih dari properti yang bersangkutan dengan suatu angka kapitalisasi tertentu. F. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Realisasi pajak bumi dan bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar terlihat pada tabel dibawah ini :

No SEKTOR 2008 % 2009 % 2010 %

REALISASI REALISASI REALISASI

1 Pedesaan 4812272130 85 4901760809 87 5150605603 90 2 Perkotaan 8382482972 90 9215061422 95 9523761422 95 3 Perkebunan 35336892265 100 37786342580 100 37136176463 100 4 Kehutanan 289403574 100 312250698 100 333882185 100 5 PBB 48821050941 375 52215415509 382 52144425673 385

Berdasarkan table di atas, realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun 2008 sektor pedesaan adalah sebesar 4812272130, sehingga persentasenya mencapai 85% , dari sektor perkotaan adalah sebesar 8382482972, sehingga persentasenya mencapai 90%, dari sektor Perkebunan adalah sebesar 35336892265, sehingga persentasenya mencapai 100%, dari sektor kehutanan adalah sebesar 289403574, sehingga persentasenya mencapai 100%.

Maka jumlah PBB pada tahun 2008 mencapai 48821050941 dengan jumlah persentase sebesar 375% Realisasi penerimaan PBB pada tahun 2009, pada sektor pedesaan adalah 4901760809, sehingga persentasenya sebesar 87%, dari sektor perkotaan adalah sebesar 9215061422 sehingga persentasenya sebesar 95%, dari sektor perkebunan adalah sebesar 37786342580, sehingga


(2)

persentasenya sebesar 100%, dari sektor kehutanan adalah 289403574, sehingga persentasenya sebesar 100%.

Maka jumlah PBB pada tahun 2009 mencapai 52215415509 dengan jumlah persentase sebesar 382% Realisasi penenrimaan PBB pada tahun 2010, pada sektor pedesaan adalah 5150605603, sehingga persentasenya sebesar 90%, dari sektor perkotaan adalah sebesar 9523761422, sehingga persentasenya sebesar 95%, dari sektor perkebunan adalah 37136176463, sehingga persentasenya sebesar 100%, dari sektor kehutanan adalah sebesar 333882185, sehingga persentasenya sebesar 100%.

Maka jumlah PBB pada tahun 2010 sebesar 52144425673 dengan jumlah persentase sebesar 385%


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mekanisme penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan tata cara penghitungan pajak bumi dan bangunan yang berdasarkan Undang Nomor 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 yang terdiri dari sector perkotaan dan pedesaan, sector perkebunan, sector kahutanan, sector perikanan, dan sector pertambangan.

2. Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan yang melekat secra tetap baik di permukaan bumi atau tanah maupun di perairan.

3. Subjek PBB adalah orang pribadi maupun badan yang secara nyata : a. Mempunyai suatu hak atas bumi dan bangunan

b. Memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan c. Memiliki dan menguasai bumi dan bangunan d. Memperoleh manfaat bumi dan bangunan

4. Tariff yang dikenakan atas PBB adalah tariff tunggal sebesar 0,5% dengan formula

PBB = 0,5% x persentase NJKP (NJOP-NJOPTKP) 5. Dasar penghitungan PBB adalah NJKP

Besarnya NJKP adalah :

a. Objek pajak perkebunan adalah 40% b. Objek pajak kehutanan adalah 40%


(4)

c. Objek pajak Perikanan adalah 40% d. Objek pajak pertambangan adalah 40% e. Objek pajak perkotaan dan pedesaan adalah

Apabila NJOPnya ≥ 1000000000 adalah 40% Apabila NJOPnya < 1000000000 adalah 20%

6. Tahun, saat, dan tempat terutangnya PBB adalah jangka waktu 1 tahun takwim atau tahun kalender tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Saat menentukan pajak terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.

7. Klasifikasi PBB adalah klasifikasi atas tanah dan bangunan yang memperhatikan letak, peruntukan, pemanfaatan, dan kondisi lingkungan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998 8. Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya NJOP adalah Pendekatan Data

Pasar (Market Approach), Pendekatan Biaya (Cost Approach), dan Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

9. Realisasi penerimaan PBB pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 48821050941 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi Rp. 52215415509 pada tahun 2010 penerimaan PBB pada KPP Pratama Pematang Siantar mengalami penurunan menjadi Rp. 52144425673

B. Saran

Dalam melaksanakan mekanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan pada Kantor Pelayanan Pratama Pematang Siantar dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 yang memperoleh hasila


(5)

yang optimal, maka yang perlu diperhatikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar adalah :

1. Diperlukannya penambahan SDM, sarana dan prasarana yang kurang memadai pada KPP Pratama Pematang Siantar yaitu dengan menyediakan ruang konsultasi untuk Wajib Pajak, menyediakan ruang tunggu untuk Wajib Pajak, memperbesar gedung kantor sehingga kinerja pegawai tidak terbatasi. 2. Untuk para staf pegawai yang sudah bekerja di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Pematang Siantar untuk dapat terus meningkatkan kinerjanya agar lebih produktif dan terarah melalui pendidikan formal maupun pendidikan lainnya.

3. Untuk menimbulkan kesadaran, kepatuhan agar wajib pajak tidak mengelak atau menghindari pajak, maka harus dilakukan penyuluhan dan sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak guna mempermudah wajib pajak melakukan kewajiban perpajakannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Darwin, 2009, Pajak Bumi dan Bangunan Dalam Tataran Praktis, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Rusdji, Muhammad, 2008, PBB, BPHTB, & BEA METERAI Edisi Kedua, PT. Indeks, Jakarta.

Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

___________, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

___________,Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

___________,KMK 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP sebagai dasar Pengenaan PBB

___________,PP 48/1997 tentang Besarnya NJKP untuk perhitungan PBB ___________,SE-43/PJ.6/2003 tentang penyesuaian besarnya NJOPTKP PBB