Unit Pengolahan Air Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Akrilat dengan Oksidasi Propilen dengan kapasitas 100.000 ton/tahun

= 504642,8898 kgjam ρ air 28 o C = 996,24 kgm 3 PerryGreen, 1999 Debit air = Sumber air untuk Pabrik Pembuatan Asam Akrilat dengan Oksidasi Propilen ini berasal dari Sungai Citarum, Jawa Barat. Debit air sungai 110 m 3 detik H.Barutu, 2011. Kualitas air Sungai Santan ditabulasi pada tabel 7.4 Tabel 7.4 Kualitas Air Sungai Citarum Jawa Barat No Parameter Satuan Kadar 1. Posfat PO 4 mgL 0,24 2. Nitrat NO 3 -N mgL 0,74 3. Nitrit NO 2 -N mgL 0,14 4. Sulfida H 2 S mgL 0,01 5. Raksa Hg mgL 0,37 6. Besi Fe mgL 0,21 7. Timbal Pb mgL 0,01 8. Nikel Ni mgL 0,04 9. Kadmium Cd mgL 0,005 10. Mangan Mn mgL 0,01 11. Tembaga Cu mgL 0,01 12. Kesadahan sebagai CaCO 3 mgL 43,34 13. Natrium Na mgL 35,83 14. Magnesium Mg mgL 28 15. HCO3 mgL 132 Sumber : Laporan Penelitian Bogor Agriculture University, 2008

7.3 Unit Pengolahan Air

Kebutuhan air untuk pabrik pembuatan asam akrilat diperoleh dari Sungai Citarum yang terletak di kawasan pabrik. Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di lokasi pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air water reservoir yang juga merupakan tempat pengolahan awal air sungai. Pengolahan ini meliputi penyaringan sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Selanjutnya air jam 3 5475 , 506 detik x3600 kgm 996,24 jam x1 Lm 1000 x kgjam 504642,88 3 3 m  Universitas Sumatera Utara dipompakan ke lokasi pabrik untuk diolah dan digunakan sesuai dengan keperluannya. Pengolahan air di pabrik terdiri dari beberapa tahap, yaitu : 1. Screening 2. Sedimentasi 3. Klarifikasi 4. Filtrasi

5. Demineralisasi

6. Deaerasi Degremont, 1991

1. Screening SC

Penyaringan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Pada screening, partikel partikel padat yang besar akan tersaring tanpa bantuan bahan kimia sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit pengolahan selanjutnya.

2. Sedimentasi BS

Setelah air disaring pada Screening, di dalam air tersebut masih terdapat partikel-partikel padatan kecil yang tidak tersaring pada screening. Untuk menghilangkan padatan tersebut, maka air yang sudah disaring tadi dimasukkan ke dalam bak sedimentasi untuk mengendapkan partikel-partikel padatan.

3. Klarifikasi CL

Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air dari screening dialirkan ke dalam clarifier setelah diinjeksikan koagulan yaitu larutan alum Al 2 SO 4 3 dan larutan abu Na 2 CO 3 . Larutan Al 2 SO 4 3 berfungsi sebagai koagulan utama dan larutan Na 2 CO 3 sebagai koagulan tambahan yang berfungsi sebagai bahan pembantu untuk mempercepat pengendapan dan penetralan pH. Pada bak klarifier akan terjadi proses koagulasi dan flokulasi. Tahap ini bertujuan untuk menyingkirkan padatan tersuspensi SS dan koloid Degremont, 1991. Koagulan yang biasa dipakai adalah koagulan trivalen. Reaksi hidrolisis akan terjadi menurut reaksi : M 3+ + 3H 2 O MOH 3 + 3 H Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, pH menjadi faktor yang penting dalam penyingkiran koloid. Kondisi pH yang optimum penting untuk terjadinya koagulasi dan terbentuknya flok- flok flokulasi. Dua jenis reaksi yang akan terjadi adalah Degremont, 1991 : Al 2 SO 4 3 + 6 Na 2 CO 3 + 6 H 2 O 2 AlOH 3 + 12 Na + + 6 HCO 3 - + 3 SO 4 3- 2 Al 2 SO 4 3 + 6 Na 2 CO 3 + 6 H 2 O 4 AlOH 3 + 12 Na + + 6 CO 2 + 6 SO 4 3- Reaksi koagulasi yang terjadi : Al 2 SO 4 3 + 3H 2 O + 3 Na 2 CO 3 2 AlOH 3 + 3 Na 2 SO 4 + 3 CO 2 Selain penetralan pH, soda abu juga digunakan untuk menyingkirkan kesadahan permanen menurut proses soda dingin menurut reaksi Degremont, 1991 : CaSO 4 + Na 2 CO 3 Na 2 SO 4 + CaCO 3 CaCl 4 + Na 2 CO 3 2 NaCl + CaCO 3 Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier karena gaya gravitasi, sedangkan air jernih akan keluar melimpah overflow yang selanjutnya akan masuk ke penyaring pasir sand filter untuk penyaringan. Pemakaian larutan alum umumnya 50 ppm Quipro, 2008 terhadap jumlah air yang akan diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum dan abu soda = 1 : 0,54 Crities, 2004. Total kebutuhan air = 504642,8889 kgjam Pemakaian larutan alum = 50 ppm Pemakaian larutan soda abu = 0,54  50 = 27 ppm Massa alum yang dibutuhkan = 50 10 -6  504642,8889 kgjam = 25,2321 kgjam Massa abu soda yang dibutuhkan = 27 10 -6  504642,8889 kgjam = 13,6254 kgjam

4. Filtrasi SF

Filtrasi dalam pemurnian air merupakan operasi yang sangat umum dengan tujuan menyingkirkan Suspended Solid SS, termasuk partikulat BOD dalam air Metcalf, 1984. Material yang digunakan dalam medium filtrasi dapat bermacam-macam: pasir, antrasit crushed anthracite coal, karbon aktif granular Granular Carbon Universitas Sumatera Utara Active atau GAC, karbon aktif serbuk Powdered Carbon Active atau PAC dan batu garnet. Penggunaan yang paling umum dipakai di Afrika dan Asia adalah pasir dan gravel sebagai bahan filter utama, sebab tipe lain cukup mahal Kawamura, 1991. Unit filtrasi dalam Pabrik Pembuatan Metanol dari Gas Alam menggunakan media filtrasi granular Granular Medium Filtration sebagai berikut: 1. Lapisan atas terdiri dari pasir hijau green sand. Lapisan ini bertujuan memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut bersama air. Lapisan yang digunakan setinggi 24 in 60,96 cm. 2. Untuk menghasilkan penyaringan yang efektif, perlu digunakan medium berpori misalnya atrasit atau marmer. Untuk beberapa pengolahan dua tahap atau tiga tahap pada pengolahan effluent pabrik, perlu menggunakan bahan dengan luar permukaan pori yang besar dan daya adsorpsi yang lebih besar, seperti Biolite, pozzuolana ataupun Granular Active CarbonGAC Degremont, 1991. Pada pabrik ini, digunakan antrasit setinggi 12,5 in 31,75 cm. 3. Lapisan bawah menggunakan batu kerikilgravel setinggi 7 in 17,78 cm Metcalf Eddy, 1991. Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan. Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik back washing. Dari sand filter, air dipompakan ke tangki utilitas I sebelum didistribusikan untuk berbagai kebutuhan. Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempat ibadah, serta poliklinik, dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air dengan klor untuk membunuh kuman-kuman di dalam air. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit, CaClO 2 . Khusus untuk air minum, setelah dilakukan proses klorinasi diteruskan ke penyaring air water treatment system sehingga air yang keluar merupakan air sehat dan memenuhi syarat-syarat air minum. Perhitungan kebutuhan kaporit, CaClO 2 Total kebutuhan air yang memerlukan proses klorinasi = 581,3731 kgjam Kaporit yang digunakan direncanakan mengandung klorin 70 Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air Gordon, 1968 Total kebutuhan kaporit = 2.10 -6 × 581,3731 kgjam 0,7 = 0,0017 kgjam Universitas Sumatera Utara

5. Demineralisasi

Air umpan ketel uap dan air pendingin pada reaktor harus murni dan bebas dari garam-garam terlarut. Untuk itu diperlukan proses demineralisasi. Alat demineralisasi dibagi atas:

5.1 Penukar Kation Cation Exchanger CE