patokan atau pedoman dalam penerimaan petugas pemadam kebakaran. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tugas pemadaman kebakaran dapat berlangsung secara
tepat guna, tepat sasaran dan tepat tindakan ketika bertugas di lapangan. Selain itu sebaiknya petugas pemadam kebakaran memiliki jabatan sesuai
dengan pelatihan yang telah diperoleh, misalnya : jabatan pemadam 1 harus mampu memadamkan kebakaran dengan APAR, menggunakan peralatan pemadaman jenis
hidran, melaksanakan P3K dan melaksanakan sistem tali temali untuk pengamanan dan penyelamatan korban. Jabatan pemadam 2 harus mampu melaksanakan operasi
ventilasi asap bangunan rendah, melaksanakan prosedur penyelamatan, melaksanakan prosedur pemutusan aliran gas dan listrik serta menentukan asal titik api dan dampak
kebakaran DEPDAGRI, 2009. Adapun evaluasi untuk mengetahui bahwa materi yang diberikan telah
dipahami oleh petugas yang mengikuti pelatihan menurut keterangan pihak DP2K Kota Medan, yaitu dengan memberikan pertanyaan secara lisan mengenai materi
yang diberikan, ketika petugas melakukan simulasi dan ketika bertugas di lapangan. Namun sebaiknya evaluasi tidak hanya dilakukan secara lisan, tetapi juga dengan
tulisan hasil penilaian yang diperoleh merata kepada seluruh petugas yang mengikuti pelatihan
5.3. Risiko di Perjalanan
Dari hasil wawancara peneliti memeroleh informasi bahwa risiko dari pekerjaan petugas pemadam kebakaran sebagian besar terjadi pada saat mereka di
perjalanan menuju lokasi kebakaran, yaitu risiko lalu lintas, misalnya tabrakan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun akibat yang dapat ditimbulkan dari tabrakan tersebut yaitu luka parah bahkan meninggal dunia.
Berdasarkan keterangan informan dapat disimpulkan bahwa kecelakaan di perjalanan dapat terjadi dikarenakan mereka menempuh perjalanan dengan kecepatan
tinggi untuk segera mencapai lokasi kebakaran. Jumlah kendaraan di Kota Medan yang semakin meningkat menyebabkan petugas mengalami kesulitan untuk mencapai
lokasi kebakaran dengan aman. Selain itu tabrakan dengan sesama mobil pemadam
yang pernah terjadi dikarenakan satu mobil pemadam kembali dari lokasi kebakaran menuju kantor DP2K Kota Medan untuk melakukan pengisian ulang air sedangkan
mobil pemadam yang lain menuju lokasi kebakaran dengan kecepatan tinggi serta suara sirine mobil pemadam lain yang saling tidak terdengar dan banyaknya
bangunan tinggi disekitar persimpangan jalan mengakibatkan kedua mobil tidak saling mengetahui keberadaan masing-masing dan mengakibatkan tabrakan
dipersimpangan jalan. Menurut pihak DP2K Kota Medan tidak ada syarat batasan kecepatan
maksimal yang diperbolehkan untuk mobil pemadam ketika menuju lokasi kebakaran karena petugas harus secepat mungkin untuk tiba di lokasi. Namun tetap harus
mengutamakan keselamatan daripada kecepatan dalam menuju lokasi yaitu dengan menghidupkan sirine dan lampu rotari,
menjaga jarak kendaraan satu dengan kendaraan yang lain serta menghindarkan saling mendahului diantara sesama unit
mobil pemadam guna mencegah terjadinya kecelakaan atau tabrakan. Kerja sama dengan Dinas Perhubungan dan pihak kepolisian setempat dapat
membantu mengurangi hambatan yang dialami petugas ketika menuju lokasi
Universitas Sumatera Utara
kebakaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menertibkan pengguna kendaraan sewaktu mobil pemadam kebakaran melintas.
5.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri