Kajian Struktural Teori Karl Marx

2.2.2 Kajian Struktural

Kajian struktural sangat penting dalam analisis karya sastra karena di dalamnya suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Tanpa analisis struktural tersebut kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya tersebut tidak dapat diketahui. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra Teeuw dalam Sugihastuti, 2002:44. Analisis struktural adalah bagian prioritas pertama sebelum diterapkannya analisis yang lain. Teeuw 1984:135, mengatakan analisis strukturalisme bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, sedetail mungkin, dengan keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh. Analisis struktural bukanlah penjumlahan unsur-unsur yang membangun, yang penting justru sumbangan yang diberikan unsur-unsur tersebut pada keseluruhan makna makna totalitas dalam keterkaitan dan keterjalinan.

2.2.3 Hakikat Feminisme dalam Sastra

Lahirnya karya sastra yang mengangkat persoalan tentang kaum perempuan, menjadi tanda bahwa gerakan feminisme telah mengalami banyak perkembangan, tidak hanya dalam bidang hukum dan politik saja. Gerakan feminisme telah masuk ke dalam dunia fiksi, seperti karya sastra, baik itu prosa, puisi, maupun novel. Bahkan tidak hanya kaum perempuan saja yang menuliskan tentang persoalan perempuan dalam karya sastra, namun ada juga kaum laki-laki yang menuliskannya. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya gerakan feminisme dalam karya sastra, juga menjadikan dunia sastra khususnya dalam ilmu sastra mengalami perkembangan. Hadirnya karya sastra yang memuat tentang persoalan-persoalan perempuan menjadikan karya sastra dapat dianalisis berdasarkan gerakan feminis.

2.2.3.1 Pengertian Feminisme

Secara etimologis feminis berasal dari kata femme woman, berarti perempuan tunggal yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan jamak, sebagai kelas sosial Ratna, 2004:184. Tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender. Dalam pengertian yang paling luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial umumnya. Dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminis dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi. Feminisme merupakan suatu gerakan yang berangkat dari kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan didiskriminasi. Namun feminisme masa kini juga dimaknai dengan suatu perjuangan untuk mencapai kesederajatan kesetaraan harkat, dan kebebasan perempuan untuk memilih dalam mengelola kehidupan dan tubuhnya, baik di dalam maupun di luar rumah tangga. Oleh karena itu, kaum perempuan tidak hanya menuntut dan berjuang demi “persamaan” bagi perempuan, tetapi demi suatu masyarakat yang adil serta sama haknya, baik bagi perempuan maupun bagi lelaki. Dengan realitas demikian, Universitas Sumatera Utara kritik sastra feminisme dapat dipahami keberadaannya sebagai suatu bentuk dengan cara yang tersendiri, mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan, terutama dengan metode yang khas ketika sistem kekuasaan memperlakukan “perempuan” secara tidak pada tempatnya menindas, melecehkan, tidak mau menghargai. Dalam arti leksikal, feminisme ialah gerakan wanita yang berusaha dan menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria KBBI, 2005:139. Feminisme menurut Goefe dalam Sugihastuti, 2002:140 ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita.

2.2.3.2 Aliran-Aliran dalam Feminisme

Gender merupakan fenomena sosial yang memiliki kategori analisis yang berbeda-beda. Pada dasarnya komitmen dasar kaum feminis adalah terwujudnya kesetaraan dan menolak ketidakadilan terhadap perempuan. Sehingga muncul perbedaan pandangan antarfeminis terhadap persoalan gender yang akan dibangun. Dari perbedaan pandangan tersebut melahirkan aliran-aliran feminisme. Aliran feminisme merupakan gambaran dinamika wacana feminisme. Berikut ini dasar- dasar aliran feminisme yang telah mempengaruhi perkembangan feminisme sebagai pemikiran akademis maupun gerakan sosial menurut Kadarusman 2005:27. Feminisme Liberal menyatakan bahwa akar penindasan perempuan terletak pada tidak adanya hak yang sama, untuk memajukan dirinya dan peluang Universitas Sumatera Utara pembudayaan yang sama. Perempuan mendapat diskriminasi hak, kesempatan, dan kebebasannya hanya karena ia perempuan. Untuk melawannya ia mengajukan kesetaraan antara pria dan perempuan. Para feminis liberal menolak otoritas patriarkal yang dijustifikasi dogma agama, menolak perlakuan khusus yang diberikan pada perempuan. Tetapi masih mengakui perbedaan fungsi reproduksi, bagaimanapun fungsi reproduksi bagi perempuan akan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Feminisme Radikal perintisnya adalah Charlotte Perkins Gilman, Emma Goldman dan Margarret Sanger. Mereka mengatakan bahwa perempuan harus melakukan kontrol radikal terhadap tubuh dan kehidupan mereka. Feminisme radikal kontemporer berkembang pesat pada tahun 1960-1970an di New York, AS. Aliran ini melihat penindasan perempuan bukan sebagai produk kapitalisme melainkan bersumber dari semua sistem penindasan. Aliran ini radikal karena memfokuskan pada akar dominasi pria dan klaim bahwa semua bentuk penindasan adalah perpanjangan dari supremasi pria. Feminisme Marxis dapat dikatakan sebagai kritik terhadap feminisme liberal. Karya Friedrich Engels, The Origins of the Family, Private Property and The State, yang ditulis pada tahun 1884 merupakan awal mula pemikiran Marxis tentang penyebab penindasan perempuan. Penindasan terhadap perempuan bukan akibat tindakan individual yang disengaja melainkan hasil dari struktur politik, sosial dan ekonomi yang dibangun dalam sistem kapitalisme. Argumentasi kaum Marxis didasarkan kepada persoalan ketidakadilan dalam pembagian kerja dan status kepemilikan. Universitas Sumatera Utara Feminisme Sosialis memahami penindasan terhadap perempuan melalui sudut pandang teori epistimologi yang mendalilkan bahwa semua pengetahuan mempresentasikan kepentingan dan nilai-nilai kelompok sosial tertentu. Komitmen dasar feminisme sosialis adalah mengatasi penindasan kelas. Menurut aliran sosialis, konsep the personal is political dalam aliran feminisme radikal dapat memperluas konsep Marxis tentang dasar-dasar material suatu masyarakat, untuk memasukkan reproduksi sama dengan produksi. Asmaeny Azis 2007:93 menambahkan satu lagi macam aliran feminisme, yaitu aliran feminisme postmodernis. Feminisme postmodernis adalah mereka yang kecewa atas bangunan modernisme, karena perempuan tidak mendapat kedudukan yang sama dalam rangka publik dan konstruksi sosial.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori, yaitu landasan yang berupa hasil perenungan terdahulu yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian dan bertujuan mencari jawaban secara ilmiah Jabrohim, 2001:16. Dalam sebuah penelitian dibutuhkan teori yang menjadi landasan teori. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Karl Marx yang mana pada teori feminismenya berfokus pada penindasan perempuan karena perbedaan jenis kelamin.

2.3.1 Teori Karl Marx

Karl Heinrich Marx 5 Mei 1818-14 Maret 1883 adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Marx menulis Universitas Sumatera Utara banyak hal semasa hidupnya. Dia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas Wikipedia. Karl Marx memandang bahwa sejatinya aktor utama yang berperan penting dalam kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah kelas-kelas sosial. Keterasingan yang dialami manusia pun sesungguhnya adalah hasil penindasan satu kelas oleh kelas lainnya. Kelas-kelas yang dimaksud adalah kelas atas dan kelas bawah. Biasanya, yang termasuk dalam kelas atas adalah kaum Borjuis atau kapitalis, seperti para bangsawan. Kedua, kelas bawah, yaitu kelas yang bekerja untuk pemilik alat-alat produksi. Alat produksi yang dimaksudkan disini adalah segala hal yang dapat menghasilkan sebuah komoditas yang merupakan barang kebutuhan masyarakat. Kebanyakan yang termasuk dalam kelas bawah adalah kaum Proletar atau pekerja, seperti budak yang bekerja di tempat bangsawan Abidin, 2011:120. Pada pembagian kelas ini, Karl Marx memberi perhatian lebih terhadap ketidakadilan yang terjadi di antara kedua kelas tersebut. Pasalnya, kaum Borjuis melaksanakan kegiatan yang eksploitatif terhadap kaum Proletar. Disebut eksploitatif karena kaum borjuis membeli tenaga yang dimiliki kaum Proletar dengan harga yang tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatnya. Padahal sejatinya yang menjual jasa adalah kaum Proletar, namun yang mendapat keuntungan justru kaum Borjuis Jackson dan Sorensen, 2009:239. Marxisme merupakan paham yang berasal dari pandangan Karl Marx. Marxisme adalah paham yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum Proletar untuk melawan kaum Borjuis. Universitas Sumatera Utara Jika dilihat dari keadaan kaum Proletar yang tidak memiliki apa-apa demi memperoleh alat produksi tersebut mereka harus bekerja pada kaum Borjuis dan pada saat inilah kaum Borjuis memanfaatkan kebutuhan dan kelemahan dari kaum Proletar untuk menindasnya. Dengan kata lain kaum Borjuis yang mempunyai kekuasaan bisa menindas kaum Proletar sesuka hatinya. Disinilah peran dari teori Marxisme sebagai paham yang diciptakan oleh Marx untuk membela dan berpihak pada kaum Proletar. Teori ini ada karena adanya perlakuan tidak adil yang dialami oleh kaum Proletar. Marx berusaha mengangkat kaum Proletar dari penindasan sehingga kaum Proletar bisa menjadi pemilik alat produksi.

2.3.2 Feminisme Marxis

Dokumen yang terkait

Analisis Tokoh Jia Baoyu Pada Novelhónglóumèng Karya Cao Xueqin

0 89 113

Analisis Tokoh Utama Pada Novel Putri Huan Zhu 1 Karya Chiung Yao Berdasarkan Pendekatan Struktural (小说《还珠格格》中小燕子和 夏紫薇的性恪研究) (Xiǎoshuō “huán zhū gégé” zhōngxiǎo yànzi hé xià zǐwēi dì xìng kè yánjiū)

1 101 83

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 1 9

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 2

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 9

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 15

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī Chapter III V

1 2 40

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 3

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 35

Lampiran I Sinopsis Novel Hongloumeng Karya Cao Xueqin

1 1 30