4.1.1 Tema
Tema adalah ide pokok pengarang dalam membuat suatu karya sastra yang ingin disampaikan kepada pembaca. Cao Xueqin dalam novelnya mengangkat
tema “kedudukan perempuan terhadap sistem feodal”. Masyarakat feodal adalah masyarakat yang mengutamakan kaum laki-laki dan merendahkan kaum
perempuan. Perempuan tidak berhak mendapat pendidikan. Hanya keluarga kaya yang mampu menggaji guru untuk mengajar perempuan di rumahnya.
Pada novel Impian di Bilik Merah ada tiga sistem feodalisme, yang pertama yaitu sistem ujian negara. Sistem ujian negara adalah satu-satunya jalan
untuk menjadi pejabat. Maka, laki-laki harus rajin belajar Konghucuisme dan Menghucuisme yang pada masa feodal menjadi filsafat dominan di Tiongkok.
Pada masa feodal jika seorang laki-laki rajin belajar, lulus ujian negara dan menjadi pejabat akan dianggap sukses dan merupakan cita-cita umum. Hal itu
tertulis pada kutipan-kutipan berikut: Di ibu kota, Yu Cun lulus ujian dengan nilai tinggi sekali,
sehingga memperoleh gelar Jin Shi. Ia lalu ditugaskan di beberapa daerah, dan setelah bertugas sebgai hakim, akhirnya ia diangkat
menjadi Kepala Daerah Ru Zhou. Impian di Bilik Merah, 2014:33.
Lin Ruhai sendiri memperoleh jabatan sebagai Komisaris Perdagangan Garam setelah berhasil lulus Ujian Negara. Karena
hasil nilai ujiannya bagus sekali, ia memperoleh gelar tanhua, gelar peringkat kedua terbaik dalam Ujian Negara. Impian di Bilik Merah,
2014:34 dan 36.
Untuk mencapai
cita-citanya, Jia
Zheng berusaha
meningkatkan kedudukannya dengan mengikuti Ujian Negara. Impian di Bilik Merah, 2014:42-43.
Yang kedua adalah sistem perkawinan. Perkawinan tidak boleh ditentukan sendiri. Sebagai anak tidak berhak minta menikah dengan orang lain karena orang
Universitas Sumatera Utara
tualah yang akan menentukan. Jika orang tua sudah meninggal, tanggung jawab ini terletak pada kakak sulung. Pada novel diceritakan bahwa Lin Daiyu agak
khawatir pernikahannya dengan Baoyu karena orang tuanya sudah meninggal, sedangkan dia tidak memiliki kakak. Oleh karena itu, hak ini terletak pada
neneknya, yaitu Jia Mu atau disebut sebagai Nyonya Besar. Jika Nyonya Besar tidak menyetujui pernikahan Baoyu dan Daiyu, mereka tidak boleh menikah.
Pernikahan kekerabatan tidak dilarang, melainkan sangat populer di masyarakat pada saat itu. Pernikahan kekerabatan yang terjadi di 4 keluarga itu
dengan tujuan memperkokoh kekuatan keluarganya. Hal ini terlihat di dalam novel, seperti Wang Xifeng dengan Jia Lian. Wang Xifeng adalah keponakan ibu
Baoyu yang dikenal dengan sebutan Nyonya Wang, sedangkan Jia Lian adalah keponakan Jia Zheng, ayah dari Baoyu. Selain itu ada pula Baoyu yang akan
dijodohkan dengan Lin Daiyu dan Xue Baochai. Keduanya adalah saudara sepupu Baoyu. Hal itu tertulis pada kutipan berikut:
Mendengar kata-kata Xifeng, Lin Daiyu menukas sambil tertawa, “Coba kalian dengar kata-katanya. Baru saja dia memberi
kita sedikit teh, langsung meminta ganti.” “Seharusnya begitu,” ujar Xifeng. “Bukankah kau telah
menerima teh kami? Tapi kenapa kau tidak mau menjadi menantu kami?” Impian di Bilik Merah, 2014:366.
Yang ketiga adalah sistem tingkat sosial. Perempuan yang menjadi selir kaisar kedudukannya jauh lebih tinggi dari orang tua dan neneknya meskipun
nenek dan orang tua lebih tua generasinya, Untuk itu, harus dibangun rumah baru sebagai pengganti rumah lama yang tidak memasang nama kedudukan seorang
selir.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa feodal, kaum perempuan diindoktrinasi sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem nilai untuk menanamkan perilaku tertentu
bahwa jika seorang perempuan menikah lagi sesudah suaminya meninggal, maka dianggap tidak suci lagi. Tetapi jika tidak menikah lagi dan menjaga kesucian diri
maka akan dihormati orang. Kedudukan budak sangat rendah. Di keluarga kaya, tuan muda dan nona
masing-masing dicarikan ibu susu dan Ya Tou, panggilan untuk budak perempuan, yang usianya hampir sama dengan tuan muda dan nona tersebut. Tugasnya adalah
melayani berganti pakaian, membawakan makanan dan minuman. Tugas lainnya yaitu sebagai teman cerita tuan muda dan nona. Seorang Ya Tou dapat dijadikan
Ya Tou Tong Fang atau budak kesayangan jika pemiliknya suka padanya. Bahkan, Ya Tou Tong Fang lebih menderita karena selain melayani pemiliknya dalam
kehidupan sehari-hari, dia juga harus melakukan hubungan intim dengan pemilik laki-lakinya. Pada hakikatnya, Ya Tou Tong Fang tetap seorang budak,
kedudukannya lebih rendah dari gundik. Seorang gundik mempunyai Ya Tou untuk melayaninya meskipun dia bukan istri yang dapat dibenarkan sepenuhnya.
asal istri yang resmi belum meninggal, gundik tidak ada kesempatan menjadi istri yang resmi. Di depan istri resmi dan suaminya, gundik adalah budak. Di depan Ya
Tou dan pelayan lain, gundik baru mempunyai kesempatan berlaku sebagai majikan. Hal itu tertulis pada kutipan berikut:
Karena Lin Daiyu hanya membawa seorang pelayan muda bernama Xue
Yan, “Itik Salju”, Nyonya Besar lalu memberinya Ying Ge, “Tekukur Ungu”, sebagai teman.
Lin Daiyu pun diberi empat orang pengasuh dan lima pelayan untuk melakukan segala macam pekerjaan, sama seperti cucu
Nyonya Besar yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Pengasuh Baoyu bernama Li Ma. Pelayannya yang bernama Xiren, alias “Semerbak Harum”, juga merupakan pelayan
kesayangan Nyonya Besar. Impian di Bilik Merah, 2014:68.
Mula-mula Xiren menolaknya, tetapi setelah didesak, akhirnya ia menyetujui. Apalagi, ia pun tahu bahwa akhirnya ia akan
menjadi selir Baoyu. Sejak itu, Baoyu menjadi lebih menyayanginya. Xiren pun melayani tuan mudanya dengan lebih patuh lagi. Impian
di Bilik Merah, 2014:108-109.
4.1.2 Penokohan dan Perwatakan