Persiapan Karakteristik Lokasi Pengkajian

10 yang di peroleh dari data sekunder serta informasi hasil penelitian sejenis yang pernah di lakukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan ini meliputi : 1. Penyusunan rancangan pengkajian. 2. Pembagian tugas untuk masing-masing pelaksana pengkajian seperti peneliti, penyuluh, litkayasa, teknisi, dan petugas lapangan setempat. 3. Pembuatan kuesioner dan alat bantu pengkajian lainnya seperti petunjuk teknis, liputan pertanian, flip chart dan peta singkap. 4. Penyiapan sarana dan prasarana pengkajian seperti ternak sapi bali, benih jagung manis, sarana produksi pupuk, kapur pertanian, pakan dan obat - obatan, probiotik bahan baku pakan tambahan pada demplot.

3.4. Persiapan

Persiapan direncanakan sebelum kegiatan pengkajian di implementasikan di lapangan meliputi : 1. Koordinasi internal antar anggota tim dan eksternal dengan stakeholders di provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa setempat . Koordinasi ini dilakukan secara periodik setiap bulan atau pada waktu-waktu tertentu bila diperlukan. Kegiatan ini di lakukan untuk saling bertukar informasi guna kelancaran dan perbaikan pelaksanaan kegiatan di lapangan. 2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi di lapangan secara berjenjang tentang rencana pengkajian yang akan dilakukan mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan BPP, serta calon lokasi yang akan di jadikan target pelaksanaan kegiatan pengkajian. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang tujuan, sasaran dan manfaat program yang akan dilaksanakan dengan demikian semua pihak terkait yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini memahami dan mendukung sepenuhnya selama kegiatan berlangsung.

3.5. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan

Petani peternak yang terlibat dalam kegiatan pengkajian ini yaitu sebanyak 30 orang, yang berada dalam satu kabupaten yang memiliki ternak sapi dengan kandang yang berdekatan serta mempunyai lahan untuk tanaman jagung. 11 I mplementasi dan penataan sistem integrasi melalui teknologi usaha integrasi sapi potong yang terpadu dengan tanaman jagung manis dengan umur panen 55 - 65 hari. Peningkatan mutu nutrisi pakan ternak sapi dilakukan dengan pemberian pakan tambahan yang berupa mineral.

3.5.1. Metode

Kegiatan teknis yang akan dilakukan adalah implementasi pengembangan sistem dan usaha integrasi sapi potong dengan tanaman jagung di lahan sub optimal. Pengkajian dilakukan secara partisipatif dilahan petani dan melibatkan petani sebagai kooperator. Karakterisasi lokasi pada areal lahan kering berbasis tanaman pangan menggunakan metode PRA participatory rural appraisal pada lokasi yang memiliki potensi bagi penerapan model usaha sapi potong di lahan kering berbasis tanaman pangan kegiatan ini untuk mendata potensi, kendala dan prospek usaha sapi potong untuk penggemukan. Penentuan petani peternak kooperator yang memiliki kandang dalam hamparan yang berdekatan, dengan kapasitas ternak 21 ekor sapi bali berumur 1,5 – 2 tahun yang di bagi ke dalam 3 perlakuan pakan dan tiap perlakuan terdiri dari 7 ekor sapi sebagai ulangan yang di susun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK. Formulasi pakan dan komponen teknologi yang di terapkan dalam pengkajian yang digunakan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Formulasi Pakan Pengkajian No. Bahan Pakan Perlakuan I I I I I I …………….. BB…………….. 1. Limbah jagung non fermentasi 10 - - 2. Limbah jagung fermentasi - 10 - 3. Hijauan rumput - - 10 4. Mineral 0,01 0,01 0,01 12 Tabel 2. Komponen teknologi budidaya jagung manis No. Komponen Teknologi Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Varietas unggul Pengolahan tanah Sistem tanam Jarak tanam cm Jumlah benih perlubang tanam Cara pemupukan Penyiangan Pengendalian hama penyakit Sistem panen Jagung manis varietas Bonanza TOT Monokultur 75 x 25 cm 1 biji Tugal 3 kali 2 kali PHT Manual Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data tahap awal dilakukan identifikasi wilayah dengan koordinasi dengan stake halder di kabupaten. Data yang di kumpulkan, meliputi data potensi wilayah, biofisik, karakteristik peternak sapi potong sebelum dan sesudah menerapkan sistem integrasi, data pertumbuhan ternak, pertambahan bobot badan ternak, pertumbuhan tanaman jagung, produksi buah jagung manis, kesuburan tanah sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman-ternak, perkembangan jumlah peternak sapi potong yang menerapkan teknologi integrasi yang ditawarkan. Data pendukung untuk kelancaran berlangsungnya kegiatan serta jenis dan jumlah lembaga penunjang yang terlibat dalam kegiatan integrasi ternak sapi dengan tanaman jagung yang diterapkan pada lokasi pengkajian. Untuk komoditas tanaman jagung dengan luas lahan 3 ha budidaya pemeliharaan tanaman jagung mengacu kepada PTT jagung Departemen Pertanian 2008, Dirjen Tanaman Pangan 2008, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009 a , tanaman jagung manis hibrida ditanam 10 kali tanam setiap selang waktu 7 hari, luas setiap kali tanam masing-masing adalah 0,25 ha. Penanaman jagung dilakukan secara bertahap, setiap kali penananam jagung manis adalah seluas 2.500 m 2 . Penanaman jagung manis dilakukan 12 kali tanam, dengan selang waktu 7 hari 1 kali tanam. Dosis pemupukan tanaman jagung adalah Kapur 1.500 kg ha, Urea 300 kg ha, SP-36 100 kg ha, KCL 50 kg ha dan pupuk kompos organik 2.000 kg ha. 13

3.5.2. Parameter yang diamati

Parameter yang diamati adalah: 1. Analisis kesuburan tanah sebelum dan setelah dilakukan integrasi pada lahan suboptimal. 2. Produksi jagung manis t on ha dan produksi jerami jagung manis batang dan daun jagung ton ha. 3. Pertambahan bobot badan sapi induk yang di integrasikan dengan tanaman jagung kg ekor hari. 4. Analisis nilai ekonomi penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal. Pertambahan bobot badan ternak dilakukan penimbangan setiap bulannya. Pengamatan nilai ekonomis usaha integrasi ternak dan tanaman dihitung berdasarkan output dan outcome yang di lakukan sebelum dan setelah integrasi.

3.5.3. Analisis data

Data pertumbuhan dan produkt ivitas tanaman jagung, ternak dan lahan yang terkumpul dianalisis dengan analisis of variant ANOVA dan uji lanjut dengan Tukey Gomez dan Gomez, 1984. Pengkajian ini menggunakan 3 perlakuan pakan Tabel 1 setiap perlakuan diulang 7 kali, faktor yang di ukur pada ternak sapi adalah pertambahan bobot badan. Analisis finansial dilakukan untuk menentukan kelayakan usahatani. Data hasil pengkajian yang diadopsi oleh pengguna dianalisis secara deskriptif serta menggunakan interval kelas.

3.5.4. Temu lapang

Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyebaran informasi hasil pengkajian bagi para pelaku usaha dan pelaku agribisnis perternakan sapi potong dari lokasi lain yang memiliki karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi yang sama. 14 I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian

Desa Batu Raja R dan Batu Layang secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara, topografi yang bergelombang dan berbukit -bukit, ketinggian tempat 400 – 500 meter diatas permukaan laut, suhu harian rata-rata 25 - 30 C, curah hujan rata-rata pertahun 1.500 mm, tekstur tanah adalah lempung berpasir, jenis tanah podsolik merah kuning, dan pH tanah 5,5 – 6,5. Batas-batas wilayah Desa Baturaja R adalah sebelah Utara dengan Desa Baturoto, sebelah Selatan dengan Desa Padang Bendar, sebelah Timur dengan Desa Padang Bendar dan Hutan TNKS dan sebelah Barat dengan Desa Air Banai. Luas wilayah Desa Batu Raja R dan desa Batu Layang sekitar 438 ha yang didominasi oleh lahan perkebunan dan persawahan. Lahan persawahan sekitar 275 ha, lahan perkebunan 137 ha, sawah irigasi teknis 62 ha, irigasi setengah teknis 113 ha, sisanya adalah kolam, pekarangan dan lahan rawa. Jumlah penduduk sebanyak 932 jiwa terdiri dari 270 kepala keluarga dengan mata pencaharian utama adalah sebagai petani, sebagian kecil pedagang, dan pegawai negeri sipil. Kelompok tani yang terdapat pada desa Batu Raja R berjumlah 8 kelompok tani, 3 kelompok wanita tani dan 1 gapoktan Gapoktan Bumai Jayo. Desa Batu Raja R dan desa Batu Layang adalah daerah perkebunan dan tanaman pangan, tanaman pangan masyarakatnya adalah tanaman padi dan tanaman jagung, masyarakat melakukan pemanenan jagung satu kali musim tanam setiap tahunnya. Berdasarkan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah bahwa desa Batu Raja R dan desa Batu Layang merupakan salah satu daerah penghasil jagung di kabupaten Bengkulu Utara, namun pemanfaatan limbah tanaman jagung daun, batang, kelobot dan tongkol belum termanfaatkan terolah oleh ternak dengan baik. Populasi sapi potong di Desa Batu Raja R sebanyak 217 ekor dan di Desa Batu Layang sebanyak 284 ekor, ayam buras 2.600 ekor, dan kambing berjumlah 39 ekor. Produksi rata-rata komoditas tanaman padi 5 ton ha, jagung 6 ton ha, kakao 0,8 ton ha dan karet 0,225 ton ha. Sarana pendukung usaha ternak pada kelompok cukup memadai, kelompok mempunyai rumah tempat pembuatan kompos rumah kompos, masih tersedia lahan untuk penanaman hijauan 15 makanan ternak HMT seluas 50 ha. Lahan untuk penanaman tanaman jagung masih tersedia di sekitar areal Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang.

4.2. Koordinasi dengan Stakeholders