Gambar 12. Grafik asupan pakan tikus betina akibat pemberian infusa daun sirih
merah Keterangan :
Dosis 1 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 1.38 gKg BB Dosis 2 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 2,07 gKg BB
Dosis 3 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 3,105 gKg BB Kontrol = kontrol aquadest 15,525 gKg BB
Pada gambar 11, menunjukkan grafik pola makan tikus jantan normal, untuk semua kelompok perlakuan. Walau terdapat perbedaan pada kelompok
perlakuan dosis 1.38 gKgBB di mana pada awal percobaan terdapat adanya penurunan asupan pakan, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.
Secara garis besar berdasarkan grafik pada gambar 11 dan 12 menunjukkan pola makan tikus jantan dan betina normal, bila terdapat
peningkatan atau penurunan asupan pakan tetapi tidak bermakna. Perubahan berat badan pada tikus jantan dan betina disebabkan oleh proses pertumbuhan dan
asupan pakan tikus.
45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam penelitian ini, tidak didapatkan adanya spektrum toksik infusa daun sirih merah selama 28 hari terhadap perubahan kadar SGOT darah di mana
menunjukkan hasil perbedaan tidak bermakna serta perubahan pada gambaran histopatologi jantung yang tidak teramati perubahan yang spesifik.
2. Tidak terdapat hubungan antara dosis infusa daun sirih merah dengan spektrum efek toksik pada perubahan kadar SGOT darah dan histopatologi
jantung.
B. Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan pemberian infusa daun sirih merah dari 28 hari menjadi 90 hari guna mengetahui seberapa besar efek toksik yang
ditimbulkan. 2. Perlunya peningkatan jumlah hewan uji tiap perlakuan dari 5 ekor jantan dan
5 ekor betina menjadi 10 ekor jantan dan 10 ekor betina guna mengetahui efek toksik yang ditimbulkan oleh infusa daun sirih merah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahadi, M.R., 2003, Kandungan Tanin Terkondensasi dan Laju Dekomposisi pada Serasah Daun Rhizospora mucronata lamk pada Ekosistem Tambak
Tumpangsari, Purwakarta, Jawa Barat, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Astuti, 2011, KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN SIRIH MERAH: Piper crocatum Ruitz Pav dan Piper porphyrophyllum, Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI, Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 7A 83
–85. Campbell, N.A., 2004. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta ; Erlangga.
DepKes, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Jakarta, pp. 88. Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, volume kelima,
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Direktur Pelayanan Kefarmasian, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp.59. Djojodibroto, R.D., 2003, Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan General Medical
Check Up, Pustaka Populer Obor, Jakarta, pp. 59-60. Donatus, I.A., 2005, Toksikologi Dasar, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
pp.1, 187, 145- 164, 193-194. Friedman, L.S., Keeffe, E.B., 2011, Handbook of Liver Disease, ed.3
th
, Elsevier Health Sciences, Indiana University, p.3-4.
Guenther, E.et al., Penerjemah: S. Ketaren, 2006, Minyak Atsiri, Jilid 1, Penerbit Universitas Indonesia, UI Press Jakarta.
Handayani, T., 2006, Pengaruh Daya Anti Bakteri Ekstrak Daun Teh Segar Camelia sinensis terhadap Streptococcus alpha, Jurnal Persatuan Dokter
Gigi Indonesia Agustus 2006 : pp. 50. Hartini, Y.S., Wahyuono, S., Widyarini, S., Yuswanto, Ag., 2013, Uji Aktivitas
Fagositosis Makrofag Senyawa Kode Pc-2 dari Daun Sirih Merah Piper crocatum Ruiz Pav. Secara In-vivo, Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia ke-44, Stifi Bhakti Pertiwi Palembang, Palembang.
Herman, R., 2009, Buku ajar FISIOLOGI JANTUNG, Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp. 1, 2, 9, 10.