c. Pencegahan tindak pidana melalui pendekatan kemasyarakatan
Pencegahan tindak pidana melalui pendekatan kemasyarakatan maksudnya  adalah  suatu  kegiatan  yang  bertujuan  untuk  megurangi
terjadinya tindak pidana dengan cara peningkatan kontrol sosial secara formal  dan  informal  antara  lain  pengawasan  yang  dilakukan  secara
formal aparat penegak hukum terhadap tempat-tempat yang di sinyalir sering  dilakukan  untuk  berbuat  zina.  Kepolisian  Resor  Sukoharjo
secara rutin melakukan kegiatan patrol serta penggerebekan di tempat- tempat  penginapan  seperti  hotel,  kos-kosan  yang  sering  dijadikan
tempat  kumpul  kebo  dan    sering  dijumpainya  pasangan  tanpa  surat nikah di tempat-tempat penginapan tersebut.
Pengawasan  secara  informal  dapat  dilakukan  dengan  cara pengawasan  oleh  keluarga  terhadap  anggota  keluarganya  yang
mengarah pada perbuatan-perbuatan zina, pengawasan dari orang tua terhadap  anaknya  yang  mengarah  pada  perilaku-perilaku  pergaulan
bebas yang dilakukan oleh anaknya. Pengawasan dari masyarakat juga sangat  penting  terhadap  warganya  yang  kumpul  kebo  yaitu  tinggal
dalam  satu  rumah  tanpa  terikat  perkawinan.  Hal  tersebut  perlu diberantas  dan  dicegah  oleh  masyarakat  karena  kehidupan  kumpul
kebo juga semakin marak terjadi di Indonesia. Pengawasan partisipasi, kesadaran serta kerjasama dari masyarakat sangatlah diperlukan dalam
upaya  penanggulangan  terjadinya  tindak  pidana  pembuangan  bayi. selain  pengawasan  secara  formal  dan  informal  juga  perlunya
peningkatan  dan  pemberian  pembinaan  mental,  spiritual  dan penyuluhan  hukum  terhadap  semua  lapisan  masyarakat  guna
peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
108
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Keadaan  masyarakat  yang  sering  mengalami  berbagai  tekanan  ekonomi
dan sosial dapat menimbulkan kemungkinan untuk melakukan kejahatan. Kasus pembuangan bayi lebih cenderung pada masalah kejiwaan, adanya
tekanan  atau  beban  psikologis  yang  ditanggung  seorang  ibu  terhadap anak  yang  dilahirkannya.  Pengungkapan  kasus  tindak  pidana
pembuangan  bayi  oleh  pihak  Kepolisian  bukanlah  hal  yang  mudah, namun  dalam  hal  ini  Polri  mempunyai  tugas  untuk  menegakkan
ketertiban  dan  keamanan  masyarakat  serta  perlindungan  terhadap  anak korban  kejahatan  dan  tegaknya  hukum  di  Indonesia  sebagaimana
ketentuan  dalam  Undang-Undang  Nomor  2  Tahun  2002.  Langkah  yang ditempuh  oleh  pihak  Kepolisian  Resor  Sukoharjo  dalam  mengungkap
kasus  tindak  pidana  pembuangan  bayi  antara  lain  mengecek  ke  rumah sakit-rumah sakit terutama rumah sakit bersalin, pemberitaan atau ekspos
ke  surat  kabar  baik  media  cetak  maupun  elektronik,  melakukan  proses penyelidikan.  Kebijakan  yang  diambil  oleh  Kepolisian  Resor  Sukoharjo
kepada pelaku tindak pidana pembuangan bayi antara lain, pelaku masih bersekolah  atau  tidak  apabila  masih  bersekolah  maka  tidak  dilakukan
penahanan  supaya  pelaku  bisa  melanjutkan  sekolah,  wajib  apel  bagi pelaku tindak pidana  yang  masih  bersekolah pada hari senin dan kamis,
wajib mengikuti proses penyidikan dan sampai selesai proses pengadilan. Kebijakan  yang  dilakukan  Kepolisian  Resor  Sukoharjo  untuk  tidak
dilakukannya penahanan terhadap pelaku tindak pidana pembuangan bayi menyimpang dari pasal 21 KUHAP sehingga penulis dalam pembahasan
menganalisis dengan menggunakan teori Thomas R. Dye.