bahwa 2 g kitosan dapat terlarut sempurna di dalam asetat 2. Penelitian ini sesuai dengan yang dituliskan oleh Sugita 2009. Dunn, Grandmaison dan
Goosen 1997 juga menyatakan bahwa interaksi ionik yang terjadi antara gugus amina pada kitosan yang terprotonasi dengan gugus asetil pada asam
asetat ini dapat membentuk garam kitosan yang larut air. Wadah yang digunakan untuk membuat membran ini adalah nampan
plastik merk lion star. Alasan dipilih nampan ini karena sebelumnya pada penggunaan cawan petri selama orientasi ternyata membran kitosan menjadi
sangat lengket dan sulit untuk dikeluarkan dari tempatnya, sehingga justru merusak membran yang terbentuk. Peristiwa ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santoso 2006, yaitu untuk melepaskan suatu membran kitosan dari bahan yang terbuat dari kaca, maka membran tersebut harus
dimasukkan dalam suatu larutan natrium hidroksida 4 sampai membran terlepas dari kaca. Larutan natrium hidroksida ini berfungsi sebagai non
pelarut yang dapat berdifusi kebawah lapisan membran hingga membran terangkat ke atas dan mudah dilepaskan dari plat kaca.
C. Pembuatan Biomaterial Selulosa Bakteri dengan Penambahan
Kitosan
Pembuatan biomaterial selulosa bakteri+kitosan ini juga dilakukan orientasi sebelumnya. Tata cara pembuatannya sama dengan tata cara
pembuatan biomaterial selulosa bakteri, yang berbeda adalah pada saat pencampuran biomaterial selulosa bakteri dengan kitosan. Ada 3 metode yang
diorientasikan oleh tim peneliti farmakologi. Metode yang pertama dilakukan adalah metode perebusan dengan menggunakan cawan petri sebagai tempat
inkubasi, selanjutnya dilakukan metode perebusan dengan menggunakan nampan sebagai tempat inkubasi dan terakhir dilakukan metode pelapisan.
Pada metode yang pertama, semua bahan yang diperlukan untuk proses fermentasi bakteri dicampurkan ke dalam cawan petri. Metode ini gagal
dilakukan karena kitosan tidak mau larut dalam air cucian beras. Kitosan merupakan suatu polisakarida yang memiliki bobot molekul tinggi, oleh
karena itu kitosan sangat sukar larut dalam air. Selain itu tidak terbentuk lapisan pelikel pada petri. Hal itu diduga kultur bakteri kesulitan mendapatkan
oksigen. Karena oksigen yang sulit menembus cawan petri inilah mengakibatkan bakteri tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan oksigen
sebagai proses metabolismenya, sehingga kemungkinan bakteri di dalam petri tersebut tidak akan hidup.
Pada metode kedua cara kerja sama dengan metode pertama, yang berbeda ialah pada penggunaan wadah. Selama masa inkubasinya, pada
metode ini digunakan nampan dengan tutup berupa kertas koran. Digunakan kertas koran ini karena kertas ini merupakan jenis kertas yang memiliki
banyak pori-pori sehingga akan membantu penetrasi dari oksigen ke dalam wadah fermentasi, dimana oksigen ini sangat diperlukan oleh bakteri
Acetobacter xylinum untuk dapat melakukan proses metabolisme. Selain itu,
dibandingkan dengan cawan petri, kertas koran juga lebih dapat mengurangi
penetrasi cahaya dari luar. Namun, ternyata kegagalan masih terjadi pada metode kedua ini. Lepisan pelikel tetap tidak dapat terbentuk. Hal ini
kemungkinan dikarenakan akibat adanya pengaruh sifat anti mikroba dari kitosan yang menghambat pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Oleh
karena itu, metode diganti menjadi metode pelapisan. Pada metode ketiga ini, kitosan ditambahkan setelah biomaterial selulosa bakteri terbentuk dan selesai
dicuci. Setelah lapisan pelikel selulosa bakteri tersebut direndam dengan larutan kitosan, lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 40
o
C selama kurang lebih dua minggu.
Pengubahan metode mengacu pada penelitian Kuusipalo, Kaunisto, Laine, dan Kellomaki 2005 yaitu menjadi metode pencelupan selulosa yang
sudah jadi ke dalam kitosan 2 bv asam asetat 2. Suhu yang digunakan pada proses pengeringan adalah 40
o
C karena menurut Umemura, Mihara dan Kawai 2010 dapat terjadi peristiwa Maillard reaction ketika membran
kitosan yang dilarutkan dalam asam asetat 1 dan dikeringkan pada suhu
50
o
C. Maillard reaction merupakan reaksi kimia yang terjadi antara asam amino dengan gula pereduksi akibat adanya pengaruh suhu.
D. Analisis Karakteristik Biomaterial