5. Orang yang cepat bosan. 6. Orang yang sudah menunjukkan perilaku anti sosial sejak usia dini.
7. Pengaruh terhadap keluarga korban narkoba. 8. Kurang sopan santun dan melawan kepada orang tua Setiadji Sutarmo, 2006.
2.1.13. Langkah-langkah yang Dapat Dipersiapkan dalam Rangka Prevensi dan
Promosi akan Bahaya Penyalahgunaan NAPZA 1.
Program Informasi
Hati-hati mengemukakan sesuatu secara sensasional, karena justru akan menarik bagi mereka untuk menguji keberaniannya. Teknik menakut-nakuti hanya efektif
dalam keadaan terbatas. Materi dan cara memberikan informasi hendaklah sesuai dengan penerima informasi. Suatu pesan yang sama sifatnya, misalnya pesan
melalui media massa akan diterima oleh berbagai kelompok dalam masyarakat yang berbeda-beda, bisa diartikan secara berbeda pula, sehingga timbul dampak
yang tidak diinginkan.
2. Program Pendidikan Efektif
Bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, mendewasakan kepribadian, meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang bijak, mengatasi
tekanan mental secara efektif, meningkatkan kepercayaan diri, menghilangkan gambaran negatif mengenai diri sendiri dan meningkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal.
Universitas Sumatera Utara
3. Program Penyediaan Pilihan yang Bermakna
Konsep ini bertujuan untuk mengalihkan penggunaan NAPZA kepada pilihan lain yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi kebutuhan manusiawi
yang mendasar, fisik maupun psikologis. Kebutuhan yang dimaksud antara lain kebutuhan “ingin tahu”, kebutuhan mengalami hal-hal baru dalam hidupnya,
kebutuhan terbentuknya identitas diri, kebutuhan akan bebas berfikir dan berbuat, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan diri diterima dalam kelompok.
4. Pengenalan Dini dan Intervensi Dini
Mengenal dengan baik ciri-ciri anak yang mempunyai resiko tinggi akan penggunaan obat, termasuk mereka yang telah berada dalam taraf eksperimental.
Segera memberikan dukungan moril bilamana anak mengalami menghadapi masa krisis dalam hidupnya. Di sini sangat penting peran guru BP dan orang tua.
Bila tak teratasi segeara dirujuk ke tenaga ahli.
5. Program Latihan Keterampilan Psikososial
Latihan ini diterapkan atas dasar teori bahwa gangguan penggunaan obat merupakan perilaku yang dipelajari seseorang dalam lingkup pergaulan sosialnya
dan mempunyai maksud dan makna tertentu bagi yang bersangkutan. Yang tergolong dalam pelatihan ini antara lain:
a. Psychological Inoculation : dalam pelatihan ini diputar film yang memperlihatkan bagaimana remaja mendapat tekanan dari pergaulannya agar
ia merokok. Lalu dikembangkan sikap menentang dorongan dan tekanan untuk merokok itu. Dalam hal ini dikemukakan persepsi yang salah mengenai
Universitas Sumatera Utara
rokok dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh rokok baik bagi perokok sesaat maupun kronis.
b. Personal and Social Skill Training : kepada remaja dikembangkan suatu keterampilan dalam menghadapi problema hidup menyebabkan mereka
mampu menolak suatu ajakan just say “NO” serta mengembangkan keberanian dan keterampilan untuk mengekspresikan kebenaran sehingga ia
terbebas dari bujukan atau tekanan kelompoknya. Kumalasari Intan, 2012
2.2 Remaja
Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh growth spurt, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas
dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya, tingkat tercapainya
potensi biologiknya, tingkat tercapainya potensi biologik remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biologi, psikologi, dan sosial
biopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja. Sering kali dalam pembahasan soal remaja
digunakan istilah pubertas dan adolesen. Istilah pubertas untuk menyatakan perubahan digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi
dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak-anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak-anak ke tahap
dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak
mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak- anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa. Perkembangan biologis dan
psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu remaja akan berjuang untuk melepaskan ketergantungannya kepada orang
tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga mereka dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa Kumalasari Intan, 2012.
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk
dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan
remaja. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai
muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis Kusmiran Eno, 2001.
2.2.1 Tahapan Pertumbuhan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1. Masa remaja awaldini early adolescence : umur 11 – 13 tahun. Dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir
abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Masa remaja pertengahan middle adolescence : umur 14 – 16 tahun. Dengan ciri khas mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan,
berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam. 3. Masa remaja lanjut late adolescence : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri khas mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri.
2.2.2 Ciri-ciri Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Hurlock 1999 pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat
universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap
perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.
a. Perubahan Fisik Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa
remaja kelenjar hipofise menjadi matang dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti hormone gonadotropin yang berfungsi untuk mempercepat kematangan sel
Universitas Sumatera Utara
telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikosteroid berfungsi mempengaruhi kelenjar suprarenalis, testosterone, estrogen, dan suprarenalis yang
mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan Monks dkk, 1999. Dampak dari produksi hormon tersebut Atwater, 1992
adalah: 1 ukuran otot bertambah dan semakin kuat. 2 testosteron menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan. 3
Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar
kemaluan, ketiak dan muka. b. Perubahan Emosional
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira,
sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya
memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yang ekstrim dan selalu merasa mendapatkan tekanan Hurlock, 1999. Bila pada akhir masa remaja
mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrim dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang
stabil Hurlock, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Nuryoto 1992 menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: 1 tidak bersikap kekanak-kanakan. 2
bersikap rasional. 3 bersikap objektif 4 dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut. 5 bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan. 6 mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.
c. Perubahaan Sosial Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan
perkembangan remaja, Monks 1999 menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya.
Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul
bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap
pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan
perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan
kelompoknya.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pendidikan Kesehatan
2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Input : Sasaran pendidikan individu, kelompok, masyarakat, pendidik.
Proses : Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
Output : Melakukan apa yang diharapkanperilaku.
Kesehatan adalah merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal dari dalam diri manusia maupun faktor eksternal dari luar diri manusia.
Faktor internal ini terdiri atas faktor fisik dan psikis, dan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain: sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik,
ekonomi, pendidikan dan sebagainya Notoatmojo, 2005. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam
bidang kesehatan, secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu,
kelompok dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri Notoatmojo, 2005.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Pendidikan kesehatan adalah kegiatan dalam bidang penyuluhan kesehatan dengan tujuan menyadarkan dan
INPUT PROSES OUT PUT
Universitas Sumatera Utara
mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang di inginkan.
Pendidikan kesehatan dihubungkan dengan pengertian pendidikan kesehatan yang telah disebutkan di atas adalah : suatu upaya atau kegiatan agar masyarakat
menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan. Pendidikan kesehatan dengan pendekatan edukasi sebaiknya dengan cara
persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi atau pemahaman, memberikan kesadaran, dan motivasi.
2.3.2 Metode Pendidikan Kesehatan
Didalam suatu proses pendidikan kesehatan untuk menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku, yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu factor metode, faktor materi atau pesannya, factor pendidik atau petugas yang melakukannya juga alat –alat atau media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Metode atau tehnik dalam pendidikan kesehatan adalah cara dan alat bantu apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
untuk mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat Notoatmojo,2007.
1. Metode Ceramah