158 pada
perhitungan range. Hal ini memerlukan solusi pemecahannya dalam pengembangan
ke depan.
Gambar 23. GUI dalam mode time domain.
Gambar 24. GUI dalam mode frekuensi domain.
159
Gambar 25. GUI dalam mode A‐Scan.
Tampak pada gambar 24 dan 25 bahwa sinyal setelah mengalami proses FFT 1
dan FFT 2, tepat berada pada frekuensi yang diinginkan 330kHz. Dan gambar B‐Scan
gambar 26 yang dihasilkan juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu bahwa sinyal
berkorelasi dengan jarak 19 m sesuai dengan teori.
Gambar 26. GUI dalam mode B‐Scan.
160
VI. PENGUJIAN SISTEM
Pada pengujian sistem tahap pertama, dilakukan pengujian dengan melakukan
loop back di mana kedua antena diganti dengan kabel dengan panjang 1 dan 10 meter.
Hasilnya bisa dilihat pada Gambar 27 dan 28. Pada kedua gambar tersebut tampak
bahwa sistem transceiver dan pemrosesan sinyal sebenarnya telah berfungsi dengan
ditunjukkannya perubahan letak obyek yang tergambar pada gambaran B‐Scannya.
Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan antena, di mana antena
penerima diletakkan secara tetap pada sisi receiver, sedangkan antena pemancar
dihubungkan dengan kabel sepanjang 10 meter dan kemudian digerakkan maju mundur
pada jarak tertentu terhadap antena penerima. Hal ini dilakukan untuk men‐simulasi
delay, seolah olah terdapat obyek pemantul yang bergerak yang menyebabkan
perubahan jarak lintasan gelombang radio. Dalam percobaan ini jarak antara antena
pemancar ‐objek pemantul‐antena penerima diwakili oleh jarak rambat antara kedua
antena yang saling berhadapan. Gambar 29
menunjukkan hasil visualisasi B‐Scan nya.
Gambar 27. Pengujian sistem dengan kabel loopback sepanjang 1m.
161 Gambar
28. Pengujian sistem dengan kabel loopback sepanjang 10m.
Gambar 29. hasil pengujian system dengan simulasi perubahan jarak lintasan gelombang
antar antenna.
Gambar 30 menunjukkan berbagai konfigurasi pengujian prototype through wall
radar, baik ketika dicoba untuk mendeteksi obyek, baik yang berada di balik dinding
maupun tidak.