Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di Fakultas Sastra ataupun Fakultas Ilmu Budaya,
pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk dapat menganalisis kata atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan bagi
seorang guru atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan memberi manfaat teoritis, karena sebagai seorang guru bahasa haruslah mengerti dengan
sungguh-sungguh tentang bahasa yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis yang diperoleh dari mempelajari teori semantik adalah pemahaman yang
lebih mendalam mengenai makna dari suatu kata yang makna katanya berdekatan atau memiliki kemiripan arti.
2.2.2 Kesinoniman
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara
sebuah kata dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu
dengan satuan bahasa yang lainnya Chaer, 2007:297. Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat menyatakan kesamaan
makna sinonim, pertentangan makna antonim, ketercakupan makna hiponim, kegandaan makna polisemi dan ambiguitas, dan kelebihan makna redundansi.
Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama mirip dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut
memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk ke dalam sinonim. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu
Universitas Sumatera Utara
satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya Chaer, 2007:267. Akan tetapi meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis sama. Hal ini dikarenakan
tidak ada sinonim yang maknanya akan sama persis seratus persen. Dalam konteks tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaannya meskipun kecil.
Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, dan
faktor nuansa makna. Dalam bahasa Jepang, sinonim dikenal dengan istilah 「 類 義 語
‘ruigigo’」. Menurut Sutedi 2003:115, perbedaan dari dua kata atau lebih yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman「類義関係 ‘ruigi-kankei’」dapat
ditemukan dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut. Misalnya pada kata agaru dan noboru yang kedua-duanya berarti
‘naik’, dapat ditemukan perbedaannya sebagai berikut. のぼる:下から上へ或経路に焦点を合わせて
Noboru : Shita kara ue e wakukeiro ni shouten o awasete idou suru 移動する
Noboru : berpindah dari bawah ke atas dengan fokus jalan yang dilalui あがる:下から上へ到達点に焦点を合わせて
Agaru : Shita kara ue e toutatsuten ni shouten o awasete idou suru 移動する
Agaru : berpindah dari bawah ke atas dengan fokus tempat tujuan
Jadi, perbedaan verba agaru dan noboru terletak pada fokus 「焦点 ‘shouten’」gerak tersebut. Verba agaru menekankan pada tempat tujuan「到達
点 ‘toutatsuten’」dalam arti tibanya di tempat tujuan tersebut hasil, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
noboru menekankan pada jalan yang dilalui「経路 ‘keiro’」dari gerak tersebut proses.
2.2.3 Pilihan Kata