Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

ibu hamil dan anak yang lebih membutuhkan makanan yang terbaik karena ibu untuk kebutuhannya dan janin yang dikandung sedangkan anak karena masa petumbuhan. Pembagian makanan berkenaan dengan pembagian pangan yang dikonsumsi oleh perorangan, anggota suatu keluarga. Di sini pun sering pembagian pangan tersebut tidak merata. Yang dimaksud merata disini bukanlah bahwa setiap anggota keluarga tersebut mendapat jatah bagian makanan yang sama banyak, tetapi bahwa setiap anggota keluarga itu mendapat jumlah makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya, menurut umur dan keadaan fisik serta jenis kelaminnya Sediaoetama, 2008.

5.4. Pemeriksaan Kehamilan

5.4.1. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, BBLR lebih banyak ditemukan pada ibu dengan jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan tidak baik 83,9 dibandingkan dengan ibu yang pola makan baik 58,1. Secara statistik uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak baik dengan BBLR p=0,002. Hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh antara jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak baik dengan BBLR. Hal ini sesuai dengan apa yang dipertegas oleh M.S. Kramer bahwa salah satu penyebab terjadinya BBLR adalah pemeriksaan atau pemantau Ante Natal Care yang tidak teratur. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Pada saat seorang wanita hamil maka akan terjadi perubahan baik fisik maupun psikologisnya secara umum proses kehamilan adalah merupakan hal yang fisiologis terjaadi pada setiap kehamilan tetapi proses yang fisiologis ini dapat berubah menjadi hal yang patologis bila tidak dilakukan Pemantauan atau pemeriksaan kehamilan yang teratur minimal 4 kali selama kehamilan dapat mendeteksi dini kelainan-kelainan pada ibu selama kehamilan dan janin yang dikandung. Berdasarkan uji regresi logistik, diketahui bahwa variabel kunjungan pemeriksaan kehamilan berpengaruh terhadap BBLR OR=17,558 artinya bahwa ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak baik mempunyai peluang 17,558 kali melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu hamil yang kunjungan pemeriksaan kehamilannya baik. Didukung dengan penelitian yang dilakukan Marissa, dkk di kelurahan kramat jati dan ragunan ternyata menunjukkan hasil bahwa 60,0 ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran minimal 4 kali selama kehamilan dan 89,0 responden tidak mendapatkan pelayanan “7T” Pemeriksaan kehamilan dianjurkan untuk dilakukan oleh ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 4 bulan atau antara 0-3 bulan trimester I, kunjungan keuda pada usia kehamilan natara 4-6 bulan trimester II, sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA trimester III. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes, Posyandu, Puskesmas, Rumah sakit, Praktek dokter atau bidan swasta. Kusmiyati, 2008. Sesuai dengan hasil penelitian Joeharno di kabupaten serang tahun 2007, yang menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan ante natal care merupakan faktor resiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara lengkap beresiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Situasi di Kecamatan Pancur Batu ibu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan 4 kali selama kehamilan dapat diperngaruhi oleh jarak tempuh yang jauh antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan selain itu pula dengan pendapatan bulanan yang tidak mencukupi ibu cenderung lebih mementingkan kebutuhan yang prioritas misalnya sandang dan pengan dibanding untuk memeriksakan kehamilannya kepetugas kesehatan bahkan terkadang ibu memandang bahwa proses kehamilan merupakan suatu proses yang biasa-biasa saja sehingga tidak perlu memeriksakan kehamilan kepetugas kesehatan.

5.4.2. Komponen Pemeriksaan Kehamilan 7T

Dokumen yang terkait

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

3 90 80

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Budaya dan Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

8 64 134

Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir

4 59 53

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Budaya Dan Pemeriksaan Kehamilan Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

0 0 40

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Sosial Ekonomi - Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Budaya Dan Pemeriksaan Kehamilan Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Budaya Dan Pemeriksaan Kehamilan Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

0 0 9

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI, BUDAYA DAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 TESIS

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Sosial Ekonomi - Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Budaya dan Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

0 0 21

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI, BUDAYA DAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 TESIS

0 0 18