Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Hkbp Nomensen Pematang Siantar Tahun 2013

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DALAM UPAYA DETEKSI

DINI KANKER PAYUDARA DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP

NOMENSEN PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Oleh

LORMITA PURBA 117032190/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DALAM UPAYA DETEKSI

DINI KANKER PAYUDARA DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP

NOMENSEN PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LORMITA PURBA 117032190/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Lormita Purba Nomor Induk Mahasiswa : 117032190

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M)

Ketua Anggota

(dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 26 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

2. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si 3. Drs. Tukiman, M.K.M


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DALAM UPAYA DETEKSI

DINI KANKER PAYUDARA DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP

NOMENSEN PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

Lormita Purba 117032190/IKM


(6)

ABSTRAK

Kanker payudara adalah kanker yang paling sering menyerang wanita di Indonesia (28,7%). Kematian yang tinggi pada penderita kanker payudara, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, karena kebanyakan penderita itu datang ke dokter setelah stadium lanjut sehingga terjadilah keterlambatan diagnosis, yang berarti juga keterlambatan pengobatan dan berakhir pada kematian. Padahal penderita kanker payudara dapat lebih cepat mengetahui serangan kanker pada payudara dengan memeriksa sendiri secara teratur setiap bulan yang di kenal dengan praktik SADARI (perikSA payuDAra sendiRI) sayangnya hanya sedikti yang melakukannya. Keterlambatan tersebut paling banyak disebabkan ketidakmengertian tentang penyakit dan upaya deteksi dini dengan SADARI. Untuk menyikapi masalah tersebut perlu ditingkatkan program edukasi tentang SADARI, yang merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap kanker payudara kepada masyarakat melalui pendidikan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa dalam upaya deteksi dini kanker payudara. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Rancangan yang digunakan adalah pretest-postest with control group design. Populasi seluruh mahasiswa putri FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar sejumlah 3423 orang. Sampel diambil sebanyak 40 orang dengan menggunakan tehnik acak sederhana, dibagi dua yaitu 20 sebagai kelompok kontrol dan 20 sebagai kelompok perlakuan. Uji statistik yang digunakan adalah Independent-Samples T test dan Mann-Whitney U dengan α 5%

Dari analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p<0,001) mahasiswa dalam upaya deteksi dini kanker payudara, yaitu pengetahuan bertambah tinggi dan sikap yang lebih baik.

Disarankan kepada pihak FKIP untuk membuat leaflet mengenai SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara yang di pajang di beberapa ruangan, Dinas Kesehatan kota Pematang Siantar untuk membuat program penyuluhan mengenai SADARI dan kepada Bidan supaya memberikan konseling mengenai KB hormonal.

Kata Kunci : SADARI, Deteksi Dini, Kanker Payudara


(7)

ABSTRACT

Breast cancer is the most frequently cancer that attacks women in Indonesia (28.7%). The mortality rate of breast cancer patients is high, particularly in the developing countries since most patients usually go to see doctors after their illness is in advanced stage so that the diagnosis is late; the result is that they are too late to get medication and finally die. Actually, breast cancer patients can detect the attack of the disease early by doing SADARI (Self breast examination), unfortunately only of few are doing. It is usually caused by the ignorance of it. Therefore, early detection by making education program in SADARI should be increased. The best solution to increase the knowledge and care about breast cancer is by making health education program.

The objective of the research was to know the influence of health education in SADARI on female students’ knowledge and attitude toward early detection of breast cancer. The type of the research was quasi experiment and pretest-posttest with control group design. The population was 3423 female students of FKIP, HKBP University, Pematang Siantar, and 40 of them were used as the samples, using simple random sampling technique. 20 of the respondents belonged to the control group, and the other 20 belonged to the treatment group. The statistical test was Independent Samples T-test with andMann – Whitney with α = 5%.

The result of the data analysis showed that there was the influence of health education in SADARI on students’ knowledge (p=0.001) and attitude (p<0.001) toward the early detection of breast cancer.

It is suggested FKIP to make the leaflet of SADARI displayed in several rooms; Pematang Siantar Health Office to make counseling program of it too and the midwife should give counseling hormonal contraception


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar Tahun 2013”

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penulisan tesis ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing yaitu: Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini, kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji guna penyempurnaan tesis ini.

5. Dekan FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar yang telah memberikan ijin penelitian, beserta seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Orangtua yang tersayang (E. Purba dan K. Br Manihuruk) yang selalu memberikan semangat buat penulis.

8. Keluarga tercinta suamiku Hotma Paruliando Damanik dan putriku tersayang Aloya Yohana Damanik atas segala dukungan, doa, kesabaran dan pengertiannya karena kurangnya waktu untuk bersama dengan kalian, kalian adalah sumber inspirasi dan motivasi bagiku.

9. Seluruh teman-teman satu angkatan dan setiap orang yang yang telah menyumbangkan masukan, saran serta motivasi untuk kesempurnaan tesis ini, bahkan sampai terselesaikan studi ini, saya menghaturkan banyak terimakasih semoga Tuhan memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat dan melimpahkan rejeki kepada kita semua.


(10)

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari semua fihak. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Lormita Purba 117032190/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lormita Purba, perempuan, berumur 33 tahun, lahir di Dolog Huluan Tgl 16 February 1980, beragama Kristen Protestan, tinggal Jl Besar Tiga Urung No. 07 Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, Penulis anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan Eliden Purba dan Kermauli Br Manihuruk. Penulis telah menikah dengan Hotma Paruliando Damanik dan memiliki seorang putri (Aloya Yohana Damanik).

Jenjang pendidikan formal penulis mulai dari SD Negeri Dolog Huluan No. 091339 pada tahun 1986 dan tamat tahun 1992. Pada tahun 1995, penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 2 Pematang Raya. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan SPK Depkes Pematang Siantar, Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Depkes Medan. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2011-2013 penulis menempuh pendidikan Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pengalaman bekerja penulis dari tahun 1999-2002 bekerja di RB Romauli dan tahun 2001-2002 di Praktek dr T.M Ihcsan Ibrahim SpOG dan tahun 2003 sampai sekarang penulis bertugas aktif sebagai tenaga pengajar di Akademi Kebidanan Agatha Pematang Siantar.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kanker Payudara ... 8

2.1.1 Pengertian Kanker Payudara ... 8

2.1.2 Reaksi Awal Apabila Dijumpai Kelainan pada Payudara ... 9

2.1.3 Anatomi Payudara... 10

2.1.4 Etiologi Kanker Payudara dan Faktor Predisposisi ... 11

2.1.5 Tanda dan Gejala Kanker Payudara ... 13

2.1.6 Klasifikasi Kanker Payudara ... 14

2.1.7 Pencegahan Kanker Payudara ... 15

2.1.8 Pengobatan Kanker Payudara ... 18

2.2 Deteksi Dini Kanker Payudara ... 19

2.2.1 Pengertian ... 19

2.2.2 Tujuan ... 20

2.2.3 Upaya Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Klinis pada Kanker Payudara... 21

2.3 SADARI (PemerikSAan PayuDAra SendiRI) ... 22


(13)

2.3.2 Tujuan ... 23

2.3.3 Waktu Melakukan SADARI ... 25

2.3.4 Cara Melakukan SADARI ... 26

2.4 Pendidikan Kesehatan ... 30

2.4.1 Pengertian ... 30

2.4.2 Metode Pendidikan Kesehatan ... 32

2.4.3 Media Pendidikan Kesehatan ... 43

2.4.4 Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan ... 45

2.5 Pengetahuan ... 47

2.5.1 Defenisi Pengetahuan ... 47

2.5.2 Hal-hal yang Memengaruhi Pengetahuan ... 48

2.6. Sikap ... 48

2.6.1 Definisi Sikap ... 48

2.6.2 Struktur Pembentukan Sikap ... 49

2.7. Landasan Teori ... 51

2.8. Kerangka Konsep ... . 53

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 54

3.1 Jenis Penelitian ... 54

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

3.2.1 Lokasi Penelitian... 55

3.2.2 Waktu Penelitian... 55

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

3.3.1. Populasi ... 56

3.3.2. Sampel ... 56

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 57

3.4.1. Uji Validitas ... 57

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 58

3.4.3. Prosedur Pengumpulan Data ... 60

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 61

3.5.1. Variabel Penelitian ... 61

3.5.2. Definisi Operasional ... 62

3.7 Metode Pengukuran Data... 63


(14)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 65

4.1. Gambaran Umum FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar ... 65

4.2. Karakteristik Responden ... 66

4.3. Kegiatan CPDL Mengenai Praktik SADARI sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara ... 67

4.4. Pengetahuan ... 68

4.4.1 Pengetahuan Kelompok Perlakuan tentang SADARI ... 68

4.4.2 Pengetahuan Kelompok Kontrol tentang SADARI ... 71

4.4.3 Pengetahuan Awal Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 74

4.4.4 Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan ... 75

4.4.5 Pengetahuan pada Kelompok Kontrol ... 76

4.4.6 Perubahan Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 76

4.5. Sikap ... 77

4.5.1 Sikap Kelompok Perlakuan tentang SADARI... 77

4.5.2 Sikap Kelompok Kontrol tentang SADARI ... 80

4.5.3 Sikap Awal Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 82

4.5.4 Sikap pada Kelompok Perlakuan ... 83

4.5.5 Sikap pada Kelompok Kontrol ... 84

4.5.6 Perubahan Sikap pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 84

BAB 5. PEMBAHASAN ... 86

5.1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang SADARI terhadap Pengetahuan Mahasiswa Putri Di FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar Tahun 2013 ... 87

5.2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang SADARI terhadap Sikap Mahasiswa Putri di FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar Tahun 2013 ... 90

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

6.1. Kesimpulan ... 92

6.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Anatomi Payudara ... 11

2.2. Ukuran Rata-rata Benjolan yang Terdeteksi ... 25

2.3. Langkah-langkah Pelaksanaan SADARI ... 29

2.4. Pembentukan Perilaku ... 52

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 53

3.1. Rancangan Penelitian ... 54


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Pengetahuan) ... 58 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Sikap) ... 59

4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Status dan

Keluarga yang Pernah Menderita Kanker ... 67 4.2. Distribusi Hasil Jawaban Kuesioner Pengetahuan tentang Sadari pada

Kelompok Perlakuan sebelum (Pre) dan sesudah Pendidikan

Kesehatan (Post) ... 68

4.3. Distribusi Hasil Jawaban Kuesioner Pengetahuan tentang Sadari pada

Kelompok Kontrol pada Pengukuran Pertama dan Kedua ... 72 4.4. Perbedaan Rata-rata Skor Pengetahuan Pre-Test pada Kelompok

Perlakuan dan Rata-rata Skor Pengukuran Pertama pada Kelompok

Kontrol ... 75 4.5. Perbedaan Rata-rata Skor Pengetahuan sebelum (Pre) dan sesudah

Pendidikan Kesehatan (Post) pada Kelompok Perlakuan ... 75

4.6. Perbedaan Rata-rata Skor Pengetahuan pada Pengukuran Pertama dan

Pengukuran Kedua pada Kelompok Kontrol ... 76 4.7. Perubahan Pengetahuan tentang SADARI dada Kelompok Perlakuan

dan Kelompok Kontrol ... 77 4.8. Distribusi Hasil Jawaban Kuesioner Sikap tentang Sadari pada

Kelompok Perlakuan sebelum (Pre) dan sesudah Pendidikan


(17)

4.9. Distribusi Hasil Jawaban Kuesioner Sikap tentang Sadari Kelompok

Kontrol pada Pengukuran Pertama dan Kedua ... 80 4.10 Perbedaan Rata-rata Skor Sikap Pre-test pada Kelompok Perlakuan

dan Rata-rata Skor Pengukuran Pertama pada Kelompok Kontrol ... 83 4.11 Perbedaan Rata-rata Skor Sikap sebelum (Pre) dan sesudah

Pendidikan Kesehatan (Post) pada Kelompok Perlakuan ... 83

4.12 Perbedaan Rata-rata Skor Sikap pada Pengukuran Pertama dan

Pengukuran Kedua pada Kelompok Kontrol ... 84 4.13 Perubahan Sikap tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan dan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 96

2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ... 102

3 Materi Pendidikan Kesehatan tentang SADARI ... 105

4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 113

5 Master Data ... 116

6 Hasil Statistik ... 117

7 Dokumentasi ... 126

8 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 127


(19)

ABSTRAK

Kanker payudara adalah kanker yang paling sering menyerang wanita di Indonesia (28,7%). Kematian yang tinggi pada penderita kanker payudara, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, karena kebanyakan penderita itu datang ke dokter setelah stadium lanjut sehingga terjadilah keterlambatan diagnosis, yang berarti juga keterlambatan pengobatan dan berakhir pada kematian. Padahal penderita kanker payudara dapat lebih cepat mengetahui serangan kanker pada payudara dengan memeriksa sendiri secara teratur setiap bulan yang di kenal dengan praktik SADARI (perikSA payuDAra sendiRI) sayangnya hanya sedikti yang melakukannya. Keterlambatan tersebut paling banyak disebabkan ketidakmengertian tentang penyakit dan upaya deteksi dini dengan SADARI. Untuk menyikapi masalah tersebut perlu ditingkatkan program edukasi tentang SADARI, yang merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap kanker payudara kepada masyarakat melalui pendidikan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa dalam upaya deteksi dini kanker payudara. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Rancangan yang digunakan adalah pretest-postest with control group design. Populasi seluruh mahasiswa putri FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar sejumlah 3423 orang. Sampel diambil sebanyak 40 orang dengan menggunakan tehnik acak sederhana, dibagi dua yaitu 20 sebagai kelompok kontrol dan 20 sebagai kelompok perlakuan. Uji statistik yang digunakan adalah Independent-Samples T test dan Mann-Whitney U dengan α 5%

Dari analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p<0,001) mahasiswa dalam upaya deteksi dini kanker payudara, yaitu pengetahuan bertambah tinggi dan sikap yang lebih baik.

Disarankan kepada pihak FKIP untuk membuat leaflet mengenai SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara yang di pajang di beberapa ruangan, Dinas Kesehatan kota Pematang Siantar untuk membuat program penyuluhan mengenai SADARI dan kepada Bidan supaya memberikan konseling mengenai KB hormonal.

Kata Kunci : SADARI, Deteksi Dini, Kanker Payudara


(20)

ABSTRACT

Breast cancer is the most frequently cancer that attacks women in Indonesia (28.7%). The mortality rate of breast cancer patients is high, particularly in the developing countries since most patients usually go to see doctors after their illness is in advanced stage so that the diagnosis is late; the result is that they are too late to get medication and finally die. Actually, breast cancer patients can detect the attack of the disease early by doing SADARI (Self breast examination), unfortunately only of few are doing. It is usually caused by the ignorance of it. Therefore, early detection by making education program in SADARI should be increased. The best solution to increase the knowledge and care about breast cancer is by making health education program.

The objective of the research was to know the influence of health education in SADARI on female students’ knowledge and attitude toward early detection of breast cancer. The type of the research was quasi experiment and pretest-posttest with control group design. The population was 3423 female students of FKIP, HKBP University, Pematang Siantar, and 40 of them were used as the samples, using simple random sampling technique. 20 of the respondents belonged to the control group, and the other 20 belonged to the treatment group. The statistical test was Independent Samples T-test with andMann – Whitney with α = 5%.

The result of the data analysis showed that there was the influence of health education in SADARI on students’ knowledge (p=0.001) and attitude (p<0.001) toward the early detection of breast cancer.

It is suggested FKIP to make the leaflet of SADARI displayed in several rooms; Pematang Siantar Health Office to make counseling program of it too and the midwife should give counseling hormonal contraception


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker payudara dikenal sebagai salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita. Kematian yang tinggi pada penderita kanker payudara, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, karena rata-rata penderita itu datang ke dokter setelah stadium lanjut sehingga terjadilah keterlambatan diagnosis, yang berarti juga keterlambatan pengobatan dan berakhir pada kematian. Padahal penderita kanker payudara dapat lebih cepat mengetahui serangan kanker pada payudara dengan memeriksa sendiri secara teratur setiap bulan yang di kenal dengan praktik SADARI (perikSA payuDAra sendiRI) (Depkes, 2010).

Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, di Indonesia kanker payudara sudah lebih tinggi daripada kanker leher rahim, proporsi kanker payudara sebesar 28,7%, dan kanker leher rahim 12,8%. Sementara berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2008 kanker payudara berada pada peringkat kedua setelah kanker leher rahim (Puskom Kes, 2013)

Menurut WHO tahun 2008 wanita akan mengalami kanker payudara 8-9%. Hal ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari


(22)

165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18–30 bulan. Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan di berbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena kanker payudara (PCC, 2011).

Berdasarkan data Globocan, (IARC) International Agency Research on Cancer tahun 2008, dimana kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker yang di derita oleh perempuan yakni incidence rate 38 per 100.000 perempuan dan kasus baru yang ditemukan 22,7 % dengan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia.

Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Kanker Dharmais 2010, saat ini kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Di Rumah Sakit Dharmais sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 kanker terbesar. Hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini akan mempengaruhi prognosis dan tingkat kesembuhan pasien. Padahal jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal, maka tingkat kesembuhan pasien akan sangat baik.

Data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2002 - 2008 diperoleh data 141 kasus kanker payudara paska mastektomi dan kemoterapi stadium 2A sampai dengan stadium lanjut, dengan kelompok umur 46-55 tahun berjumlah 37 orang (33,9%) dan 36-45 tahun berjumlah 34 (31,2%) dan usia kurang dari 35 tahun sebanyak 17 orang (15,6%) (Suratinojo, 2009).


(23)

Data dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Medan data dari rekam medik pada tahun 2009 - 2010 terdapat 106 kasus kanker payudara yang dirawat inap dengan keluhan utama benjolan pada payudara/ketiak (39,6%), stadium III B (34%). Bahkan di RSUD dr Pirngadi Medan, sejak Januari hingga Februari 2013, lebih dari 45 orang pasien yang dirawat di rumah sakit pemerintah ini dikarenakan kanker payudara, dari jumlah ini, sekitar tiga orang pasien meninggal dunia. Pasien-pasien ini datang dari beberapa wilayah Sumatera Utara (Sumut) termasuk dari kota Pematang Siantar.

Menurut WHO satu-satunya cara yang efektif sampai saat ini hanya dengan melakukan deteksi sedini mungkin pada kemungkinan timbulnya penyakit ini, yaitu dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Tindakan ini sangat penting karena hampir 85% benjolan payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Hal ini juga dikarenakan penyebab terjadinya kanker payudara sampai saat ini belum diketahui.

Pencegahan merupakan hal yang paling penting daripada pengobatan. Pencegahan juga jauh lebih murah daripada pengobatan. Untuk mencegah kanker payudara, ada hal yang sangat mudah dan tanpa harus mengeluarkan biaya. Pencegahan tersebut adalah dengan melakukan SADARI secara rutin setiap bulan. Pada saat melakukan SADARI, jika ditemukan tanda-tanda kanker payudara, maka hendaknya langsung memeriksakan diri ke Rumah Sakit untuk melakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut (Pamungkas, 2011).


(24)

Kanker payudara yang dideteksi dan dirawat sejak dini, dan masih terbatas didalam saluran payudara, ukuran tumor masih kecil, dan sebelum sel ganas menyebar sampai kekelenjar getah bening di sekitarnya maka 90 - 95% kemungkinan pengobatannya akan berhasil (Litin, 2009).

Besarnya kematian akibat kanker payudara karena ketidaktahuan tentang SADARI dan terlambat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan atau pasien datang dalam stadium lanjut, padahal apabila pasien datang pada stadium awal, penyakitnya akan dapat disembuhkan dengan berbagai pengobatan dan program pencegahan. Keterlambatan tersebut berdasarkan penelitian Harahap (2010) penyebabnya bervariasi, penyebab yang paling banyak adalah ketidakmengertian tentang penyakit dan upaya deteksi dini sebanyak 47%, kemudian takut operasi 14,5%, tumor tidak terasa nyeri 12,5%, kurang biaya 9,4%, lain lain 10,2% menyikapi fenomena yang terjadi di masyarakat tersebut sehingga perlu ditingkatkan program edukasi atau pendidikan kesehatan tentang deteksi dini dengan praktik SADARI merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap kanker payudara dan diharapkan masyarakat berani memeriksakan diri sejak dini dan rutin agar setiap kanker payudara dapat terdeteksi lebih awal.

Pemeriksaan sendiri pada payudara harus dilakukan setiap bulan oleh semua wanita setelah umur 20 tahun. Meskipun ini suatu tehnik penyaringan sederhana, tidak mahal, tidak nyeri, tidak berbahaya dan nyaman, hanya 2/3 wanita mempraktekkannya sekurang-kurangnya sekali setahun, hanya 1/3 yang


(25)

mempraktekkannya setiap bulan seperti yang dianjurkan, dan hanya 1/2nya yang melakukannya dengan benar (Hacker,2004).

Penelitian yang dilakukan Handayani (2012) di Sukoharjo yang melibatkan 202 responden, dimana masih dijumpai 133 responden (65.8%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang cara melakukan SADARI. Studi awal yang dilakukan peneliti pada mahasiswa FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar, dimana setelah dilakukan survei pendahuluan kepada 15 orang mahasiswa diperoleh data bahwa dari seluruh mahasiswa yang 15 orang tersebut semuanya tidak mengetahui tentang praktek SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.

Tingkat pemahaman yang sangat rendah tentang kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian wanita dan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan permasalahan tersebut semakin kompleks. Informasi mengenai bahaya kanker payudara yang tersebarpun tidak semuanya menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah kebawah akibatnya tingkat kematian wanita yang disebabkan kanker payudara juga tinggi.

Sementara itu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kanker payudara dilakukan melalui advokasi, sosialisasi termasuk komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk masyarakat. Pemerintah juga berusaha dengan memberikan kampanye dan advokasi sambil dan terus mengupayakan penurunan kasus kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut melalui pendidikan kesehatan, diharapkam melalui KIE (Komunikasi Informasi dan


(26)

Edukasi) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap yang positif dalam melaksanakan SADARI.

Mengingat masih banyak mahasiswa di FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar yang belum memahami praktek SADARI sebagai upaya deteksi terhadap kanker payudara maka dengan ini sangatlah penting untuk dilakukan pendidikan kesehatan, dengan harapan dapat menambah pengetahuan, dan mengubah sikap para mahasiswa khususnya dalam upaya deteksi dini kanker payudara dan untuk kedepan setelah mereka terjun dalam dunia kerja sebagai tenaga pendidik maka diharapkan mahasiswa ini juga sebagai sumber informasi di tengah keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini kanker payudara dengan praktik SADARI.

1.2. Perumusan Masalah

Rendahnya pengetahuan dan sikap tentang kanker payudara dan praktek SADARI, dan diperkirakan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang Upaya deteksi dini kanker payudara dengan praktek SADARI dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi


(27)

Dini Kanker Payudara Di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar, Tahun 2013.

1.4.Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan setelah memperoleh pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih tinggi daripada pengetahuan sebelum mendapat pendidikan kesehatan tentang SADARI.

2. Sikap setelah memperoleh pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih baik dari pada sikap sebelum mendapat pendidikan kesehatan tentang SADARI.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan tentang manfaat pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

2. Sebagai masukan bagi mahasiswa putri akan pentingnya Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dalam upaya deteksi dini kanker payudara.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Payudara

2.1.1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Sastrosudarmo, 2011).

Tubuh manusia terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh, kadang-kadang pertumbuhan sel tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan. Apabila pada satu tempat di tubuh manusia, salah satu contoh adalah jaringan payudara dimana seharusnya ketika ada sel yang rusak, sel tersebut akan mati dan digantikan oleh sel yang baru, tetapi jika pada proses ini terjadi kelainan dimana sel yang usang tadi tidak langsung mati tetapi membangun sel tambahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh maka terjadilah pertumbuhan sel-sel yang berlebihan, dan membentuk suatu benjolan atau tumor di payudara. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas, tumor yang ganas inilah yang disebut dengan kanker, apabila berada di organ payudara maka disebut dengan kanker payudara (Pamungkas, 2011).

Kanker payudara juga dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi dimana pertumbuhan sel yang ada di payudara telah kehilangan pengendalian dalam mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali dari pada sel - sel kelenjar maupun salurannya (Nisman, 2011).


(29)

2.1.2. Reaksi Awal Apabila Dijumpai Kelainan pada Payudara

Payudara merupakan organ pada tubuh perempuan yang sangat berharga, apabila dijumpai kelainan pada organ ini pastilah merupakan mimpi buruk bagi perempuan, percaya diri lenyap dan mempengaruhi hubungan dengan pasangan jika seorang wanita menemukan benjolan di payudaranya.

Pertama-tama akan timbul perasaan khawatir, selanjutnya cara menyikapinya berbeda-beda, sebagian akan pergi ke dokter untuk memeriksakan benjolannya, sebagian mencoba pengobatan alternatif, sementara yang lainnya berusaha melupakannya dan tidak melakukan tindakan apapun.

Setiap dijumpai benjolan pada payudara tentu menimbulkan banyak kehawatiran diantaranya apakah kemungkinan benjolan tersebut adalah kanker, apakah perlu di operasi, apakah menyebabkan efek samping, bagaimana efek radiasi dan kemoterapi dan bagaimana kalau berlanjut sampai kepada kematian. Beberapa dari kehawatiran yang berlebihan inilah yang menyebabkan pasien menunda untuk berkonsultasi ke dokter, padahal tidak semua benjolan di payudara adalah kanker, bahkan sebagian besar adalah tumor jinak. Jika benjolan tersebut adalah kanker, maka penundaan konsultasi tersebut dapat menyababkan sel kanker tersebut berkembang ketahap lebih lanjut, dan hal ini menambah masalah baru dimana timbul kecemasan yang terus menerus tanpa kejelasan dan kepastian. Pada saat penundaan ini stadium kanker bertambah serta memperbesar kemungkinan gagalnya pengobatan sehingga semakin sedikit harapan kesembuhannya bahkan hampir mustahil (Pamungkas, 2011).


(30)

2.1.3. Anatomi Payudara

Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara tergantung pada jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat (Sloane, 2003).

Bagian luar payudara dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah kulit yang teraba halus dan lunak yang menyelimuti payudara, bagian kedua adalah areola mammae, yaitu bagian kulit yang lebih gelap dibandingkan bagian yang pertama, yang mengelilingi payudara sampai dengan puting, sedangkan bagian yang ke tiga adalah bagian yang lebih gelap dari bagian kedua dan dikuti dengan permukaan kulit yang lebih menonjol yang disebut dengan puting susu. Bagian dalam terdiri atas kelenjar-kelenjar yang memproduksi air susu yang disebut lobula, pembuluh-pembuluh atau duct yakni tabung kecil yang membawa susu dari lobula ke arah puting susu, jaringan lemak konektif, pembuluh darah dan pembuluh limfa.

Sel-sel kanker payudara bisa memasuki pembuluh-pembuluh limfatik dan mulai tumbuh dalam simpul-simpul limfa dan simpul limfa ini kebanyakan dibawah lengan/ketiak (axillary liymph nodes) jika sel kanker payudara mencapai simpul limfa bawah lengan ini, berarti sel kanker telah berkembang sampai ke aliran darah dan berkembang ke tempat/ jaringan lain di dalam tubuh (Pamungkas, 2011).


(31)

Gambar 2.1. Anatomi Payudara 2.1.4. Etiologi Kanker Payudara dan Faktor Predisposisi

Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui, namun sel kanker disebabkan oleh adanya genom abnormal yang terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel (Sukardja, 2000). Ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara.

Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Usia, resiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya umur (diatas 30 tahun)

b. Riwayat keluarga, wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami kanker payudara. Seorang wanita yang pernah mengalami kanker payudara pada salah satu


(32)

payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya.

c. Faktor hormon, hormon merupakan hal yang paling banyak berpengaruh terhadap kanker payudara, seperti mendapat haid pertama sebelum berusia 12 tahun, menopause setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak pertama setelah berusia 35 tahun serta pennguna pil KB lebih dari 3 tahun atau terapi hormon estrogen.

Penggunaan Suntikan KB memang membantu para wanita untuk mengontrol kehamilan dan merencanakan keturunan. Namun efek dari suntikan KB, yaitu bertambahnya risiko terkena kanker payudara hingga 50%. Wanita yang mendapatkan suntikan hormon selama setahun memiliki tingkat risiko terkena kanker payudara dua kali lipat daripada wanita yang tidak dan para penggunaan pil KB pada jangka panjang juga bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara sebesar 24% (Depkes,2010).

d. Faktor genetik, terdapat 2 varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang merupakan suatu gen suspeptabilitas kanker payudara, jika salah satu wanita memiliki satu gen tersebut maka kemungkinan untuk menderita kanker payudara amatlah besar.

e. Ras, wanita kulit putih kemungkinan kecil menderita kanker payudara dibandingkan wanita Afrika-Amerika kulit hitam, karena wanita Afrika mempunyai tumor yang masa tumbuhnya lebih cepat dan berdampak kepada kematian karena kanker payudara.


(33)

f. Radiasi, pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) terutama pada bagian dada, dan pernah menjalani terapi radiasi di bagian dada dimana pernah menderita kanker lain seperti limfoma secara signifikan mengalami peningkatan untuk terkena kanker payudara.

g. Mengkomsumsi Alkohol jelas sangat berkaitan dengan meningkatnya resiko terkena kanker payudara, mereka yang meminum 2-5 gelas perhari akan mengalami peningkatan yang lebih besar.

h. Obesitas, atau mempunyai berat badan berlebih, khususnya bagi wanita menopause, mempunyai jaringan lemak yang berlebih pada masa menopause bisa meningkatkan terjadinya kanker payudara.

i. Kurang berolahraga, mengkomsumsi makanan yang tinggi lemak, penggunaan bra terlalu ketat dan penggunaan anti keringat di ketiak, polusi, asap rokok dan bekerja malam juga faktor pendukung yang belum pasti untuk terjadinya kanker payudara (Pamungkas, 2011).

2.1.5. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Tanda paling umum dari kanker payudara adalah sebuah benjolan atau massa baru, massa baru itu tidaklah menimbulkan rasa nyeri, keras dan mempunyai sisi-sisi yang tidak teratur dan kemungkinan besar itu adalah kanker, bisa berbentuk lunak, lembut dan bulat.

Tanda-tanda dan gejala umum kanker payudara adalah sebagai berikut: - Payudara membesar yang biasanya terjadi tiba-tiba dimana pembesarannya jauh


(34)

- Payudara terasa gatal, nyeri pada puting.

- Areolanya berwarna merah muda, merah atau gelap dan kadang – kadang di jumpai tekstur seperti kulit jeruk.

- Area kulit menebal dan mengembang, bersisik dan iritasi pada kulit dan kadang membentuk lesung.

- Payudara terasa hangat/ panas ketika di sentuh. - Terjadi penarikan puting susu.

- Rasa sakit atau nyeri yang menetap pada payudara.

- Kotoran atau cairan keluar dari puting padahal tidak sedang menyusui (Setiati, 2009).

2.1.6. Klasifikasi Kanker Payudara

Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut.

Stadium kanker payudara tersebut adalah sebagai berikut: 1. Stadium I (Stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan kesembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk memeriksa ada atau tidaknya metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.

2. Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini kemungkinan untuk sembuh hanya 30 -


(35)

40%, tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II, biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak adalagi sel-sel kanker yang tertinggal.

3. Stadium III

Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan dilakukan dengan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan pasien semaksimal mungkin (Diananda,2007).

2.1.7. Pencegahan Kanker Payudara

Hampir setiap evidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif terhadap kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini, demikian halnya dengan kanker payudara karena faktor penyebab yang jelas sampai saat ini belum diketahui maka dengan deteksi dini lah kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal untuk memudahkan pengobatan (Rasjidi, 2010).

Upaya pencegahan kanker payudara dikelompokkan dalam 3 strategi yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.


(36)

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang masih sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor resiko yakni riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan komsumsi tinggi lemak dan kurang serat, perokok aktif dan pasif, kurang olah raga dan penggunaan obat hormonal >5 tahun dan melaksanakan pola hidup sehat dengan konsisten.

Salah satu bahan yang digunakan untuk KB suntik atau kontrasepsi injeksi adalah depo-provera yang mengandung hormon progestin, yang diyakini dapat menyebabkan masalah pada kesehatan jika dipergunakan dalam jangka waktu lama. Salah sat menyebabkan osteoporosis, namun ternyata bukan hanya itu saja, sebuah penelitian dari lembaga peniliti kanker menyebutkan bahwa depo-provera yang digunakan diatas masa 12 bulan meningkatkan resiko kanker payudara, meskipun resiko tersebut dapat langsung menurun jika penggunaan KB suntik dihentikan. Saat ini, KB suntik banyak dipilih karena sangat efektif menunda kehamilan, nyaman, dan murah. Namun tetap disarankan untuk tidak menggunakannya dalam jangka waktu lama, dengan banyaknya pilihan metode kontrasepsi maka sebaiknya pemilihan al alat kontrasepsi tersebut.


(37)

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap orang yang memiliki faktor resiko terkena kanker payudara, dengan rajin melakukan SADARI, sebaiknya dilakukan setiap bulan tiap bulan tepatnta 1 minggu setelah menstruasi, pemeriksaan klinis payudara (CBE/Clinical Breast Examination) untuk menemukan benjolan yang berukuran kurang dari 1 cm, USG adalah untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor, dan mammografi adalah untuk menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan adanya keganasan.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier biasanya dilakukan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat pada kanker payudara diawali dengan diagnosis yang ditegakkan harus dapat menentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.

Prioritas pengobatan dilakukan harus di tujukan pada kanker stadium awal yang lebih berpotensi untuk sembuh. Standart pengobatan kanker meliputi : operasi, radiasi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan yang dilakukan harus terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan piliatif untuk peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Hampir diseluruh dunia pasien kanker yang terdiagnosa pada stadium lanjut, maka untuk kasus seperti ini, pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri


(38)

dengan pelayanan piliatif dapat meningkatkan kualitas hidup pendrita kanker payudara khususnya (Hawari, 2004).

Dibawah ini ada beberapa tips mencegah kanker payudara:

- Perbanyak makan sayuran, buah-buahan, biji-bijian seperti tahu, tempe dan makanan yang banyak mengandung serat

- Hindari memiliki berat badan berlebihan atau kegemukan

- Kurangi makan gorengan, jeroan, ( makanan yang tinggi protein dan tinggi lemak) - Hindari makanan yang diolah dengan suhu tinggi ( makanan cepat saji/junk food) - Komsumsi makanan yang di olah dengan cara direbus.

- Hindari makanan dengan pemanis buatan, pewarna makanan, atau zat pengawet makanan yang berlebihan

- Jaga kebersihan makanan, harus bebas dari zat yang mencemarkan lingkungan. - Hindari komsumsi alkohol, jangan merokok, perbanyak olahraga yang teratur. - Hidari stres, jaga keseimbangan mental dan rohani (Setiati, 2009).

2.1.8. Pengobatan Kanker Payudara

Pada stadium I,II,IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif. Pengobatannya yaitu operasi (primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.

a. Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

b. Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.


(39)

d. Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah piliasi, yakni untuk mengurangi keluhan atau penderitaan yang dirasakan dan memperbaiki kualitas hidup, dan masih dilakukan pengobatan radiasi, kemoterapi dan hormonal.

e. Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu kemoterapi dan hormonal (Diananda, 2007).

2.2. Deteksi Dini Kanker Payudara 2.2.1. Pengertian

Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi dan mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara sehingga diharapkan dapat diterapi dengan tehnik yang mempunyai efek samping yang lebih kecil dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk sembuh (Depkes, 2010).

Oleh karena itu Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal kemungkinan adanya kanker diantara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun masyarakat secara umum merupakan kunci utama keberhasilannya. Salah satu bentuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang gejala dan tanda-tanda kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri yang dikenal dengan istilah SADARI dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan mulai dari sejak usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru pertamakali dikenali penderita itu sendiri (Supit, 2005).


(40)

2.2.2. Tujuan

Upaya deteksi dini sangatlah penting, berhubung sampai saat ini patofisiologi kanker payudara belum diketahui secara pasti, sehingga dengan upaya deteksi dini yang dilakukan bertujuan untuk menemukan sedini mungkin penderita kanker payudara yang masih pada stadium awal (down staging) yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, dengan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi mencapai 80-90% (Depkes, 2010).

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium adalah sebagai berikut:

1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh mammografi atau USG )

2. Stadium I : 5-years survival rate 85% 3. Stadium II : 5-years survival rate 60 -70% 4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50% 5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%

Upaya deteksi dini di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan mammografi karena sumber daya di negara-negara tersebut cukup memadai untuk melakukan program tersebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, upaya deteksi dini secara massal dengan menggunakan USG dan mammografi belum


(41)

memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan payudara sendiri dengan praktek SADARI yang diikuti dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker payudara bila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan meningkatkan untuk kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup juga lebih lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari deteksi dini tersebut yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup dari penderita kanker payudara (Supit, 2005).

2.2.3. Upaya Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Klinis pada Kanker Payudara

Pemeriksaan klinis pada kanker payudara yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Depkes, 2010) :

a. Pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga medis terlatih (Clinical Breast Examination = CBE)

- Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan umur 20 - 30 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap 3 tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI di anjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih memastikan apakah ada kemungkinan keganasan.

- Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun. b. Pemeriksaan ultrasonography (USG)

- Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi.


(42)

- USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya merasa kistik dan solid/padat yang mengarah kepada keganasan dan pada perempuan dibawah usia 40 tahun.

c. Pemeriksaan penapisan mammografi

- Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, setiap satu tahun sekali pada perempuan diatas 40 tahun.

- Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang tidak bergejala (opportunistik screening dan organized screening)

2.3. SADARI (PerikSA PayuDAra SendiRI) 2.3.1. Pengertian SADARI

SADARI adalah singkatan dari pemerikSAan payuDAra sendiRI. Pemeriksaan berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara, penyelidikan secara teknis terhadap kelenjar susu atau payudara (Nisman, 2011). Menurut kamus besar bahasa Indonesia payudara adalah buah dada, susu, tetek. Sendiri artinya seorang diri atau tidak dengan orang lain (mandiri), dari pengertian-pengertian tersebut maka SADARI dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara pemeriksaan peyudara secara mandiri ataupun seorang diri.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu tehnik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan


(43)

merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (Setiati 2009).

Pemeriksaan payudara sendiri adalah pengembangan kepedulian wanita terhadap kesehatan payudaranya sendiri. Kegiatan ini sangat mudah atau sederhana, murah (tidak memerlukan biaya), tidak menngunakan alat yang harus dipersiapkan cukup dengan jari tangan sendiri dan tidak perlu mengunjungi petugas atau pelayanan kesehatan karena dapat dilakukan sendiri secara mandiri tanpa harus di lihat atau diperiksa orang lain dan tidak perlu merasa malu atau harus dilihat atau diperiksa orang lain, bagi wanita yang sibuk hanya perlu menyediakan waktunya selama lebih kurang lima menit, tidak diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan saat mandi atau pada saat sedang berbaring mau tidur (Nisman, 2011).

2.3.2. Tujuan Pendidikan SADARI

Hingga saat ini banyak ibu/perempuan yang belum mengetahui pentingnya SADARI, diperkirakan hanya 25% sampai 30% wanita yang melakukan SADARI dengan baik dan teratur setiap bulannya. Sebagian besar benjolan pada payudara dapat terdeteksi sendiri oleh wanita sehingga SADARI menjadi topik atau materi yang penting dalam promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan untuk mendeteksi kanker atau penyakit pada payudara lainnya secara dini, dimana apabila terdeteksi sedini mungkin atau pada stadium awal maka harapan kesembuhan lebih tinggi bahkan sampai 80 -90% (Setiati 2009).

Sebagian besar benjolan pada payudara ditemukan oleh ibu/perempuan sendiri, dengan memeriksa payudaranya sendiri seorang ibu akan mengetahui


(44)

bagaimana payudara yang terlihat dan terasa normal. Jika terdapat perubahan pada payudaranya dia dapat menemukan sendiri dan memberitahukan kepada petugas kesehatan. Mengajarkan ibu tentang cara memeriksa payudara setiap bulan dan mendorong mereka agar mau melakukannya sebab hal ini penting untuk mengontrol dan menjaga kesehatannya. Pemeriksaan payudara ini baiknya diajarkan oleh petugas kesehatan (Depkes, 2010).

SADARI dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah kanker payudara, dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pangobatan dini akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara dan untuk menurunkan angka kematian penderita kanker payudara dimana apabila ditemukan pada stadium awal akan memberikan harapan hidup yang lebih lama (Nisman, 2011).

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 dibawah ini, para ibu/perempuan yang telah dilatih melakukan pemeriksaan payudara sendiri dapat mendeteksi benjolan kecil pada payudara mereka dibandingkan dengan ibu/perempuan yang tidak terlatih (Depkes,2010).


(45)

0,2 sentimeter Mammografi setiap tahun

0,6 sentimeter Mammografi pertama kali

1,2 sentimeter Sadari teratur

2,75 sentimeter Sadari tidak teratur

3,75 sentimeter Sadari tidak terlatih

Gambar 2.2. Ukuran Rata-rata Benjolaan yang Terdeteksi 2.3.3. Waktu Melakukan SADARI

Pada wanita produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 1 minggu setelah haid terakhir (10 hari setelah hari pertama haid) karena saat ini payudara kemungkinan tidak mengeras dan tidak nyeri. Jangan melakukan pemeriksaan payudara pada masa pertengahan siklus haid sampai menjelang haid, payudara biasanya membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh hormon estrogen dan progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit dilakukan secara akurat. Jika ibu tidak mendapat menstruasi lagi/sudah menopause, ibu harus memilih hari/tanggal yang sama setiap bulan (misalnya setiap tanggal 1 setiap bulan) untuk memeriksakan payudaranya (Diananda, 2007).


(46)

2.3.4. Cara Melakukan SADARI

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri pada saat mandi atau sebelum tidur. Pemeriksaan payudara saat mandi akan mempermudah pemeriksaan karena tangan dalam kondisi basah dan mudah di gerakkan pada kulit yang sedang basah. Terdapat 6 langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan SADARI:

1. Posisi berdiri di depan cermin

Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan lengan di pinggang, dengan cara ini akan meregangkan otot-otot dada dan aksila (ketiak) agar perubahan-perubahan pada payudara tampak lebih jelas. Dalam pemeriksaan ini yang harus diamati adalah bentuk payudara, ukuran dan warna. Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita sadari, perubahan yang perlu diwaspadai adalah jika payudara berkerut, cekung kedalam atau menonjol kedepan karena ada benjolan. Puting yang berubah posisi, dimana seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik kedalam, dengan warna memerah, kasar dan terasa sakit.

2. Setelah itu angkat kedua lengan lurus keatas, mengengkat kedua lengan ini akan mempermudah melihat retraksi kulit akibat perlekatan tumor pada payudara bagian bawah (untuk melihat apakah ada kelainan pada kedua payudara bagian bawah). Kembali amati perubahan yang terjadi pada payudara anda, seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting susu atau permukaan kulit menjadi kasar.


(47)

3. Sementara masih di depan cermin, tekan puting apakah ada cairan keluar (bisa berupa cairan putih seperti susu, kuning atau darah)

4. Posisi berbaring

- Berbaring lah dan apabila anda memulai pemeriksaan dari payudara sebelah kanan maka langkah –langkah yang dilakukan untuk memeriksa payudara kanan adalah letakkan bantal dibawah bahu kanan dan letakkan lengan kanan diatas kepala, posisi ini bertujuan untuk meratakan jaringan payudara (jaringan payudara tersebar rata di dada) dan jangan ada jaringan yang jatuh kesamping atau ke belakang khususnya bagi yang memiliki payudara yang berukuran besar. - Rabalah payudara kanan tadi dengan menggunakan tangan kiri, (tehnik perabaan

payudara sebaiknya menggunakan 3 jari yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis karena ketiga jari ini mempunyai sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jari yang lain).

Tekan secara mantap namun lembut dengan jari-jari yang rata dan saling merapat. Lakukan perabaan dari atas ke bawah, sisi ke sisi dari dada bagian atas sampai ke perut bagian atas dan dari ketiak sampai lekukan tengah di antara kedua payudara.

- Ikuti satu pola untuk memastikan seluruh bagian payudara anda terperiksa seluruhnya. Anda bisa memulai dari puting susu, lalu melingkar melebar seperti obat nyamuk ke bagian luar payudara. Anda juga bisa mengambil pola seperti orang mengepel lantai, dari atas ke bawah atau kiri ke kanan dengan tarikan


(48)

lurus-lurus. Mulai dengan rabaan lembut, lalu tekan lebih keras pada bagian yang perlu diperiksa jaringannya sampai kedalam.

- Rasakan seluruh jaringan payudara dengan rabaan yang halus tapi sedikit ditekan dan apabila didapati bagian payudara yang menonjol dapat disertai nyeri dapat juga tidak ada rasa nyeri, maka segera periksa ke dokter.

- Untuk memeriksa payudara kiri sama halnya dengan yang dilakukan saat memeriksa payudara kanan, maka ulangi langkah 3 ini pada payudara sebelah kiri.

5. Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ atas dekat aksila, beri perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara serta lakukan juga pemeriksaan ketiak. Dengan meletakkan tangan kanan anda kesamping dan rasakan ketiak anda dengan teliti, apakah teraba benjolan atau tidak.

6. Terakhir, rasakan peyudara ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi kebanyakan wanita, paling mudah melakukan perabaan terhadap payudaranya ketika payudara sedang mandi atau basah dan licin sehingga waktu yang paling cocok adalah sewaktu mandi dibawah Shower, dan lakukan perabaan seperti langkah ke-4 dan yakinkan bahwa seluruh bagian payudara teraba seluruhnya (Nisman, 2011).


(49)

Gambar 2.3 Langkah –langkah Pelaksanaan SADARI

Apa yang perlu di cari saat memeriksa payudara sendiri (SADARI) a. Perubahan ukuran dan bentuk payudara

b. Lipatan atau cekungan (dimple) pada kulit payudara c. Perubahan warna kulit

d. Terjadi tarikan pada puting

e. Terjadi pembengkakan pada ketiak atau perlukaan di ketiak (Nisman, 2011). Apabila dijumpai benjolan atau penebalan didalam atau dekat payudara atau daerah bawah lengan. Jika benjolan halus atau seperti karet dan bergerak dibawah kulit ketika ditekan dengan jari, tidak perlu khawatir. Tetapi jika benjolan keras, memiliki bentuk yang tidak rata dan tidak terasa sakit, khususnya jika benjolan


(50)

tersebut hanya berada pada salah satu payudara dan tidak bergerak ketika di tekan, dan hal ini harus diberitahu kepada petugas kesehatan (Pamungkas, 2011).

Jika payudara ibu biasanya memiliki benjolan, ibu harus mengetahui berapa besar dan berapa banyak benjolan terasa dan dimana lokasinya. Bulan berikutnya ibu harus mengetahui jika ada perubahan ukuran atau bentuk (halus atau tidak beraturan) dengan menngunakan tehnik yang sama setiap bulan akan membantu ibu mengetahui jika ada perubahan yang terjadi. Jika ada cairan dari puting susu yang tampak seperti darah atau nanah, khususnya jika ibu tidak sedang menyusui, ibu harus memberi tahu petugas kesehatan. Cairan mungkin keluar dari salah satu atau kedua payudara selama satu tahun setelah memiliki anak atau berhenti menyusui (Depkes, 2010).

2.4. Pendidikan Kesehatan 2.4.1. Pengertian

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Input : sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik. Proses : upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain Output : melakukan apa yang diharapkan/perilaku.

Kesehatan adalah merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia).


(51)

Faktor internal ini terdiri atas faktor fisik dan psikis, dan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain: sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Notoatmojo, 2005).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan, secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmojo, 2005).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Sudjana (2002), Pendidikan kesehatan adalah kegiatan dalam bidang penyuluhan kesehatan dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang di inginkan.

Pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara yang dihubungkan dengan pengertian pendidikan kesehatan yang telah disebutkan diatas adalah: suatu upaya atau kegiatan agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka khususnya kesehatan payudara, dan bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merupakan faktor pendukung terjadinya kanker payudara dengan mendeteksi sedini mungkin dengan praktek SADARI dan apabila di jumpai benjolan di payudara memiliki sikap yang tepat untuk tindakan berikutnya.

Pendidikan kesehatan dengan pendekatan edukasi dalam upaya deteksi dini kanker payudara sebaiknya dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,


(52)

memberikan informasi atau pemahaman, memberikan kesadaran, dan motivasi dengan demikian diharapkan praktek SADARI untuk deteksi dini kanker payudara dapat diterapkan atau di adopsi masyarakat dengan pemahaman, kesadaran dan tehnik yang benar (Pamungkas, 2011).

Pendidikan kesehatan dalam diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and promp treatment) adalah untuk mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat dimana penyakit tersebut sulit atau lambat terdeteksi dikarenakan pemahaman masyarakat dan kepeduliannya terhadap penyakit itu cenderung masih rendah Notoatmojo ( 2003), Contohnya : penyakit kanker payudara lambat terdeteksi adalah karena masyarakat tidak tahu atau tidak memahami dan bahkan perduli terhadap deteksi dini kanker payudara dengan praktek SADARI, hal ini menyebabkan para penderita kanker payudara terdedeksi pada stadum lanjut. Oleh sebab itu pada tahap ini sangat diperlukan pendidikan kesehatan (Nurhidayah, 2010).

2.4.2. Metode Pendidikan Kesehatan

Didalam suatu proses pendidikan kesehatan untuk menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya, faktor pendidik atau petugas yang melakukannya juga alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Metode atau tehnik dalam pendidikan kesehatan adalah cara dan alat bantu apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan untuk mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmojo, 2007).


(53)

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam proses pendidikan kesehatan, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun yang berendidikan rendah (Notoatmojo, 2007).

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah yakni dari penceramah kepada para peserta ceramah. Pada metode ini si penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk memberikan tanggapannya (Lunandi,1993).

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas dipahami oleh peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim maka metode inilah yang tepat untuk digunakan dimana dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu yang relatif singkat. Selain keuntungan ada juga kelaemahan dari metode ceramah, slah satunya adalah pesan yang terinci mudah di lupakan setelah beberapa lama (Lunandi,1993).

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya


(54)

makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Menurut Notoatmojo (2003) ceramah akan berhasil apabila tehnik ceramah dimodifikasi dengan melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi dan simulasi/ demonstrasi singkat apabila materi yang disampaikan ada yang mau diterapkan/ dipraktekkan dengan latihan singkat, dengan demikian peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya dan dapat melihat simulasi/demonstrasi langsung mengenai praktek yang akan dilaksanakan.

Kunci dari keberhasilan ceramah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah, untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju kepada peserta ceramah, berdiri ditengah (pertengahan) dan sebaiknya tidak duduk, danmenggunakan alat-alat bantu (Notoatmojo, 2007).

2. Metode Ceramah Plus

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah mahasiswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Menurut sumber bacaan lain metode ceramah plus merupakan metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.

Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus, yaitu :


(55)

a. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)

Metode ceramah plus adalah metode mengajar ynag menggunakan lebih dari satu metode, dan metode ini merupakan sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah mahasiswa, yang pada umumnya mengkuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk penyampaian informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan buku dan alat bantu peraga.

Sedangakan Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT) ini yaitu metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Metode ini idealnya dilakukan secara tertib, yaitu :

1. Penyampaian materi oleh penceramah.

2. Pemberian peluang bertanya jawab antara penceramah dan mahasiswa. 3. Pemberian tugas kepada mahasiswa.

Pada hakikatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah mahasiswa telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain mahasiswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran mahasiawa. Melalui metode tanya-jawab penceramah ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.

1.Tanya Jawab

Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya penceramah saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan


(56)

mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak mahasiswa. Sebelumnya penceramah menanyakan kepada mahasiswa, apakah mahasiswa tersebut sudah mengerti dengan materi yang telah diajarkan. Disini penceramah memberikan soal untuk diselesaikan.

2. Tugas

Penceramah memberikan tugas kepada mahasiswa untuk agar mahasiswa bisa memahami lebih lanjut terhadap materi yang telah disampaikan dan melatih mahasiswa untuk bisa menyelesaikan soal-soal lainnya.

Materi yang akan dipakai penulis untuk metode ceramah plus tanya jawab dan tugas nya apa? Dan jabarkan materi tersebut, sampaikan dengan komunikatif se-efisien mungkin dan se-efektif mungkin. Sehingga para peserta didik dapat memahami isi dari materi yang anda berikan. Dan jika penyampaian materi tersebut berhasil, maka para peserta didik akan terbuka mindset nya mengenai materi tersebut, dan kemungkinan besar mereka mendapatkan inspirasi dari keterbukaan mindsetnya itu sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka yang membuat suasana Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) menjadi aktif meskipun pada umumnya (seperti yang telah diulas pada CPTT di atas ) dalam metode ini membuat para peserta didik menjadi pasif, pasif disini mungkin hanya ketika pengajar sedang memberikan materi saja (ceramah).

b. Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu: pengajar/penceramah menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan


(57)

diskusi, dan akhirnya pemberian tugas. 1. Metode Diskusi (Discussion Method)

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk : a. Mendorong mahasiswa berpikir kritis.

b. Mendorong mahasiswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong mahasiswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan

pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun

berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi ( Djamarah, 2000).

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut : a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.


(58)

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal ( Djamarah, 2000) 2. Tugas

Pengajar memberikan tugas kepada mahasiswa agar mahasiswa memahami lebih lanjut materi yang telah disampaikan dan melatih mahasiswa untuk bisa menyelesaikan soal” lainnya.

c. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)

Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill).

1. Metode Pembelajaran Demontrasi

Merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang pengajar atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :

a. Perhatian mahasiswa dapat lebih dipusatkan.


(59)

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri mahasiswa.

Kelemahan Metode Demonstrasi :

a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan. b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.

2. Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar, dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut:

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.


(60)

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

d. Dapat menimbulkan verbalisme

Metode mengajar ceramah plus ini perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktikkan pada saat mengajar. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran, selalu berfikir bagaimana murid-muridnya/mahasiswanya, mahasiswanya dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah mahasiswanya mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan kematangan anak, dan sebagainya. Pengajaran dengan metode yang efektif dan menyenangkan, akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang optimal.

Kelebihan metode ceramah plus:

1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga pengajar mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh mahasiswa.

3. Pengajar dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan mahasiswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.

Kelemahan metode ceramah plus:

1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini


(61)

sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. 2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

3. Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning), sehingga akan kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu rumus

3. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan, dimana harus ada partisipasi yang baik dari peserta diskusi saat diskusi berlangsung. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien dan untuk memengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap (Sudjana, 2005). Dalam suatu diskusi pesertanya berfikir bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri dan peserta diskusi terhadap permasalahan yang menjadi topik diskusi. Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam bentuk tanya jawab yang teratur, dengan tujuan mendapatkan pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan (Lunandi,1993).

Diskusi merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya (Surajiyo, 2007).

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka pormasi duduk para peserta diatur sedemikian


(62)

rupa sehinnga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara para peserta sehingga tidak menimbulkan kesan sepertinya ada perbedaan

Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk memperkenalkan permasalahan yang akan dibahas peserta dan memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta, dan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi dari beberapa orang saja, membuat kesimpulan dari pembicaraan –pembicaraan dan menyusun saran-saran yang di ajukan. Metode diskusi juga mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh sat atau beberapa orang saja (Effendi,2003).

Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk berpartisipasi.

Menurut (Surajiyo, 2007)ada beberapa tehnik yang digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain:

a. Diskusi kelompok: dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi atau penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi dan tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, dimana pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi tetap berjalan hidup dan tidak ada dominasi diantara para peserta diskusi.


(63)

b. Curah pendapat (Brain Storming): merupakan modifikasi diskusi kelompok yang dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan selanjutnya ditulis dalam pliphcard/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat dan tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

c. Bola salju (snow balling) tiap orang di bagi pasangan pasangan (sepasang 2 orang) Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah setelah kurang lebih 5 menit tap 2 pasang bergabung jadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian setiap 2 pasang yang beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya maka terbentuklah diskusi seluruh kelas.

d. Kelompok kecil-kecil (Buzz group):kelompok lansung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok yang lain, dan masing masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, kemudian kesimpulan dati tiap kelompok tersebut dicari kesimpulannya.

2.4.3. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan yang digunakan saat memberikan pendidikan kesehatan pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan kesehatan, terutama dalam memperjelas materi yang diberikan. Sebagaimana


(64)

fungsinya bahwa media yang digunakan bertujuan untuk mempermudah pembelajaran atau perubahan tingkah laku pada masyarakat (Notoatmojo, 2007).

Media pendidikan tidak harus selalu canggih, tetapi disesuaikanlah dengan situasi dan kondisi di lapangan dan tidak kalah penting adalah kemampuan pendidik atau penyuluh untuk menggunakan media tersebut. Prinsipnya adalah semakin banyak indra yang digunakan, maka kemempuan untuk menyerap informasi juga semakin baik, atau semakin mendekati objek sesungguhnya maka media tersebut semakin baik (Lunandi, 1993).

Media yang digunakan dalam penyampaian pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara adalah media audio visual atau audio visual aids (AVA) media ini adalah alat bantu pendidikan kesehatan yang mempunyai bentuk gambar dan mengeluarkan suara secara simultan. Dengan media ini seseorang tidak hanya melihat tetapi sekaligus dapat mendengar sehingga dikenal dengan istilah audio visual aids (AVA) atau alat pandang dengar yang dibagi menjadi dua bagian:

1. Media audio visual diam, misalnya: televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara, buku dan suara.

2. Media audio visual gerak, misalnya video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.

Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen materi


(1)

PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG SADARI PADA KELOMPOK

PERLAKUAN DAN KELOMPOK KONTROL

Group Statistics

Grouping N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Psel kelompok perlakuan 20 9.25 5.665 1.267

kelompok tanpa perlakuan 20 -.10 1.252 .280

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Psel Equal variances

assumed

13.572 .001 7.207 38 .000 9.350 1.297 6.724 11.976

Equal variances not assumed


(2)

SIKAP

Uji Normalitas Sikap Kelompok Perlakuan Dengan Kelompok Kontrol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Perlakuan pre (skp)

.206 20 .025 .896 20 .034

Perlakuan post (skp)

.384 20 .000 .672 20 .000

Kontrol pre (skp) .178 20 .098 .922 20 .109 Kontrol post (Skp) .189 20 .060 .908 20 .059 a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Perubahan Sikap Pada Kelompok Perlakuan

dean Kontrol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Selisih sikap pos-pre perlakuan .231 20 .006 .893 20 .031 Selisih sikap pos-pre kontrol .222 20 .011 .891 20 .028 a. Lilliefors Significance Correction


(3)

Sikap Awal Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol

Group Statistics

Grouping N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Sikap tentang Sadari pre kelompok perlakuan 20 19.85 1.565 .350

kelompok tanpa perlakuan 20 20.65 2.159 .483

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper sik Equal variances

assumed

3.283 .078 -1.342 38 .188 -.800 .596 -2.007 .407

Equal variances not assumed

-1.342 34.651 .188 -.800 .596 -2.011 .411

Sikap Pada Kelompok Perlakuan Pre dan post

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Perlakuan pre (skp) 20 19.85 1.565 18 23


(4)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Perlakuan post (skp) -

Perlakuan pre (skp)

Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 20b 10.50 210.00

Ties 0c

Total 20

a. Perlakuan post (skp) < Perlakuan pre (skp) b. Perlakuan post (skp) > Perlakuan pre (skp) c. Perlakuan post (skp) = Perlakuan pre (skp)

Test Statisticsb

Sikap tentang Sadari (perlakuan post) - Sikap tentang Sadari (perlakuan pre))

Z -3.942a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Sikap Pada Kelompok Kontrol Pada Pengukuran Pertama Dan Kedua

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sikap tentang Sadari (tanpa

perlakuan pre) 20.65 20 2.159 .483

Sikap tentang Sadari (tanpa


(5)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Sikap tentang Sadari

(tanpa perlakuan pre) - Sikap tentang Sadari (tanpa perlakuan post)

.100 1.447 .324 -.577 .777 .309 19 .761

Perubahan Sikap Pada Kelompok Perlakuan dean Kontrol

Group Statistics

Grouping N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Selisih )2-01 kelompok perlakuan 20 4.50 1.933 .432

kelompok tanpa perlakuan 20 -.10 1.447 .324

Anks

VAR00006 N Mean Rank Sum of Ranks

VAR00005 1 20 29.82 596.50

2 20 11.18 223.50

Total 40

Test Statisticsb

Selisih )2-01

Mann-Whitney U 13.500


(6)

Dokumen yang terkait

Perkembangan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nomensen Di Pematang Siantar (1962-1992)

0 32 86

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan Tahun 2010

1 92 88

Gambaran Umum Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nomensen (FKIP UHN) Pematang Siantar

0 29 63

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Melakukan Sadari Di Posyandu Desa Makamhaji.

1 3 17

HUBUNGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL DAN INTEGRITAS MELAKSANAKAN TUGAS DENGAN KINERJA DOSEN DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN PEMATANG SIANTAR.

0 1 33

PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA BERBASIS SADARI

0 0 10

I. Pengetahuan mengenai SADARI - Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Hkbp Nomensen Pematang Siantar Tahun 2013

0 2 40

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Payudara 2.1.1. Pengertian Kanker Payudara - Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Univers

0 0 46

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Hkbp Nomensen Pematang Siantar Tahu

0 0 7

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Hkbp Nomensen Pematang Siantar Tahun 2013

0 1 18