PPET LIPI - File Lap Tek 2012
(2)
LAPORAN
TEKNIS
TEMATIK
TAHUN
2012
Tim Penyusun:
Rr. Widhya Yusi Samirahayu, SE., MT Dr. Purwoko Adhi
Yadi Radiansah, ST Lisdiani
PUSAT PENELITIAN ELEKTRONIKA DAN TELEKOMUNIKASI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
(3)
KATA
PENGANTAR
Program Tematik tahun 2012 di Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET) terdiri dari 5 kegiatan, yang terbagi dalam tiga bidang yaitu Telekomunikasi, Elektronika, dan Bahan dan Komponen Mikroelektronika.
Laporan Teknis ini disusun oleh masing‐masing tim peneliti kegiatan yang bersangkutan, dan hanya menampilkan hasil‐hasil yang dicapai selama tahun 2012. Oleh karena itu, laporan ini tidak bersifat akumulatif walaupun beberapa kegiatan telah memasuki tahap akhir. Akan tetapi, laporan ini tetap diharapkan bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk masyarakat pada umumnya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, baik secara substansi maupun format penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa kami harapkan guna perbaikan kualitas laporan teknis PPET dimasa yang akan datang.
Bandung, Januari 2013
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Kepala,
Dr. Hiskia
NIP. 19650615 199103 1 006
(4)
DAFTAR
ISI
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. Pemanfaatan dan Pemasangan Radar Pengawas Pantai (Surveillance
Radar) – Peneliti Utama : Dr. Mashury
2. Pembuatan Magnet Barium Ferit Nano Partikel Bonded Hybrid untuk
Aplikasi Generator – Peneliti Utama : Nanang Sudrajat, ST
3. Pembuatan Sel Surya – Peneliti Utama : Dra. Erlyta Septa Rosa, MT
4. Perancangan Battery Control Unit (BCU) pada Modul Panel Surya 50
Watt Peak (WP) – Peneliti Utama : Iqbal Syamsu, MT
5. Pengembangan Through‐Wall Radar untuk Life Detector – Peneliti
Utama : Dr. Purwoko Adhi
(5)
Pemanfaatan dan Pemasangan
RADAR Pengawas Pantai
Dr.
Mashury
(6)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan Penelitian : Pemanfaatan dan Pemasangan Radar Pengawas Pantai (Surveillance Radar) 2. Kegiatan Prioritas : Informatika dan Telekomunikasi
3. Peneliti Utama :
Nama : Dr. Mashury
Jenis Kelamin : Pria
4. Sifat Penelitian : Baru (Tahun ke 3) 5. Lama Penelitian : 4 (empat) Tahun 6. Biaya Total 2011 : Rp. 1.318.250.000,‐
Bandung, 31 Desember 2012 Disetujui,
Ka. Pusat Peneltian Elektronika dan Telekomunikasi ‐ LIPI
Dr. H i s k i a
NIP. 19650615 199103 1 006
Peneliti Utama
Dr. Mashury .
NIP. 19680408 199303 1 007
(7)
ABSTRAK
Rancang bangun sebuah prototip Radar Pengawas Pantai (Coastal Surveillance Radar) yang dinamakan ISRA (Indonesian Surveillance Radar) akan dilakukan dalam penelitian ini. Setelah dilakukan rancang bangun, maka akan dilakukan pengetesan Radar ISRA didalam laboratorium dan di lapangan yang berdekatan dengan wilayah pantai. Setelah dilakukan perbaikan kinerja berdasarkan hasil pengetesan, akan dilakukan pengujian bersama/oleh pihak‐pihak pengguna (user) Radar didalam negeri. Setelah itu, dilakukan instalasi Radar ISRA di salah satu pelabuhan yang disetujui oleh Ditjen Hubla Kemenhub. Semua Radar Pengawas Pantai ISRA ini yang telah dibuat diharapkan dapat terkoneksi dalam suatu jaringan sehingga bisa dimonitor secara jarak jauh dari Jakarta atau Bandung. Pemanfaatan dan pemasangan Radar ISRA ini akan membantu pemerintah dalam pengawasan wilayah perairan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena Indonesia memiliki panjang pantai lebih dari 80.000 km. Tindakan ilegal diwilayah perairan NKRI dapat dikurangi melalui pengawasan menggunakan Radar ISRA ini.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengamanan dan pengawasan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dengan 2/3 wilayah terdiri dari lautan akan memerlukan aparat dan peralatan yang berjumlah sangat besar. Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan panjang pantai terbesar didunia yaitu lebih dari 80.000 Km. Pada kenyataannya, kemampuan TNI‐AL dan POLRI untuk mengawasi wilayah RI sangat terbatas sehingga wilayah perairan Indonesia rawan akan pencurian ikan, pelanggaran wilayah oleh kapal‐kapal asing, pembajakan kapal laut dan penyelundupan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan aparat pemerintah dalam mengawasi dan mengamankan wilayah adalah dengan menggunakan Radar Pengawas Pantai untuk mengawasi pergerakan kapal laut sehingga dapat dicegah tindakan‐tindakan yang dapat merugikan NKRI dan juga tabrakan kapal apabila hendak merapat ke pelabuhan. Pemasangan Radar Pengawas Pantai daya besar (high power) di kapal atau dipinggir daratan (sekitar pantai) dapat digunakan untuk mengawasi wilayah laut yang luas sampai beberapa puluh mil laut. Gambar 1 memperlihatkan contoh Radar Pengawas Pantai dan aplikasinya dalam pengawasan pelabuhan.
(8)
Berdasarkan uraian diatas maka penggunaan Radar sangat penting untuk pengawasan dan pengamanan wilayah perairan NKRI. Kemandirian bangsa dalam pembuatan Radar akan sangat membantu dalam penyediaan Radar didalam negeri. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa kondisi perekonomian bangsa yang sedang terpuruk ini tidak memungkinkan pemerintah untuk membeli peralatan Radar dari luar negeri yang umumnya bernilai sangat mahal (dari U$100.000 sampai dengan jutaan U$ dollar). Hal ini ditambah dengan sulitnya mekanisme pembelian Radar yang sifatnya strategis dibidang pertahanan dan keamanan.
Puslit Elektronika dan Telekomunikasi LIPI telah membuat satu prototip Radar Pengawas Pantai pada tahun 2009. Diharapkan pada tahun 2010, akan selesai prototip ke 2 yang merupakan prototip versi komersial/produksi. Gambar 2 memperlihatkan desain grafis dari bentuk system antena Radar (tampak depan dan belakang). Hasil perakitan perangkat keras dan enam belas (16) antena modul ditunjukkan pada Gambar 3. Radome atau bungkus luar dari system antena untuk melindungi terhadap cuaca dan pengaruh lingkungan diperlihatkan pada Gambar 4.
Ilustrasi pemakaian Radar pengawas pantai untuk pengawasan wilayah perairan sekitar Selat Sunda ditunjukkan pada Gambar 5. Diasumsikan ada tiga buah Radar yang terhubung melalui satu jaringan. Dalam gambar ini, daerah jangkauan Radar ditentukan oleh kemampuan daya pancar, ketinggian menara dan polarisasi dari antena [1, 2, 3, 4]. Penggunaan jaringan Radar Pengawas Pantai memungkinkan lalu lintas kapal disekitar Selat Sunda dan yang menuju atau dari Pelabuhan Tanjung Priok dapat diamati.
Blok diagram Radar frequency modulated‐continuous wave (FM‐CW) yang digunakan pada prototip Radar PPET‐LIPI diperlihatkan pada Gambar 6 [1, 4]. Sistem Radar FM‐CW ini terbagi atas dua bagian utama yaitu transmitter (pemancar) dan receiver
(penerima). Hasil deteksi Radar akan ditampilkan oleh Display unit yang mengolah sinyal/data yang diterima dari bagian Receiver menjadi suatu gambar yang dapat diinterpretasikan dengan mudah oleh pengguna [5, 6, 7‐18]. Pengolahan sinyal Radar ini dilakukan oleh sebuah komputer yang berkemampuan tinggi sehingga semua proses dilakukan secara real time untuk menghindari adanya penundaan (delay). Seiring dengan
(9)
kemajuan teknologi Radar, peranan perangkat lunak untuk pengolahan sinyal menjadi semakin penting (vital) [5, 6, 7‐18]. Tampilan dari Radar akan disesuaikan dengan kelaziman yang berlaku pada Radar Pengawas Pantai yang telah dijual dipasaran, yaitu antara lain mengikuti regulasi International Maritime Organization (IMO) dan menampilkan parameter‐parameter penting dari Radar sebagai informasi untuk pengguna. Terdapat dua antena yang masing‐masing digunakan untuk memancarkan sinyal Radar ke obyek yang ingin diamati dan untuk menerima sinyal Radar yang dipantulkan oleh obyek. Antenna control yang berfungsi untuk mengatur agar gerakan antenna sesuai dengan tampilan dilayar dari Display unit. Pembangkit frekuensi (frequency generator) berfungsi untuk membangkitkan sinyal sweep, memberikan input sinyal osilator (local oscillator) frekuensi rendah dan tinggi ke bagian pemancar dan penerima, serta menghasilkan sinyal dengan frekuensi referensi.
Gambar 1. Radar maritim di tepi pantai.
(10)
Gambar 3. Bagian depan (kiri) dan belakang (kanan) sistem antena yang telah dirakit.
(11)
Gambar 5. Illustrasi jangkauan Radar untuk Selat Sunda.
Gambar 6. Blok Diagram Sistem Radar FM‐CW.
Standar‐standar yang ada saat ini untuk Radar Maritim (termasuk Radar Pengawas Pantai) adalah:
•
Standard Performance Radar Kapal: sesuai Resolution IMO A.477(XII).•
Standards Performance for Automatic Radar Plotting AIDs (ARPAs): sesuai Resolution IMO A.823 (19).Selat Sunda
Pembangkit Frekuensi (Frequency Generator)
Pemancar (TX)
Penerima (RX)
Antena TX
Antena RX
Personal Computer +
(12)
•
Standard Performance untuk VTS: Recommendations IALA V‐128 on Operational and Technical Performance Requirements for VTS Requirements.Berdasarkan standar diatas, maka prototip Radar ISRA terutama prototip II yang merupakan versi komersial harus dapat memenuhi semua standar‐standar yang ada. Maka pengetesan Radar ISRA dilakukan mengikuti ketentuan didalam standar tersebut dan ketentuan yang di‐inginkan oleh user. Apabila semua standar sudah dipenuhi, maka Radar ISRA layak mendapatkan sertifikasi. Akan ada serangkaian pengetesan yang dilakukan secara intensif dengan Dislitbang TNI‐AL dan Direktorat Kenavigasian Ditjen Hubla, Dephub.
Dikarenakan Radar ISRA menggunakan frekuensi Radio, maka dalam aplikasinya harus mendapatkan sertifikasi POSTEL yang menyatakan bahwa Radar ISRA layak digunakan dan tidak mengganggu peralatan Radio lainnya. Selain itu, karena Radar ISRA merupakan produk Nasional maka perlu mendapatkan persetujuan dari Badan Standarisasi Nasional dalam bentuk SNI (standar nasional Indonesia).
Pada penelitian Radar tahun 2012 ini dan pada tahun‐tahun selanjutnya, akan dilakukan rancang bangun Radar sesuai dengan prototip II Radar ISRA. Setelah itu dilakukan pengetesan, sertifikasi, pemanfaatan dan pemasangan pada tempat‐tempat tertentu digaris pantai yang berdekatan dengan wilayah perairan strategis. Kemudian, Radar‐Radar yang sudah terpasang ini akan dihubungkan melalui suatu jaringan sehingga dapat dimonitor dan dikendalikan dari jarak jauh.
Spesifikasi Radar yang akan dibuat pada tahun 2012 adalah:
• Principle: FMCW (Frequency‐Modulated Continuous Wave). • Software: IMO Standards + ECDIS* (* optional)
• Transmitter:
(13)
Frequency sweep: 4 MHz, 8 MHz, 16 MHz, 32 MHz, 64 MHz (or 48 MHz).
Selected range: 24 NM, 12 NM, 6 NM, 3 NM, 1,5 NM. The
maximum radar range is set to be 24 NM, larger than 27 km (the predetermined distance from the radar to the horizon) to give a possibility for detecting tall ships located several kilometers beyond the horizon.
Sweep repetition frequency: 1,5 kHz.
Output power: 2 Watt. • Receiver / processor:
IF bandwidth: 60 MHz.
Number of range cells: 512.
Range cells: 48 meter, 24 meter, 12 meter, 6 meter, 3 meter
PC‐based processor.
Standard PC display. • Antenna:
Microstrip patch arrays antenna with rectangular patch elements.
Antenna with flares for reducing vertical beamwidth.
Modular system
Dual antenna configuration for transmit and receive.
Horizontal beamwidth: ~ 2 Degree.
Vertical beamwidth: ~ 10 Degree.
(14)
Rotational speed: 10 rpm max.
a. Perumusan Masalah
• Melakukan rancang bangun Radar Pengawas Pantai (coastal surveillance Radar).
• Pemanfaatan dan pemasangan Radar Pengawas Pantai.
c. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan perancangan dan implementasi dari Radar Pengawas pantai ISRA yang akan dipasang dan dimanfaatkan untuk memonitor wilayah perairan strategis di wilayah NKRI. Prototip Radar Pengawas Pantai ini juga akan dites secara keseluruhan dalam rangka mendapatkan sertifikasi dari lembaga‐lembaga yang berwenang. Serangkaian tes akan dilakukan yang melibatkan pihak pengguna seperti TNI‐AL, dan Direktorat Kenavigasian Ditjen Hubla Dephub.
Sasaran kegiatan penelitian ini pada tahun 2012 adalah perangkat lunak (software) untuk pengolahan sinyal dan jaringan Radar, modul‐modul perangkat keras, sistem antena Radar, sistem mekanik Radar, pengetesan modul‐modul yang sudah dibuat dan mendapatkan sertifikasi dari lembaga‐lembaga yang berwenang di Indonesia yang menyatakan bahwa Radar pantai layak digunakan oleh pemakai dan memenuhi standar‐ standar yang ada. Satu standar operational procedure (SOP) dari pengetesan dan pengujian Radar dapat dihasilkan melalui kegiatan ini.
d. Kerangka Analitik
Kerangka analitik yang digunakan adalah Radar Pengawas Pantai memiliki penggunaan yang strategis terutama untuk Negara Kepulauan seperti Indonesia. Rancang bangun Radar Pengawas Pantai dengan harga terjangkau, kandungan lokal tinggi, memiliki kerahasiaan dan keamanan data yang tinggi, memenuhi standarisasi yang
(15)
ditentukan oleh IMO dan disertifikasi oleh lembaga berwenang merupakan satu tantangan untuk para peneliti Tim Radar ISRA di PPET‐LIPI. Tim Radar di PPET‐LIPI telah memiliki pengalaman sebelumnya melalui pembuatan prototip I dan II Radar ISRA. Selanjutnya Radar Pengawas Pantai ini akan dipasang dan dimanfaatkan untuk memantau wilayah perairan strategis di Indonesia. Satu standar operational procedure (SOP) yang baku dari pengetesan dan pengujian Radar harus dibuat.
e. Hipotesis
Penelitian ini bersifat terapan sehingga hipotesa yang bisa dibangun adalah apakah hasil desain Radar pantai dapat direalisasikan dan menunjukkan kinerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Serta dapat memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam standar‐standar didunia maritim.
I. Metodologi
Dalam kegiatan penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah:
• Rancang bangun perangkat lunak pengolah sinyal Radar dan jaringan Radar • Pembuatan perangkat keras Radar pantai
• Pengujian dan pengetesan Radar pantai • Evaluasi dan Perbaikan
• Seminar dan Publikasi
II. Jadwal Kegiatan 2012
Bulan
No. Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Rancang Bangun Perangkat
Lunak Radar
2. Pembuatan Perangkat Keras Radar
(16)
3. Pengujian Perangkat Keras
dan Lunak Radar
4. Sertifikasi Radar ISRA 5. Evaluasi dan Perbaikan
6. Publikasi Ilmiah
(17)
Gambar 8. Dudukan motor dan antena Radar.
Gambar 9. Sistem mekanik keseluruhan Radar.
(18)
• Berikut Gambar Kemajuan Mekanikal Antena X band
Gambar 10. Sistem antena tampak depan
(19)
Gambar 12. Sistem antena tampak Samping
Gambar 13. Sistem antena untuk pengarah
(20)
Gambar 14. Dudukan Antena
Gambar 15. Sistem motor antena tampak bawah
Gambar 16. Sistem motor antena tampak samping
(21)
Gambar 17. Antena Array X‐Band
Berikut Tabel Hasil Pengukuran Antena Array X‐Band untuk Gambar 17
Tabel 1. Hasil Pengukuran Antena Array X‐Band
Variabel Hasil Pengukuran
VSWR (9,4 GHz) 1,205 S11 (9,4 GHz) ‐18,485 dB Impedansi (9,4 GHz) 41,485 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,27975 GHz s/d 9,4495 GHz
Antena 1
BW 169,75 MHz
VSWR (9,4 GHz) 1,206 S11 (9,4 GHz) ‐20,559 dB Impedansi (9,4 GHz) 41,989 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,31725 GHz s/d 9,4815 GHz
Antena 2
BW 164,25 MHz
VSWR (9,4 GHz) 1,165 S11 (9,4 GHz) ‐22,337 dB Impedansi (9,4 GHz) 43,462 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,3125 GHz s/d 9,48275 GHz
Antena 3
BW 170,25 MHz
VSWR (9,4 GHz) 1,171 S11 (9,4 GHz) ‐22,057 dB Impedansi (9,4 GHz) 42,631 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,30125 GHz s/d 9,471 GHz
Antena 4
BW 169,75 MHz
VSWR (9,4 GHz) 1,168 S11 (9,4 GHz) ‐22,201 dB Impedansi (9,4 GHz) 43,242 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,3 GHz s/d 9,478 GHz
Antena 5
BW 178 MHz
VSWR (9,4 GHz) 1,197 S11 (9,4 GHz) ‐20,911 dB Impedansi (9,4 GHz) 43,112 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,31575 GHz s/d 9,48425 GHz
Antena 6
(22)
VSWR (9,4 GHz) 1,270
S11 (9,4 GHz) ‐18,485 dB Impedansi (9,4 GHz) 40,788 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,3235 GHz s/d 9,47625 GHz
Antena 7
BW 152,75 MHz
VSWR (9,4 GHz) 1,178 S11 (9,4 GHz) ‐21,709 dB Impedansi (9,4 GHz) 44,428 Ω
Rang. Frekuensi (VSWR 1,5) 9,31175 GHz s/d 9,4905 GHz
Antena 8
BW 178,75 MHz
Dari hasil pengukuran didapat, spesifikasi sesuai dengan yang diharapan, dengan VSWR
dibawah 1,5 dan lebar bandwidth di atas 60 MHz serta impedansi yang mendekati 50 Ω.
A. Antena 1
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,205
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐20,603 dB
(23)
Dari gambar di atas, didapatkan Impedansi pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 41,485 Ω
B. Antena 2
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,206
(24)
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐20,559 dB
Dari gambar di atas, didapatkan Impedansi pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 41,989 Ω
C. Antena 3
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,165
(25)
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐22,337 dB
Dari gambar di atas, didapatkan Impedansi pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 43,462 Ω
D. Antena 4
(26)
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,171
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐22,057 dB
Dari gambar di atas, didapatkan Impedansi pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 42,631 Ω
(27)
E. Antena 5
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,168
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐22,201 dB
(28)
Dari gambar di atas, didapatkan Impedansi pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 43,242 Ω
F. Antena 6
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,197
(29)
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐20,911 dB
Dari gambar di atas, didapatkan Impedansi pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 43,112
G. Antena 7
(30)
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,270
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐18,485 dB
(31)
H. Antena 8
Dari gambar di atas, didapatkan nilai VSWR pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 1,178
Dari gambar di atas, didapatkan nilai S11 pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar ‐21,709 dB
(32)
Dari gambar di atas, didapatkan Impedansi pada Frekuensi 9,4 GHz, sebesar 44,428 Ω
III. Rencana Selanjutnya (tahap IV)
Rencana kegiatan selanjutnya sampai dengan akhir tahun 2012 adalah:
• Penyelesaian sertifikasi TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dan kelaikan dari Dislitbang TNI‐AL
• Pembuatan/realisasi sistem mekanik antena. • Perakitan dan pengetesan perangkat keras. • Pemasangan modul2 antena.
• Pemasangan motor penggerak Radar. • Pembuatan perangkat lunak (software).
• Pemasangan aksesoris termasuk power supply. • Pengetesan dan setting antena.
• Integrasi software dan hardware.
• Pengetesan keseluruhan baik di laboratorium dan di lapangan.
IV. Kendala dan permasalahan
• Pemesanan komponen memakan waktu lama terutama yang dari USA (hampir 4 bulan).
• Keharusan lelang sehingga menghambat delivery dari komponen‐komponen impor. Prosedur pengadaan ini mengakibatkan sebagian anggota tim Radar ‘menganggur’ karena menunggu datang‐nya komponen impor.
• Perlu tambahan SDM terutama untuk bidang software karena mengingat banyaknya pekerjaan terkait Radar.
• Peralatan ukur untuk tes dilapangan masih terbatas seperti handheld spectrum analyser dan signal generator.
• Perlu kerjasama kemitraan dimasa depan utk pemasangan Radar di daerah2 supaya bisa dimanfaatkan oleh pemerintahan daerah (PEMDA) tingkat I dan II.
(33)
Telah disampaikan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan litbang DIPA Tematik dengan judul pemanfaatan dan pemasangan Radar pengawas pantai yang merupakan kegiatan dengan satuan biaya khusus pada tahun 2012. Output utama dari kegiatan ini adalah satu prototip Radar yang seharusnya dapat dipasang disuatu tempat tertentu yang berdekatan dengan garis pantai dengan bekerjasama dengan mitra Industri (PT. INTI) dan PEMDA. Kegiatan perakitan, integrasi dan pengetesan akan dilakukan pada pertengahan tahun sampai akhir tahun 2012.
VI. Referensi
1. M.I. Skolnik, ’Radar Handbook’, McGraw‐Hill, 1990.
2. M.I. Skolnik, ’Introduction to Radar Systems’, McGraw‐Hill, 2002. 3. S. Kingsley and S. Quegan, ’Understanding Radar Systems’, CHIPS.
4. Leo P. Ligthart, ’Short Course on Radar Technologies’, International Research Centre for Telecommunications‐transmission and Radar, TU Delft, September 2005.
5. Mark Richards, ’Radar Signal Processing’, McGraw‐Hill, 2005.
6. Bassem R. Mahafza, ‘Radar Systems Analysis and Design Using MATLAB’, Chapman & Hall, 2005.
7. Mashury Wahab dan Pamungkas Daud, ‘Image Processing Algorithm for FM‐CW Radar’, TSSA/WSSA Conference 2006, ITB Bandung, 2006.
8. Mashury, ‘Development of Radar Image Processing Algorithm’, Information and Communication Technology Seminar 2006, ITS Surabaya, 2006.
9. Mashury Wahab, Pamungkas Daud, Yuyu Wahyu, Yusuf Nur Wijayanto. “Radar Trainer System for LIPI FM‐CW Radar Network”, ICICI 2007, Bandung.
10. Mashury Wahab, ‘Penggunaan UAIS dan Radar pengawasan pantai untuk monitoring wilayah perairan indonesia’, Seminar Radar nasional 2007, Jakarta.
11. Yusuf Nur Wijayanto, Dadin Mahmuddin, and Mashury Wahab “Perancangan Sistem LFM‐Chirp Radar menggunakan Matlab untuk Menentukan Posisi Target”, IES‐EEPIS‐ITS 2007, Surabaya.
12. Mashury, Yuyu Wahyu, A. Adya Pramudita, and Pamungkas Daud, “Coupled Patch Array Antenna For Surveillance Radar”, International Conference TSSA 2007, Bandung, 2007.
13. Mashury Wahab and Yuyu Wahyu, “Patch Array Antenna For FM‐CW Radar”, International Conference r‐ICT 2007, Bandung, 2007.
(34)
14. Mashury Wahab, Pamungkas Daud, Yuyu Wahyu, Yusuf Nur Wijayanto,
“Radar Trainer System for LIPI FM‐CW Radar Network”, International Conference ICICI 2007, Bandung, 2007.
15. Mashury, Yusuf N. W., Pamungkas D., Dadin M., Djohar S., “ A Data Processing Scheme For LIPI Coastal Surveillance Radar”, International Conference on Telecommunications (ICTEL) 2008, Bandung.
16. Mashury Wahab, Sulistyaningsih and Yusuf Nur Wijayanto, “Radar Cross Section For Object Detection Of FM‐CW Coastal Surveillance Radar”, Electrical Power, Electronics, Communications, Control and Information Seminar (EECCIS) 2008, Malang.
17. Mashury, Dadin Mahmudin dan Yusuf Nur Wijayanto, “ Rancang Bangun Perangkat Lunak Citra Radar”, Seminar Radar Nasional 2008, Jakarta. 18. Mashury Wahab, Pamungkas Daud, Yuyu Wahyu, dan Rustini S. Kayatmo,
“Rancang Bangun Radar Pengawasan Pantai INDRA II Di Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET) LIPI”, Seminar Radar Nasional 2008, Jakarta.
Daftar
Publikasi
Ilmiah
1. Judul : Radar Target Image Analysis Using Fuzzy C Means and Coordinat
Calculation
Penulis: Octa Heriana dan Sulistyaningsih
Afiliasi : PPET‐LIPI
Abstract
The image analyisis on a moving object target of the RADAR detection image was done by the method of coordinates calculation of image pixels to determine distance, direction and speed of the object movement. Fuzzy C Means was used to determine the coordinates center of the detected object. Image data that used was the data of RADAR recording software. Image processing was done by the programming software, the first step was the process of image thresholding to separate the mainland with a radar target object, and then the number of objects known through calculation of pixel box which is then used to determine the number of clusters on the Fuzzy C Means and show the number of coordinates of the detected objects. Object coordinates were measured from the center of RADAR unit to calculate the distance and direction of object movement speed.
(35)
Results of analysis showed that the coordinates position, distance, direction, and speed of the object can be determined by this method with a fast computation.
Keywords: Image; Coordinate; Moving Object; Fuzzy C Means.
2. Judul : Design and Realization of a Low Cost Two‐Way Wilkinson Power
Divide at Intermediate Frequency for a RADAR System
Penulis: Taufiqqurrachman and Hana Arisesa
Afiliasi : PPET‐LIPI
Abstract
This paper presents analysis and design narrowband two‐way Conventional Wilkinson power. The design employyed common lumped element that much easier to realize. This Wilkinson power divider is designed at 456 MHz for using in IF RADAR System. The Practical fabbrication implemented on FR4 substrate. The VSWR for all port for both dividers is better than 1.3:1, insertion loss is less than 0.6 dB and 25 dB of isolation is achived. The proposed divider has the narrow bandwidth, 200 MHz. It was found that the Wilkinson power dividers cannot perform well with simulation values. However, this problem could be solved by fine tuning capasitor components.
Keywords : Wilkinson, Power divider, IF, Radar
3. Judul : Design and Simulation of 456 MHz Bandpass Filter for Radar
System
Penulis: Fajri Darwis dan Deni Permana
Afiliasi : PPET‐LIPI
Abstract
This paper presents the design and simulation of bandpass filter for frequency‐ modulated continuous wave radar system. A bandpass filter was designed at the operating center frequency of 456 MHz, bandwidth of 60 MHz, 3 dB insertion loss, 1.1 VSWR, 50 ohm impedance and dB/octave less than ‐70 dB. The design filter was simulated using Elsie Tonne version 2.4. The outcome of this research was a prototype of a 456 MHz bandpass filter and the results of the simulation were approximately similar to the required specifications.
Keywords: bpf, bandwidth, intersion loss, vswr, dB/octave.
4. Judul : Size Enhancement of 50‐5000 MHz Octahedral Monopole
(36)
Penulis: Folin Oktafiani dan Achmad Munir
Afiliasi : PPET‐LIPI dan STEI‐ ITB
Abstract
In this research, the Ground Penetrating Radar (GPR) antenna is designed by improving the reference antenna’s dimensional performance, in order to ease the detection process in the field. The Octahedral antenna is used as the reference antenna. The method used was by optimizing each part of the antenna dimension using 3D software which operates at frequency domain. The studies done includes: minimizing the antenna diameter, determining the transition angle on antenna’s arms, placing the resistors, determining the length of antenna’s arm before the abrupt transition, searching the width of T strip antenna which gives the optimum result, determining the resistor values, and the last is, determining the distance between antenna’s arm and the ground plane. The simulation results show that the 50 mm x50 mm dimension of antenna has the same characteristics with the reference antenna, i.e return loss ≤ ‐10dB for frequency range 50 – 5000MHz.
Keyword : antenna; ground penetrating radar; dimension of antenna; return loss
5. Judul : Radar Cross Section Calibration Using a Trihedral Reflector For LIPI Coastal Surveillance Radar
Penulis: Sulistyaningsih dan Mashury Wahab
Afiliasi : PPET‐LIPI
Abstract
A RCS calibrator is an object used to calibrate Radar Cross Section (RCS) reading of a radar. For LIPI coastal surveillance radar, the object used for this purpose is a trihedral. During filed experiments LIPI coastal surveillance radar using trihedral reflector. The reflector can be used on a very wide frequency range. Front view of the RCS calibrator using a trihedral with dimensions. The long and short sides are 91.5 cm and 64.5 cm long, respectively. Determination of the relevant dimension for the RCS specifications.RCS calibration for the radar is a very important aspect for the accurate estimation of target information.
Keywords: Radar Cross Section, RCS, trihedral reflector, calibration, radar.
6. Judul : Design and Simulation of 160 MHz Bandpass Filter with 60 MHz
Bandwidth
Penulis: Novita Dwi Susanti dan Deni Permana
Afiliasi : PPET‐LIPI
(37)
This paper describes the design and simulate band pass filter which use operational frekuency from 130 MHz until 190 MHz and have frequency of cut off at 160 MHz. To design this filter we calculate the value of inductor and capasitor first, and then simulate with software simulation. The filter design with seventh order involves many parameter such as pass band, stop bandwidths, center frequency, stop band attenuation, pass band return loss adn impedances of the input and output resonator. The design filter was simulated using Elsie Tonne version 2.4. And the result of simulated we can see the VSWR is 1.3, insertion loss
‐4dB with dB/octave is less than ‐50 dB.
Keywords : bpf, bandwidth, insertion loss, vswr, dB/octave
7. Judul : Perancangan Antena Array Microstrip Planar Untuk Radar S‐Band
Penulis: Yuyu Wahyu, Folin Oktafiani, Yussi Perdana Saputera, dan Mashury
Wahab
Afiliasi : UI
Abstrak
Pada penelitian ini dilakukan desain dan realisasi antenna untk portable radar S‐ band. Antena yang dirancang adalah antenna mikrostrip yang disusun secara array 8x4 dengan jumlah keseluruhan 64 modul antenna yang bertujuan untuk mempersempit beamwidth dan memperbesar gain antenna. Bahan yang digunakan adalah FR 4 dengan ketebalan substrat 3,2 mm dan tebal patch 0,035 mm, serta memiliki nilai r=4,4. Dari hasil satu modul antenna diperoleh lebar BW sebesar 60 MHz untuk S11 sebesar ‐15, sedangkan gain antena yang disimulasikan sebesar 12,79 dBi. Untuk hasil simulasi antenna array 8x4 didapat gain sebesar 27,58 dBi.
Kata kunci : Radar, S‐band, Antena
(38)
Pembuatan Magnet Barium Ferit Bonded Hybrid
untuk Aplikasi Generator
Nanang
Sudrajat,
ST
(39)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan Penelitian : Pembuatan Magnet Barium Ferit Nano Partikel Bonded Hybrid untuk Aplikasi Generator
2. Kegiatan Prioritas : Material Maju dan Nanoteknologi
3. Peneliti Utama :
Nama : Nanang Sudrajat, ST
Jenis Kelamin : Pria
4. Sifat Penelitian : Lanjutan (Tahun ke 2) 5. Lama Penelitian : 2 (dua) Tahun
6. Biaya Total 2011 : Rp. 269.855.000,‐
Bandung, 31 Desember 2012 Disetujui,
Ka. Pusat Peneltian Elektronika dan Telekomunikasi ‐ LIPI
Dr. H i s k i a
NIP. 19650615 199103 1 006
Peneliti Utama
Nanang Sudrajat, ST.
NIP. 19730604 199403 1 003
(40)
ABSTRAK
Magnet Barium Ferit nanopartikel bonded hybrid yang akan dibuat pada penelitian tahun kedua, merupakan pengembangan pembuatan magnet barium ferit sinter. Fokus penelitian pada tahun ini adalah fabrikasi pembuatan prototipe magnet Barium Ferit nano partikel bonded hybrid dan percobaan coating dalam tahap finishing dan diaplikasikan sebagai komponen elektronika terutama pada sebuah generator dengan tetap memperbaiki karakteristik magnet yang akan dihasilkan.
Magnet bonded hybrid merupakan penggabungan dua bahan magnet permanen yaitu serbuk barium ferit dan serbuk NdFeB pada komposisi tertentu yang dibonded dengan bahan termoplastic (bakelit atau plastik). Tujuan dari penggabungan kedua magnet permanen tersebut adalah untuk meningkatkan temperatur operasi, temperatur curie, ketahanan korosi dan meningkatkan sifat magnet dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Metoda proses yang akan digunakan adalah solgel untuk mendapatkan serbuk magnet barium ferit dan teknologi metalurgi serbuk untuk pencampuran dengan NdFeB dengan tahapan mixing, milling, cetak panas dan magnetisasi sehingga menghasilkan magnet permanen bonded hybrid. Magnet ini akan dikarakterisasi dan dianalisa sifat magnetnya dengan Permagraph dan Gaussmeter dan ukuran/struktur partikel dengan SEM.
Kata kunci : barium ferit nanopartikel, metoda sol gel, magnet bonded hybrid, NdFeB, permanen magnet generator, energi alternatif.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan komponen magnet permanen di Indonesia cukup tinggi, hal ini disebabkan karena mulai tumbuhnya industri kecil dan UKM yang mulai merakit sendiri peralatan elektronika. Sampai saat ini kebutuhan magnet tersebut selalu diimpor dari manca negara. Untuk itu maka dilakukan penelitian pembuatan magnet permanen Barium Ferit Nanopartikel. Dan untuk memenuhi kebutuhan magnet dengan kekuatan yang besar maka dilakukan penggabungan (Hybrid) dengan NdFeB, sedangkan untuk penyederhanaan proses maka dilakukan proses bonded.
Pemilihan penelitian terhadap magnet Barium Ferit disebabkan karena magnet ini memiliki kestabilan kimia yang baik, tahan korosi, memiliki suhu curie yang tinggi dan murah. Pembuatan ukuran partikel nano diharapkan dapat meningkatkan karakteristik magnet yang dihasilkan, karena dengan ukuran nano partikel diharapkan dapat
(41)
mengurangi cacat kristal dan memiliki domain tunggal yang akan mempermudah proses magnetisasi.
Perkembangan material magnet permanen sangat cepat dan bervariasi, yang diikuti dengan peningkatan energi produk (BH)max yang dihasilkan, material magnet saat ini yang
memiliki energi produk paling tinggi adalah Neodymium Iron Boron (NdFeB). Namun demikian setiap material magnet tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing‐ masing.
Saat ini, kebutuhan akan material magnet untuk generator magnet permanen di Indonesia maupun di dunia mulai diperlukan seiring dengan mulai banyaknya lembaga penelitian dan personal yang mulai meneliti dan membuat generator. Data dari penjualan magnet dari tahun ke tahun semakin meningkat khususnya untuk aplikasi energi, salah satunya untuk generator listrik wind energy seperti yang dilaporkan oleh asosiasi penjualan magnet terbesar dunia arnoldmagnetics yang secara grafik diperlihatkan pada gambar 1.
Gambar 1. Data kebutuhan magnet untuk aplikasi [1]
Untuk Indonesia kebutuhan magnet tersebut selalu diimpor dari luar negeri dengan harga yang cukup tinggi dan harus dalam jumlah yang besar, maka kegiatan penelitian magnet
(42)
ini dapat menjadi solusi bagi penelitian khususnya penelitian yang berhubungan dengan aplikasi‐aplikasi magnet.
Dalam satu rangkaian generator dapat memerlukan magnet permanen 12 buah atau bahkan lebih yang akan dipasang pada rotor yang merupakan bagian utama dari generator (lihat gambar 2).
(a) Stator (b) Magnet pada rotor Gambar 2. Komponen Generator [2]
Dahulu, generator magnet permanen komersial yang ada di pasaran sering menggunakan magnet ferit sebagai penghasil medan magnet. Namun, kini mulai menggunakan magnet NdFeB yang memiliki kekuatan magnet sepuluh kali lebih besar dari magnet ferit, sehingga generator dapat menghasilkan daya yang lebih besar [3]. Hal ini juga mulai diikuti oleh beberapa peneliti di LIPI dan instansi lain yang menggunakan magnet NdFeB untuk merangkai generator. Penelitian di Puslit Telimek LIPI [4] juga pernah mencoba
N
N
N N N
N N N N
N N N N N
N
N N
(43)
menggunakan magnet Barium Ferit buatan PPET‐LIPI, akan tetapi masih ada kendala yang dihadapi, yaitu karena kuat medan yang dimiliki magnet ferit masih rendah (700 Gauss), maka efisiensi yang dihasilkan generator juga rendah dan belum maksimal. Meskipun saat ini magnet ferit buatan PPET‐LIPI sudah mempunyai kekuatan magnet 1000 Gauss, tetapi masih dianggap kecil untuk sebuah generator. Namun magnet ini memiliki keunggulan seperti; tahan korosi, temperatur curie tinggi, stabil dan murah [5].
Kemudian penelitian di Telimek dilanjutkan dengan menggunakan magnet NdFeB, dimana magnet ini memiliki energi produk yang sangat tinggi. Akan tetapi muncul kendala lain yang dihadapi yaitu karena memiliki energi yang sangat tinggi 10.000 sampai dengan 12.000 Gauss, maka membutuhkan torsi awal yang lebih besar. Selain itu magnet NdFeB memiliki kekurangan mempunyai temperatur operasi rendah yaitu 80 – 200oC, temperatur curie rendah, mudah korosi, harus import dan mahal [6].
Untuk mengatasi kendala ini dan untuk membantu penelitian pembuatan generator di Indonesia akan ketersediaan magnet permanen, maka pada penelitian ini akan dicoba menggabungkan serbuk magnet permanen Barium Ferit dan serbuk magnet permanen NdFeB komersial dengan teknologi serbuk, untuk menghasilkan Permanent Hybrid Bonded Magnet [7] dengan karakteristik yang baru yaitu diatas 1500 Gauss.
1.2. Perumusan Masalah
Untuk menghasilkan prototipe magnet hybrid yang dapat diaplikasikan pada generator low speed untuk pembangkit listrik, maka penelitian dirumuskan pada beberapa langkah sebagai berikut;
(44)
- Untuk menghasilkan magnet bonded hybrid dengan karakteristik magnet sekitar
1500 Gauss, maka proses pencampuran serbuk Barium Ferit nano partikel hasil metode sol gel dan serbuk NdFeB dengan teknologi metalurgi serbuk sangat menentukan dan tahap ini adalah merupakan inti dari penelitian. Untuk itu maka akan divariasikan komposisi campuran, polimer material untuk proses bonded yang digunakan dan variasi waktu dan temperatur hot press.
- Untuk mengetahui hasil kinerja magnet yang dihasilkan, maka akan diuji cobakan pada prototipe generator dengan menggunakan sebuah stator komersil untuk generator.
1.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
o Menunjang program pemerintah dalam penyediaan energi alternatif o Penguasaan teknologi pembuatan magnet permanen bonded hybrid o Mengembangkan penelitian material magnet permanen di PPET‐LIPI.
Sasaran :
o Dapat membuat magnet permanen dengan kuat medan di atas 1500 Gauss yang
dapat diaplikasikan pada generator low rpm untuk menghasilkan energi listrik skala kecil.
1.4. Kerangka Analitik
Sampel magnet yang dihasilkan pada penelitian ini, akan diukur dimensi dan densitas dengan menghitung dimensi dan volume sample, dianalisa dengan Permagraph untuk mengetahui sifat magnet seperti ; Induksi Remanen, Br (kG), Koersifitas, Hc (kOe), Kuat Medan Maksimum, BHmax (MGOe), dan yang terakhir diujicobakan pada prototype generator
(45)
1.5. Hipotesis
Dari penelitian pembuatan magnet barium ferit bonded hybrid ini akan dihasilkan suatu magnet permanen yang memiliki karakteristik magnet dengan nilai Br > 2,00 – 4,00 kG, Hc = 0,1 – 2 kOe, BHmax = 0,1 – 2 MGOe dan densitas 4 ‐5 g cm‐3.
II. METODOLOGI
Metodologi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
‐ Studi literatur
‐ Pengadaaan bahan
‐ Penyiapan peralatan
‐ Percobaan pembuatan magnet Barium ferit
‐ Karakterisasi magnet hasil percobaan
‐ Pembuatan Sampel magnet.
2.1. Studi Literatur
Kegiatan pada tahap ini adalah mencari dan mengumpulkan informasi baik itu yang bersifat teoritis maupun praktis melalui buku‐buku, handbook dan internet, yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dan referensi dalam penelitian.
2.2. Pengadaan Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : − Besi Nitrat, Fe(NO3)3.9H2O
− Barium Nitrat, Ba(NO3)2
− Amonium Hidroksida, NH4OH 25 %
− Polivinyl Alkohol, PVA − Citric Acid, C6H8O7.H2O
− Pasir Besi
− Barium Carbonat − Calcium Oxide − Silicon Oxide
− Serbuk NdFeB MQP dan MQEP − Alkohol Teknis
(46)
2.3. Penyiapan Peralatan
Sebagian besar peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tersedia di Laboratorium magnet PPET‐LIPI, hanya SEM dan XRD masih ketergantungan terhadap instansi lain. Peralatan yang digunakan adalah :
1. Permagraph : Alat untuk mengkarakterisasi sifat magnet, seperti ; Induksi Remanen, Br (kG), Kuat Medan maksimum, BHmax (MGOe) dan Koersifitas, Hc (kOe).
Gambar 3. Permagraph
2. Mesin Kompaksi dan Solenoida : Untuk proses kompaksi serbuk magnet barium
sudah ditempatkan di dalam dies dicetak dengan mesin kompaksi dengan tekanan tertentu.
Gambar 4. Mesin Kompaksi
3. Pengering : Untuk melakukan proses pengeringan pada temperatur 100 dan 200oC.
(47)
Gambar 5. Alat pengering
4. Furnace : Digunakan untuk proses kalsinasi dan sintering
Gambar 6. Furnace Thermoline (Temp. ± 1700oC)
5. Cetakan / Dies : Cetakan untuk membentuk produk magnet yang dihasilkan.
Gambar 7. Cetakan / Dies
6. Power Supply / hotplate magnetic stirrer : untuk proses pelapisan nikel pada
(48)
Gambar 8. Alat Elektroplating
7. Impuls Magnetiser : Alat untuk menyearahkan momen magnet.
Gambar 9. Impuls Magnetiser Magnet Physik
7. Gauss Meter : digunakan untuk mengukur densitas medan magnet
Gambar 10. Gauss Meter
(49)
2.4. Percobaan
a. Proses metalurgi serbuk pembuatan magnet barium ferit
Komposisi kimia yang dipakai sesuai dengan magnet acuan dengan rumus kimia , BaO. 6Fe2O3 Bahan‐bahan yang digunakan seperti Fe2O3 (dari pasir besi), CaO, SiO2, BaCO3, PVA
dan alkohol sama seperti percobaan terdahulu.
Serbuk pasir besi disiapkan dengan waktu milling yaitu 25 jam. Serbuk pasir besi yang telah halus, dicampurkan dengan BaCO3, kemudian ditimbang sesuai komposisinya.
Kemudian dicampur dalam Jar Mill dan digiling selama 6 jam dalam kondisi 40 % padatan
Gambar 11 Diagram Alir Percobaan
Penentuan Komposisi
Metalurgi Serbuk
Drying/autocombustion
Karakterisasi - Sifat
magnet,densitas
Serbuk Barium Ferit Milling
Pengeringan & Kalsinasi
Finishing + Coating
NdFeB Plastik, Bakelit atau
Mixing/Milling
Kompaksi
(50)
dan 60 % Alkohol. Hasilnya dikeringkan didalam oven pengering pada temperatur ±100 oC maksudnya untuk menghilangkan alkohol, kemudian hasil pengeringan yang menggumpal dihaluskan kembali dengan mortar agate.
Serbuk campuran dikalsinasi dalam tungku muffle furnace dengan laju pemanasan 10oC/menit sampai temperatur 500oC ditahan selama 30 menit. Pemanasan dilakukan pada temperatur 1200oC dengan laju pemanasan 10oC/menit dan ditahan selama 3 jam, kemudian pemanasan turun sampai 475oC dengan laju 40oC/menit.
Hasil kalsinasi berbentuk gumpalan sehingga perlu digiling kembali dengan menambahkan zat aditif yaitu CaO 0,75% dan SiO2 0,60% dari berat kalsin. Kemudian digiling selama 16
jam dengan kondisi 40% padatan dan 60% alkohol. Pada waktu 8 jam sebelum berakhirnya penggilingan ditambahkan lagi PVA sebanyak 1,5% dari berat kalsin. Setelah kering dihaluskan kembali dengan mortar agate atau digiling secara kering dan disaring hingga lolos 400 mesh.
b. Pembuatan Magnet Bonded
Proses bonded dilakukan terhadap serbuk NdFeb type MQP 16‐7 dengan menggunakan polimer PVC Epoxy atau type MQEP 16‐7. Proses pencampuran dilakukan tanpa milling dan proses kompaksi dilakukan dengan menggunakan mesin press dingin pada tekanan 100 kg/cm 2 dan hasilnya dipanaskan pada temperatur 200 oC selama 1 jam.
Untuk memperkuat sifat fisik magnet, maka dilakukan proses pelapisan nikel pada magnet bonded dengan variasi arus 0,3; 0,5; dan 0,7 A dan variasi waktu 15 menit, 30 menit dan 60 menit, pelapisan dilakukan dengan cara elektroplating.
Proses elektroplating magnet bonded diperlihatkan pada gambar 12.
(51)
c. Pembuatan Magnet Bonded Hybrid
Proses hybrid dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk magnet barium ferit dengan serbuk magnet NdFeB dan dibonded dengan polimer agar mendapatkan magnet permanen dengan sifat fisik dan karakteristik yang lebih baik. Proses hybrid dilakukan terhadap serbuk barium ferit dengan NdFeb Epoxy MQEP 16‐7. Proses pencampuran dilakukan tanpa milling dengan komposisi 50 % : 50 % dan proses kompaksi dilakukan dengan menggunakan mesin press dingin pada tekanan 50 kg/cm2 kemudian disinter pada temperatur 200 ºC selama 2 x 30 menit.
2.5. Pembuatan Sampel
Sampel magnet bonded lapis nikel yang dibuat salah satu bentuknya untuk prototipe generator adalah dengan dimensi diameter 50mm, tebal 8mm.
Gambar 13. Sampel magnet bonded lapis nikel
III. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Karakterisasi sifat magnet
Karakteristik sifat magnet dari sampel hasil kompaksi bahan pasir besi KS setelah proses sintering pada temperatur 1100 ºC selama satu jam yang diukur dengan alat ukur Permagraph Magnet Physik dapat dilihat pada tabel 1.
(52)
Tabel 1. karakteristik magnet Barium Ferit
Sifat Magnet Barium Ferrite
Br (kG) 1.79
HcJ (kOe) 1.092
BH max (MGOe) 0.32
Density (gr/cm³) 4.8
Karakteristik sifat magnet hasil percobaan pembuatan magnet NdFeB bonded sebelum dan sesudah dilapis nikel dengan variasi arus dan waktu dapat dilihat pada tabel 2,3 ,4 dan 5.
Tabel 2. Karakteristik Magnet NdFeB Sebelum Pelapisan Nikel
Sifat Magnet NdFeB Bonded
Br (kG) 5,28
HcJ (kOe) 6,618
BH max (MGOe) 4,56
Density (gr/cm³) 4,74
Tabel 3. Karakteristik Magnet NdFeB Bonded Lapis Nikel dengan Variasi Arus, Waktu 15 menit
Waktu 15 Menit
Variasi Arus
Sifat Magnet I
= 0,3 A I = 0,5 A I = 0,7 A
Br (kG) 5,28 5,16 5
Hc(kOe) 4,813 5,138 5,484
Bhmax (MGOe) 4,22 4,19 3,88
Density(g/cm3 ) 5,23 5,23 5,20
(53)
Tabel 4. Karakteristik Magnet NdFeB Bonded Lapis Nikel dengan Variasi Arus,
Waktu 30 menit
30 Menit
Variasi Arus
Sifat Magnet I = 0,3 A I = 0,5 A I = 0,7 A
Br (kG) 5,65 5,23 5,05
Hc(kOe) 4,264 4,798 4,843
Bhmax (MGOe) 4,42 3,98 3,99
Density(g/cm3 ) 5,35 5,27 5,24
Tabel 5. Karakteristik Magnet NdFeB Bonded Lapis Nikel dengan Variasi Arus, Waktu 60 menit
60 Menit
Variasi Arus
Sifat Magnet I = 0,3 A I = 0,5 A I = 0,7 A
Br (kG) 5,61 5,21 5,22
Hc(kOe) 4,247 4,344 4,580
Bhmax (MGOe) 4,35 3,69 4
Density(g/cm3 ) 5,46 5,39 5,25
Sifat magnet NdFeB bonded yang dilapis nikel dengan arus 0,3 A selama 60 menit mempunyai nilai yang lebih baik.
Karakteristik sifat magnet barium ferit sebelum dan sesudah hybrid antara barium ferit dengan NdFeB bonded diperlihatkan pada tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik magnet barium ferrite bonded hybrid
Karakteristik Bahan Barium Ferrite BaFe12O19 NdFeB Epoxy
Br (kG) 1.79 3,00
HcJ (kOe) 1.092 5,412
BH max (MGOe) 0.32 2,72
(54)
Nilai Br magnet barium ferit bonded hybrid naik sekitar 68% dari nilai magnet barium ferit murni.
3.2 Aplikasi Magnet pada Prototipe Generator
Prototipe generator dibuat dengan model disk axial fluks torsi ringan untuk keperluan turbin angin atau mikrohidro. Rancangan komponen generator diperlihatkan pada gambar 14 yang terdiri dari magnet dalam rotor (a), prototipe generator (b). Generator terdiri dari satu buah stator dan dua buah rotor, masing‐masing rotor akan terdiri dari duabelas buah magnet dan stator terdri dari sembilan belitan masing‐masing 100 lilit.
(a) penempatan magnet pada rotor b) generator Gambar 14. prototipe generator
Tegangan keluaran generator yang dihasilkan mengacu pada persamaan :
E = 4 f fv fw B AW 10‐8 Volt.
Dimana ;
E = Tegangan yang dihasilkan (volt)
f = frekuensi tegangan keluaran
fv = konstanta gelombang sinus = 1,1111
fw = konstanta belitan 3 phase = 0,96
B = Magnet remanen ( gauss)
A = Luas penampang magnet (cm2)
W = Banyaknya lilitan
Sedangkan frekuensi generator yang dihasilkan mengacu pada persamaan :
F =
60 . 2
.P
n
(55)
Dimana ;
f = frekuensi keluaran (herz)
n = putaran (rpm)
P = jumlah kutub magnet
Karakteristik generator yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. karakteristik prototipe generator
IV. KESIMPULAN
1. Magnet permanen barium ferrite telah dapat dihybrid dengan magnet NdFeB Bonded dengan komposisi 50% : 50% dengan kenaikan 68% Nilai Br.
2. Proses pelapisan logam nikel dapat dilakukan pada magnet bonded NdFeB Epoxy
3. Magnet sudah dapat diaplikasikan pada sebuah prototipe generator dengan daya keluaran 14,4 Watt pada 500 rpm.
V. DAFTAR PUSTAKA
1. www.arnoldmagnetics.com
2. www.forcefieldmagnet.com
3. Pujowidodo H., Pengembangan Generator Mini dengan menggunakan Magnet Permanen, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik UI.
4. Novrita Idayanti, (2009), Pembuatan Magnet Permanen Bonded Hybrid untuk Aplikaasi Generator Magnet Permanen, Jurnal Sains Materi.
5. Babu V.,Padaikathan P., (2002), Structure and hard magnetic properties of barium hexaferrite with and without La2O3 prepared by ball milling, Elsevier, journal of
magnetism and magnetic materials, 85‐88.
6. http://www.mqitechnology.com/motor‐designs.jsp
7. Gomez P.H., dkk., Effect of sintering conditions on the magnetic disaccomodation in barium M‐type hexaferrites, Elsevier, journal of magnetism and magnetic materials.
Magnet Br = 1800 gauss Jumlah Kutub 12
Jumlah Rotor 2
Belitan 3 phase x 3 x 100 lilit
Rpm 500
frekuensi 50 Hz Tegangan Tanpa Beban 12,2 Volt
(56)
Pembuatan Sel Surya Berbasis Polimer
Dra.
Erlyta
Septa
Rosa,
MT
(57)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan Penelitian : Pembuatan Sel Surya Berbasis Polimer 2. Kegiatan Prioritas : Energi Baru dan Terbarukan
3. Peneliti Utama :
Nama : Dra. Erlyta Septa Rosa, MT
Jenis Kelamin : Wanita
4. Sifat Penelitian : Baru (Tahun ke 1) 5. Lama Penelitian : 2 (dua) Tahun 6. Biaya Total 2011 : Rp. 246.675.000,‐
Bandung, 31 Desember 2012 Disetujui,
Ka. Pusat Peneltian Elektronika dan Telekomunikasi - LIPI
Dr. H i s k i a
NIP. 19650615 199103 1 006
Peneliti Utama
Dra. Erlyta Septa Rosa,MT NIP. 19630915 199203 2 003
(58)
ABSTRAK
Sel surya polimer merupakan sel surya dengan struktur bulk heterojunction dimana molekul‐molekul dari dua jenis material polimer yang berfungsi sebagai donor elektron (tipe‐p) dan akseptor elektron (tipe‐n) dicampur menjadi film bulk sehingga membentuk
heterojunction diantara keduanya. Film bulk tersebut berfungsi sebagai active layer
yang berkerja menyerap cahaya matahari dan membangkitkan elektron pada saat cahaya matahari mengenai permukaan substrat/kaca.
Ada 4 (empat) jenis sel surya yang akan dibuat pada penelitian ini dengan menggunakan 4 (empat) jenis campuran polimer yang berbeda sebagai active layer. Campuran polimer yang pertama adalah [poly(2‐methoxy‐5‐(3,7‐dimethyloctyloxy)‐1,4‐phenylene vinylene)] (MDMO‐PPV) dan [6,6 phenyl C61‐butyric acid methyl ester] atau PCBM; campuran polimer kedua adalah poly (3‐hexylthiophene) P3HT dan PCBM; campuran polimer ketiga adalah hybrid MDMO‐PPV dengan partikel nano seng oksida (ZnO); serta campuran polimer yang keempat adalah hybrid P3HT dengan partikel nano ZnO. Metoda yang akan digunakan dalam pembuatan sel surya berbasis polimer ini adalah lapis tipis (thin film). Pertama‐tama polimer dilapiskan dengan teknik screen printing di atas permukaan substrat kaca yang sudah dilapisi dengan elektroda transparan Indium Tin Oxide (ITO). Selanjutnya di bagian bawah polimer dilapiskan elektroda alumunium (Al) menggunakan teknik sputtering/evaporasi. Fasilitas peralatan untuk proses tersebut semua tersedia di Laboratorium BKME PPET – LIPI.
Kata kunci : sel surya, polimer, bulk heterojunction, active layer, ZnO, thin film.
I. Pendahuluan
i. Latar belakang, ruang lingkup dan batasan kegiatan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu sumber energi baru dan terbarukan yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Adapun inti dari PLTS adalah sel surya, yaitu divais yang mampu mengubah cahaya matahari menjadi listrik secara langsung. Sel surya generasi pertama, yaitu sel surya yang menggunakan substrat silikon kristal, saat ini dianggap terlalu mahal dan tidak dapat bersaing dengan pembangkit listrik lainnya seperti pembangkit listrik tenaga air maupun pembangkit listrik tenaga uap. Oleh karena itu banyak peneliti mulai mengembangkan sel surya yang lebih murah dengan menggunakan material non‐silikon, yang disebut sebagai sel surya generasi kedua dan ketiga1.
Pengembangan sel surya generasi ketiga banyak dilakukan menggunakan teknologi nano, salah satunya adalah sel surya yang menggunakan polimer sebagai
(59)
material aktifnya. Sel surya berbasis polimer ini, atau juga disebut sebagai sel surya plastik, selain dapat diproduksi dengan biaya proses yang lebih murah, juga mempunyai keunggulan lain, yaitu lebih fleksibel dan ringan. Meskipun demikian efisiensi yang dihasilkan sekitar 6%, masih lebih rendah dibandingkan dengan sel surya silikon, sehingga masih banyak peluang yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sel surya berbasis polimer ini secara lebih intensif2,3.
Dalam penelitian ini akan dikembangkan proses pembuatan sel surya berbasis polimer dengan metoda lapis tipis (thin film) menggunakan teknik screen printing.
Screen printing merupakan teknik yang umum digunakan dalam industri devais elektronika karena merupakan teknik yang mudah, murah dan dapat diaplikasikan pada area yang luas4. Dalam penelitian ini akan digunakan 2 (dua) jenis campuran polimer yang berbeda yaitu [poly(2‐methoxy‐5‐(3,7‐dimethyloctyloxy)‐1,4‐phenylene vinylene)] (MDMO‐PPV) dan [6,6 phenyl C61‐butyric acid methyl ester] atau PCBM dan poly (3‐ hexylthiophene) P3HT dan PCBM. Selain itu juga akan dikembangkan pula 2 (dua) jenis hybrid polimer dengan partikel ZnO, masing‐masing adalah MDMO‐PPV dengan partikel nano seng oksida (ZnO); dan P3HT dengan partikel ZnO.
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari tupoksi dan renstra Puslit Elektronika dan Telekomunikasi LIPI dalam bidang pengembangan bahan dan komponen mikroelektronika. Selain itu penelitian ini juga disesuaikan dengan Program Tematik LIPI dalam bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan maupun bidang Material Maju dan Nanoteknologi, serta Program Prioritas Bappenas untuk LIPI dalam bidang Material Maju (Advanched Material) dan Nanoteknologi.
ii. Perumusan Masalah
Dalam proses pembuatan sel surya berbasis polimer hybrid itu permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
• Bagaimana pengaruh jenis polimer terhadap unjuk kerja sel. • Bagaimana pengaruh konsentrasi polimer terhadap unjuk kerja sel.
(60)
• Bagaimana pengaruh penambahan partikel nano ZnO ke dalam polimer terhadap unjuk
kerja sel.
• Bagaimana pengaruh tebal lapisan polimer hybrid terhadap unjuk kerja sel. • Bagaimana pengaruh proses deposisi alumunium terhadap unjuk kerja sel.
iii. Tujuan dan Sasaran Penelitian.
Tujuan.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat berperan aktif dalam pengembangan material maju (advanched material) dan pengembangan sumber energi baru dan terbarukan yang merupakan program prioritas di lingkungan LIPI.
Sasaran.
Pengembangan proses pembuatan sel surya berbasis polimer di dunia saat ini statusnya masih dalam tahapan riset dasar. Oleh karena itu sasaran yang diharapkan dapat dicapai adalah mempunyai kemampuan dalam menguasai teknologi pembuatan sel surya berbasis polimer sehingga dapat berkontribusi dalam pengembangan teknologi pembuatan sel surya di dunia.
iv. Kerangka Analitik
Sel surya polimer merupakan sel surya dengan struktur bulk heterojunction
dimana molekul‐molekul dari dua jenis material polimer yang berfungsi sebagai donor elektron (tipe‐p) dan akseptor elektron (tipe‐n) dicampur menjadi film bulk sehingga membentuk heterojunction diantara keduanya5. Film bulk tersebut berfungsi sebagai
active layer yang berfungsi menyerap cahaya matahari dan membangkitkan elektron pada saat cahaya matahari mengenai permukaan sel surya. Elektron tersebut kemudian akan mengalir melewati elektroda alumunium (Al) yang ada dibawahnya dan menuju ke elektroda transparan di atasnya menghasilkan arus listrik1. Struktur sel surya polimer secara umum dapat dilihat pada Gambar‐1 berikut.
(61)
Top electrode
Bottom electrode on transparent substrate
Active layer (100-200 nm)
Gambar‐1. Struktur sel surya polimer6.
Polimer yang dapat digunakan sebagai lapisan aktif (active layer) adalah material yang kaya dengan donor maupun akseptor elektron, yaitu polimer terkonyugasi, antara lain material turunan fulleren dan thiofen5,7,8 (Gambar 2). Efisiensi sel surya yang dihasilkan bergantung pada material yang digunakan dan proses penumbuhannya (deposisi)9.
(62)
v. Hipotesis
Polimer terkonyugasi seperti turunan poly(p‐phenylene vinylene) dan polythiophene merupakan material yang mempunyai bandgap yang rendah (2,0 – 2,2 eV), penyerapan tinggi di daerah sinar tampak dan bersifat stabil8,12. Turunan poly(p‐ phenylene vinylene) seperti [6,6]‐phenyl‐C61‐butyric acid methyl ester (PCMB) banyak digunakan sebagai akseptor elektron, sedangkan sebagai donor elektron umumnya poly(3‐hexylthiophene) atau disingkat dengan P3HT13.
S.E. Shaheen dkk14 memperkenalkan teknik screen printing di dalam fabrikasi sel surya bulk heterojunction. Material yang digunakan adalah campuran polimer [poly(2‐ methoxy‐5‐(3,7‐dimethyloctyloxy)‐1,4‐phenylene vinylene)] atau MDMO‐PPV dan [6,6 phenyl C61‐butyric acid methyl ester] atau PCBM. Efisiensi sel yang dihasilkan adalah sekitar 4,3%. B. Zhang dkk15 juga menggunakan teknik screen printing untuk membuat sel surya polimer dari campuran PCBM dan [poly (3‐hexylthiophene)] atau P3HT dengan efisiensi sel 4,23%.
Faktor yang mempengaruhi efisiensi sel surya polimer adalah efisiensi kuantum internal atau penyerapan foton/cahaya oleh material aktif menjadi elektron16. Penyerapan foton dipengaruhi oleh morfologi permukaan polimer17,18. Oleh karena itu yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengontrolan permukaan polimer, yaitu dengan cara pengaturan komposisi campuran polimer MDMO‐PPV/ PCBM dan P3HT/PCBM, pengaturan tebal polimer serta penambahan partikel ZnO.
II. Metodologi.
Kegiatan ini seluruhnya akan dilakukan di laboratorium Bahan dan Komponen Mikroelektronika PPET‐LIPI. Untuk kegiatan karakterisasi seperti SEM, XRD, UV‐VIS, dan kurva I‐V dilakukan di laboratorium di luar PPET‐LIPI antara lain PPGL, ITB, BATAN dan UGM.
Penelitian ini direncanakan memerlukan waktu selama 3 (tiga) tahun. Tahun pertama (2011) telah dilaksanakan pembuatan sel surya polimer MDMO‐PPV dan PCBM sebagai active layer. Pada tahun kedua ini sebagai active layer akan digunakan
(63)
campuran polimer P3HT dan PCBM. Selanjutnya pada tahun ketiga untuk lebih meningkatkan efisiensi sel surya dan menurunkan biaya proses maka ke dalam campuran polimer akan ditambahkan partikel nano ZnO sehingga membentuk sel surya hybrid polimer/semikonduktor anorganik. Proses pembuatan sel surya berbasis polimer terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu :
a. Proses litografi lapisan ITO diatas substrat kaca/plastik. Parameter proses yang diamati adalah waktu etsa.
b. Proses pelapisan elektroda interface PEDOT:PSS diatas substrat kaca/plastik yang telah dilapisi ITO menggunakan teknik screen printing. Parameter proses yang diamati adalah parameter printing dan temperatur dan waktu pengeringan.
c. Proses pelapisan polimer di atas lapisan PEDOT:PSS menggunakan teknik spin coating. Parameter proses yang diamati adalah konsentrasi polimer, kecepatan spin, serta waktu spin, temperatur dan waktu pengeringan.
d. Proses pelapisan Alumunium di atas lapisan polimer menggunakan teknik evaporasi. Parameter proses yang diamati adalah masing‐masing adalah waktu dan arus deposisi untuk proses evaporasi.
e. Kapsulasi sel. Kapsulasi dilakukan dengan menutup permukaan atas sel dengan kaca /plastik menggunakan sealant sebagai media perekatnya, dilanjutkan dengan proses pemanasan sekalian proses annealing. Parameter proses yang diamati adalah temperatur dan waktu annealing.
f. Karakterisasi I‐V. Karakterisasi dilakukan menggunakan sun simulator pada kondisi temperatur 25 ºC dan radiasi 60 mW/cm2.
Diagram alir proses pembuatan sel surya berbasis polimer tersebut di atas dapat dilihat pada gambar 3. Dalam kegiatan ini dilakukan pembuatan sel surya polimer masing‐masing di atas substrat kaca dan substrat plastik (PET). Selain itu pada kegiatan ini juga akan dibuat array dari 3 (tiga) buah sel dalam satu substrat, dimana urutan prosesnya sama seperti yang tertera pada gambar 3, akan tetapi masker yang digunakan berbeda. Gambar 4 memperlihatkan desain array dari 3 (tiga) buah sel dalam satu substrat tersebut.
(64)
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan sel surya berbasis polimer.
Gambar 4. Desain array dari 3 (tiga) buah sel polimer dalam satu substrat.
III. Faktor risiko/keberhasilan.
Penelitian ini akan dapat tercapai sesuai dengan target yang diharapkan karena sumber daya manusia yang tersedia telah memiliki kompetensi dibidang fabrikasi sel surya silikon kristal, proses screen printing dan proses kimia. Selain itu peralatan pendukung tersedia dengan lengkap antara lain lemari asam, screen printer dan
conveyor furnace. Oleh karena itu penelitian ini mempunyai faktor keberhasilan yang cukup tinggi. Faktor hambatan yang mungkin muncul adalah tertundanya proses karakterisasi yang dilakukan melalui pihak luar (jasa).
IV. Roapmap Hasil Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Tahun I (2011) : ‐ 1 buah prototipe sel surya polimer MDMO‐PPV/PCMB Sealant Substrat kaca Substrat kaca ITO PEDOT:PSS POLIMER Aluminium
Struktur sel surya polimer
Substrat plastik (PET)/glass
ITO PEDOT:PSS POLIMER Aluminium ITO PEDOT:PSS POLIMER Aluminium ITO PEDOT:PSS POLIMER Aluminium
Substrat Gelas/plastik dilapisiITO
Printing PEDOT:PSS Spin coating Polimer
Evaporasi Alumunium
Karakterisasi I-V Litografi ITO
(1)
Gambar 31. Prototype dengan sepasang antena Vivaldi
Pada pengujian sistem tahap kedua, kedua antena dipasang pada tempatnya. Kemudian sebuah reflektor dengan bentuk seperti ditunjukkan oleh Gambar 32 ditempatkan dan digerakkan di depan sistem radar, tanpa ada dinding di antaranya.
(2)
Gambar 32. Reflektor
Gambar 33. menunjukkan B‐Scan yang dihasilkan radar ketika reflektor ditempatkan di depan radar tanpa dinding yang memisahkan keduanya.
Gambar 33. B‐Scan, reflektor di depan radar.
(3)
Gambar 34. B‐Scan, dengan reflektor bergerak menjauhi radar
Gambar 34. menunjukkan B‐Scan yang dihasilkan radar ketika reflektor ditempatkan di depan radar kemudian digerakkan menjauh. Dapat diamati bahwa B‐ Scan menunjukkan perubahan yang berkorelasi denga gerakan reflektor. Namun, setelah melewati jarak tertentu reflektor tidak bisa lagi di amat dalam B‐Scan.
Gambar 35. B‐Scan, dengan reflektor bergerak menjauhi radar
(4)
tembok berintikan batu bata. Hasilnya ditunjukkan oleh Gambar 36. Hasil B‐Scan menunjukkan tidak ada perubahan yang berkorelasi dengan adanya/bergeraknya reflektor di balik tembok. Perubahan yang bisa kita amati adalah pengaruh gerakan orang di dalam ruangan yang sama di mana radar di tempatkan. Sinyal yang dipancarkan memiliki daya 30dBm. Dengan asumsi bahwa sinyal tersebut sudah cukup kuat, maka penerima masih belum cukup sensitif untuk menerima sinyal pantulan yang telah melewati tembok dua kali. Untuk mengatasi hal ini gain LNA perlu ditingkatkan.
Gambar 36. B‐Scan, dengan reflektor di balik dinding.
VII. KESIMPULAN
Pengembangan hardware dan software Through Wall Radar telah dilakukan. Radar menggunakan teknologi UWB FM‐CW. Perbaikan telah dilakukan pada pembangkit chirp wideband meliputi perbaikan bandwidth LPF untuk chirp narrowband dan perbaikan loop filter. Namun pembangkit chirp wideband tetap tidak mampu menghasilkan sinyal chirp dengan grafik gigi gergaji pada fungsi frekuensi terhadap waktu. Untuk mengatas
(5)
kendala ini, pembangkit chirp diprogram dengan grafik segitiga dan hanya bagian sinyal di mana frekuensi naik yang digunakan.
Hasil pengujian menunjukkan sistem radar, baik hardware maupun software, telah berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, sistem masih memiiki masalah dengan senstivitas. Sistem belum mampu mendeteksi reflektor yang ditempatkan pada jarak lebih dari jarak tertentu, meskipun radar masih mampu mendeteksi objek besar di belakang reflektor. Sistem juga belum bisa mendeteksi reflektor di balk dinding tembok. Hal ini dikarenakan gain LNA yang masih terlalu kecil. Indikasi lain dari terlalu kecilnya gain LNA adalah sinyal beat yang ditimbulkan oleh kopling antara antena pemancar dan penerima yang belum terpotong (klipped).
DAFTAR PUSTAKA
1. Daniels, D.J., Surface Penetrating Radar, IEE, London, 1996
2. Daniels, David J., Ground Penetrating Radar, 2nd Edision, IEE, London, 2004
3. Jol, Harry M., Ground Penetrating Radar Theory and Applications, Elsevier Science & Technology, 2009
4. Chia, M Y W, Leong S W, Sim C K, Chan K M‐ “Through‐Wall UWB Radar Operating Within FCC’s Mask for Sensing Heart Beat and Breathing Rate”, 2005 European Microwave Conference, Oct 4‐6, Paris, France.
5. Hamran, Svein‐Erik, et all., Gated UWB FMCW/SF Radar for Ground Penetration and Through the Wall Applications, NATO Publication
6. Kouemou, Guy, Radar Technology, ISBN 978‐953‐307‐029‐2, INTECH, Croatia, December 2009.
7. Aqsa, Patel, Signal Generation for FMCW Ultra‐Wideband Radar, Master of Science Thesis, Electrical Engineering and Computer Science, University of Kansas, 2009 8. Jang, B.‐J. et al., Wireless Bio‐Radar Sensor For Heartbeat And Respiration Detection,
(6)
9. D'Urso , M. et al., A Simple Strategy For Life Signs Detection Via An X‐Band Experimental Set‐Up, Progress In Electromagnetics Research C, Vol. 9, 119‐129, 2009
10. Boric‐Lubecke, Olga et al., Doppler Radar Architectures and Signal Processing for Heart Rate Extraction, Microwave Review, Decembar 2009
11. Yamaguchi, Yoshio et al., Human Body Detection in Wet Snowpack by an FM‐CW Radar, IEEE Transactions on Geoscience and Remote Sensing, Vol.30, No.1, January 1992
12. Purdy, Robert J. et al., Radar Signal Processing, Lincoln Laboratory Journal, Volume 12, Number 2, 2000
13. Yamaguchi, Yoshio et al., Detection of Objects Buried in Wet Snowpack by an FM‐ CW Radar, IEEE Transactions on Geoscience and Remote Sensing, Vol.29, No.2, March 1991
14. Millot, P. and Maaref, N., UWB FM‐CW Radar for Through‐The‐Wall Sensing,
15. Ferrier, Jean Marie, Comparison of Two UWB Techniques: Step Frequency and FMCW Technique,
16. Maaref, Nadia, FMCW Ultra‐Wideband Radar For Through‐The‐Wall Detection of Human Beings,
17. Harris, T. L. et al., Range‐Doppler Radar Signal Processing with Spectral Holography, 18. Hamran, Svein‐Erik et al., Gated UWB FMCW/SF Radar for Ground Penetration and
Through the Wall Applications
19. Ivashov, S.I. et al., Detection of Human Breathing and Heartbeat by Remote Radar, Progress in Electromagnetic Research Symposium 2004, Pisa, Italy, March 28 ‐ 31 20. Immoreev, I. Y. et al., Ultra‐Wideband Radar For Remote Detection And
Measurement Of Parameters Of The Moving Objects On Small Range, Ultra Wideband and Ultra Short Impulse Signals, 19‐22 September, 2004, Sevastopol, Ukraine pp. 1‐3
21. Immoreev, Igor Y., Practical Application Of Ultra‐Wideband Radars, Ultrawideband and Ultrashort Impulse Signals, 18‐22 September, 2006, Sevastopol, Ukraine