Ketepatan Cara Penggunaan. Ketepatan Pemilihan Bahan Pemilihan Tumbuhan Obat Ramuan Sejarah Angkola

9 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

b. Ketepatan Waktu Penggunaan

Sekitar tahun 1980-an terdapat suatu kasus di salah satu rumah sakit bersalin, beberapa pasien mengalami kesulitan persalinan akibat mengkonsumsi jamu cabe puyang sepanjang masa kehamilan. Setelah dilakukan penelitian, ternyata jamu cabe puyang mempunyai efek menghambat kontraksi otot pada binatang percobaan. Oleh karena itu kesulitan melahirkan pada ibu-ibu yang mengkonsumsi cabe puyang mendekati masa persalinan karena kontraksi otot uterus dihambat terus-menerus sehingga memperkokoh otot tersebut dalam menjaga janin di dalamnya. Sebaliknya jamu kunir asem bersifat abortivum sehingga mungkin dapat menyebabkan keguguran bila dikonsumsi pada awal kehamilan. Sehubungan dengan itu, sebaiknya bagi wanita hamil minum jamu cabe puyang di awal kehamilan untuk menghindari resiko keguguran dan minum jamu kunir asem saat menjelang persalinan untuk mempermudah proses persalinan Katno, 2008.

c. Ketepatan Cara Penggunaan.

Satu tumbuhan obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun kecubung, jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan atau mabuk Sari, 2006.

d. Ketepatan Pemilihan Bahan

Keracunan sering terjadi antara tumbuhan ngokilo Gynura segetum Luor yang dianggap sama dengan keji beling, daun sambung nyawa Gymnurae procumbensis dengan daun dewa Gynura procumbens Lour Merr. Akhir-akhir ini terhadap tumbuhan kunir putih, dimana 3 jenis tumbuhan yang berbeda Curcuma mangga, Curcuma zedoaria, dan Kaempferia rotunda sering kali sama-sama disebut Universitas Sumatera Utara 10 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU sebagai “ kunir putih “ yang sempat mencuat kepermukaan karena dinyatakan bisa digunakan untuk pengobatan penyakit kanker Ilyas, 2010.

e. Pemilihan Tumbuhan Obat Ramuan

Ada beberapa tumbuhan obat yang secara empiris dinyatakan sama. Komponen tumbuhan obat untuk pelangsing, terdiri dari : kulit kayu rapet, dan daun jati belanda, daun jungrahap, rimpang kunyit dan temu lawak. Formulasi ini menggambarkan nafsu makan ditingkatkan oleh temu lawak dan kunyit, tetapi penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan jati belanda. Pengaruh kurangnya defekasi dinetralisir oleh temu lawak dan kunyit sebagai pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan sedangkan proses defekasi dan dieresis tetap berjalan sebagaimana biasa Ilyas, 2010.

2.5. Sejarah Angkola

Angkola berasal dari nama sungai Batang Angkola yang diberi nama seorang penguasa yang sangat bengis yang berasal dari India Selatan yang bernama Rajendra Kola Ang Kola – yang dipertuan Kola. Masuk Melalui Padang lawas, dan sempat mendirikan peradaban di Portibi di sekitar tahun 1100 M. Di sebelah Selatan Batang Angkola diberi nama Angkola Jae hilir dan di sebelah utara sungai Batang Angkola diberi nama Angkola Julu hulu. Bangsa Phoenic merupakan bangsa pelaut unggul, yang di zaman dahulu oleh Sulaiman diajak bekerja sama dalam perdagangan dunia yang lebih luas dengan menggunakan armada laut tenaga layar angin di zaman Raja Tyrus dari Sidon. Kapal layar Bangsa Phoenic yang disebut dengan PEHERU. Sampai hari ini orang Sumatera masih tetap menggunakan kata perahu untuk kapal layar. Kemungkinan besar tulisan Batak tersebut diciptakan akibat adanya interaksi perdagangan dengan bangsa Phoenic dan bangsa Yahudi dengan masyarakat Debata batak dengan bangsa ini sejak abad sebelum masehi Adolfo, 2008. Universitas Sumatera Utara 11 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Seperti tertulis dalam sejarah bahwa Sulaeman pernah berkongsi dagang bersama Raja Tyrus untuk mendapatkan kemenyan, rempah-rempah, kapur barus dan emas dari Land of God tanah Tuhan, tanah Debata yang kemudian orang Eropah di abad 18 menyebut dengan tanah Batak dikutip dari sejarah Sumatera, Marsden yang waktu tempuhnya 3 tahun pulang pergi. Kita tahu bahwa Angkola dan Mandailing adalah penghasil kemenyansekko yang banyak digunakan oleh orang-orang zaman dulu untuk acara ritual agama Adolfo, 2008. Pada suku angkola dikenal Dalian Na Tolu yang artinya adalah “ Kehidupan Yang Tiga” dimana kesetaraan kehidupan berdasarkan DNA garis keturunan yaitu Kahanggi garis keluarga Bapak, Mora garis keluarga Ibu dan Anakboru garis keluarga saudara perempuan keluarga Bapak Harahap, 2004. Setelah ribuan tahun kerajaan Debata hancur berantakan diserang dan dijajah oleh India Selatan di abad-11 dengan peninggalan prasasti Lobu Tua dan Portibi, yang kemudian memaksakan sistem sosial Hindu dengan istilah surat tumbaga holing yang banyak diadopsi orang Batak di abad pertengahan. Sistem sosial ini menyebabkan masyarakat Batak terjebak dalam budaya perbudakan dengan aturan surat tumbaga holingnya yang mencoba menggilas peradaban asli yang diciptakan oleh Ompu Raja Debata. Perpecahan pun terjadi dan mengakibatkan munculnya kerajaan-kerajaan kecil serta terjadi perbudakan besar-besaran di tanah Debata. Raja- raja di Toba menyerang kerajaan-kerajaan yang lebih kecil untuk dijadikan Hatoban atau Jappurut kemudian dijual ke Sumatera Timur dan Selat Malaka sebagai budak. Saat ini Angkola adalah tempat atau daerah yang ditempati oleh suku-suku Batak yang berasal dari daerah Sianjur Mula-Mula dan Dairi, yang mayoritas dari turunan Ompu Raja Debata dari group marga Ompu Guru Tetea Bulan seperti Sagala, Siregar, Pulungan, Harahap dan Lubis Baumi, 1984. Universitas Sumatera Utara 12 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Deskripsi Area