BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak
Istilah lipida meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol, dan ikatan lain
sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia Almatsier, 2009. Rata- rata komposisi minyak terdiri dari 58,2 sebagai sampel jenuh, 28,6 senyawa
aromatik dan 14,2 senyawa polar. Berdasarkan klasifikasi minyak, senyawa aromatik ini adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri dari cincin yang mengandung
enam atom karbon. Hampir kebanyakan senyawa aromatik ini bermassa rendah dan jumlahnya dalam minyak sekitar 10-30 Syakti, 2005.
2.1.1 Minyak Inti Sawit
Tanaman kelapa sawit Elaeis guineensis berasal dari Afrika. Tanaman ini dapat ditanami sekitar 144 pohon per hektar. Menurut Aritonang1986, setiap pohon
dapat menghasilkan sampai enam buah tandan dengan bobot tandan berkisar 25-30 kg. Pada keadaan normal akan dihasilkan kira-kira 20 sampai 22 tandan per tahun. Setiap
tandan kelapa sawit terdapat 65-70 buah dan sisanya sekitar 30-35 adalah tandan buah kosong Hartley,1967. Tanaman semakin tua, bobot tandan buah bertambah
antara 25-35 kg per tandan Satyawibawa widyastuti,1992. Tandan buah segar TBS dengan tingkat kematangan tertentu dapat mempengaruhi banyaknya minyak
yang dapat dihasilkan. Dari satu ton TBS dapat dihasilkan minyak sawit sebanyak 0,21 ton dan inti sawit sebesar 0,05 ton.
Tanaman ini sebagai tanaman hias yang ditanam di daerah tropis termasuk kelapa sawit yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, Corozo oleifera, tetapi
lebih dikenal dengan nama Elaeis melanococca.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman tahunan parenial crop berkeping tunggal, yang digolongkan menurut jenis tumbuhan dengan tatanama taksonomi sebagai
berikut : Famili
: Palmae Subkelas
: Monocotyledonae Kelas
: Angiospermae Subdivisi
: Pterospida Divisi
: Tracheophyta Hartley,1967 Minyak inti sawit Palm Kernel Oil, PKO adalah minyak berwarna putih
kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman Elaeis guineensis
Jacq SNI 01-0003-1992, sedangkan Crude Palm Oil CPO didapatkan dari ekstraksi daging sawit. Bagian buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Kedua jenis minyak tersebut akan diolah lebih lanjut menjadi beberapa produk turunannya seperti Refined Bleached and Deodorized Palm Oil RBDPO, RBDPKO,
minyak goreng, minyak makan, margarine, shortening dan lain sebagainya.
Gambar 2.1
Bagian-bagian buah kelapa sawit FAO, 2006
Minyak inti sawit memiliki kemiripan sifat dan komposisi asam lemak dengan minyak kelapa, sehingga dalam penggunaannya dapat bersifat sebagai bahan subtitusi.
Universitas Sumatera Utara
PKO dan minyak kelapa sering digunakan oleh industri oleokimia sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk surfaktan dan emulsifier.
Pengolahan minyak dari kelapa sawit ini akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin tingginya permintaan pasar dan majunya teknologi rekayasa
pengolahan minyak. Teknologi tersebut diharapkan dapat menghasilkan produk yang dapat diaplikasikan di berbagai aspek industri pengolahan serta dapat bersaing dengan
produk minyak nabati lainnya di pasar dalam negeri maupun internasional. Minyak inti sawit mengandung berbagai komponen asam lemak. Komposisi
trigliserida yang mendominasi minyak inti sawit adalah trilaurin, yaitu trigliserida dengan tiga asam laurat sebagai ester asam lemaknya. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam laurat yang tinggi dan kisaran titik leleh yang sempit, sedangkan minyak sawit mentah hanya memiliki sedikit kandungan asam laurat dan kisaran titik
leleh yang luas. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh asam palmitat C16 sekitar 40-46, kandungan asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat C 18:1 sekitar
39-45 dan asam linoleat 7-11, sedangkan pada minyak inti sawit didominasi oleh asam laurat 46-52 , asam miristat 14-17, dan asam oleat 13-19.
Kandungan asam lemak dalam kedua jenis minyak tersebut secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit Ketaren,2005
Asam Lemak Minyak kelapa sawit
Minyak inti sawit
Asam kaprilat -
3 – 4 Asam kaproat
- 3 – 7
Asam laurat -
46 – 52 Asam miristat
1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 – 46
6,5 – 9 Asam stearat
3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45
13 – 19 Asam linoleat
7 – 11 0,5 – 2
Universitas Sumatera Utara
Kandungan asam laurat yang cukup tinggi pada minyak inti sawit menjadi salah satu kelebihan karena asam lemak ini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh.Asam
laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang middle- chained fatty acid
, MCFA yang tersusun dari 12 atom C. Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung 50 asam laurat, serta minyak inti
sawit palm kernel oil. Asam laurat memiliki titik lebur 44°C dan titik didih 225°C sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika
dipanaskan. Rumus kimia: CH
3
CH
2 10
COOH, berat molekul 200,3 g.mol
-1
. Asam- asam lemak rantai pendek memiliki kemampuan kelarutan dalam pelarut air, semakin
panjang rantai asam-asam lemak maka kelarutannya dalam air semakin berkurang. Asam kaprilat pada 30
o
C mempunyai nilai kelarutan 1, yang artinya 1 gram asam kaprilat dapat larut dalam setiap 100 g air pada suhu 30
o
C. Sedangkan asam stearat mempunyai nilai kelarutan sekitar 0,00034 pada suhu 30
o
C Ketaren, 2005. Sifat fisikokimia asam laurat banyak dimanfaatkan oleh industri yang
menghasilkan produk personal care dan farmasi, misalnya pada industri shampo. Natrium laurilsulfat adalah turunan yang paling sering dipakai dalam industri sabun
dan shampoo, sedangkan pada industri kosmetik, asam laurat ini berfungsi sebagai pengental, pelembab dan pelembut. Asam laurat atau asam lemak berantai menengah
berbeda dengan asam lemak berantai panjang yang memiliki molekul lebih besar. Sifat-sifat metabolisme asam lemak rantai menengah jauh lebih mudah dicerna dan
diserap usus dan dibawa ke hati untuk diubah menjadi energi. Itu karena asam lemak rantai menengah memiliki molekul ukuran lebih kecil sehingga cepat menghasilkan
energi untuk tubuh. Kabara, 1983; Jensen et al., 1992; Jensen, 1996; Kolezko et al., 1992.
2.1.2 Minyak Jagung