Gametogenesis Klasifikasi Senyawa Alkaloid

Rumus molekul solasodina adalah C 27 H 43 O 2 N, larut dalam alkohol, aseton dan sedikit larut dalam air serta praktis tidak larut dalam eter, larutan bebas dalam benzene, piridina dan kloroform. Komposisi glikosida yang mengandung solasodina dari tanaman solanum sp, yaitu: a. Solasonin : solasodina - galaktosa- glukosa-rhamnosa b. Solamargin : solasodina - galaktosa – rhamnosa – rhamnosa Wikipedia, diunduh Juni 2006 Menurut Soehadi dan Santa 1992, alkaloid steroid solasodin bersifat kompetitif terhadap reseptor Folicle Stimulating Hormon FSH sehingga pelepasan FSH dari hipofisis akan terganggu. Folicle Stimulating Hormon berperan sebagai mediator untuk mengikat androgen dalam spermatogenesis. Jika FSH terganggu maka spermatogenesis menjadi terhambat Ghufron dan Herwiyanti, 1995 dan menurunkan kualitas spermatozoa yang dihasilkan Kaspul, 2001. Kualitas spermatozoa yang dihasilkan akan menentukan fertilitas pria. Jika kualitas spermatozoa menurun maka fertilitasnya juga akan menurun. Penurunan fertilitas ini menunjang pemanfaatan Terung sebagai bahan antifertilitas, namun diharapkan penggunaan ekstrak Solasodin ini tidak akan menurunkan produksi testosteron agar tidak menurunkan libido. Jika libido menurun maka tidak akan ada akseptor yang mau menggunakan antifertilitas tersebut.

2.7 Gametogenesis

Merupakan peristiwa pembentukan sel gamet, baik gamet jantansel spermatozoa spermatogenesis dan juga gamet betinasel ovum. a. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sel spermatozoa. Dibentuk di dalam tubula seminiferus. Dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu : 1. Hormon FSH Follicle Stimulating Hormone yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung. Serta merangsang sel Universitas Sumatera Utara sertoli untuk meghasilkan ABP Androgen Binding Protein untuk memacu spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis. 2. Hormon LH Latenizing Hormone yang berfungsi merangsang sel Leydig untuk memperoleh sekresi testosterone yaitu suatu hormon sex yang penting untuk perkembangan sperma. Berlangsung selama 74 hari sampai terbentuknya sperma yang fungsional. Sperma ini dapat dihasilkan sepanjang usia. Sehingga tidak ada batasan waktu, kecuali bila terjadi suatu kelainan yang menghambat penghasilan sperma pada pria. b. Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum. Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu : 1. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum. 2. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormon LH. 3. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi yaitu proses pematangan sel ovum. 4. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH Selama 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang mengalami peristiwa ovulasi. Selama hidupnya seorang wanita hanya dapat menghasilkan 400 buah sel ovum setelah masa menopause yaitu berhentinya seorang wanita untuk menghasilkan sel ovum yang matang Karena sudah tidak dihasilkannya hormon, sehingga berhentinya siklus menstruasi sekitra usia 45-50 tahun. Universitas Sumatera Utara Baganskema spermatogenesis Sel spermatogonium 2n Mitosis Spermatosit primer Meiosis I Spermatosit sekunder Spermatosit sekunder Meiosis II Spermatid Spermatid Spermatid Spermatid Sperma n Sperma n Sperma n Sperma n Baganskema Oogenesis Sel oogonium 2n Mitosis Oosit primer 2n Meiosis I Badan kutub primer Oosit sekunder 2n Meiosis II Badan kutub sekunder Badan kutub sekunder Badan kutub sekunder Ootid OVUM Universitas Sumatera Utara Setelah ovulasi maka sel ovum akan mengalami 2 kemungkinan yaitu : a. Tidak terjadi fertilisasi maka sel ovum akan mengalami menstruasi yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Terjadi secara periodiksiklus. Mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu : 1. Fase Menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakbiatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progresteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidaka ada. 2. Fase Proliferasifase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogern yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. 3. Fase Ovulasifase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel aka mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah. 4. Fase pasca ovulasifase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti Universitas Sumatera Utara sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase pendarahanmenstruasi. b. Terjadi fertilisasi yaitu peleburan antara sel sperma dengan sel ovum yang telah matang dan menghasilkan zygote. Zygote akan menempelimplantasi pada dinding uterus dan tumbuh berkembang menjadi embrio dan janin. Keadaan demikian disebut dengan masa kehamilangestasinidasi. Janin akan keluar dari uterus setelah berusia 40 minggu288 hari9 bulan 10 hari. Peristiwa ini disebut dengan kelahiran. Mendel mempelajari perilaku kromosom sebagai pembawa bahan hereditas ini. Menurut Mendel, organisme membawa dua unit hereditas bagi setiap sifat keturunan. Selanjutnya teori Mendel sesuai juga dengan kenyataan, bahwa induk menurunkan hanya separoh kromosom melalui sel kelamin. Hereditas berarti penurunan sifat–sifat genetik dari orang tua kepada anaknya. Gen adalah pembawa sifat Mendel menyebutnya ‘faktor’. Alel adalah ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing- masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebut fenotipe. Hukum Segregasi Hukum Mendel I : Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing‐masing gamet yang terbentuk. Hukum Pemilihan Bebas Hukum Mendel II : Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet‐gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen‐ gen secara bebas. Anonimous, diunduh April 2008 Universitas Sumatera Utara Tahapan waktu dalam fertilisasi : 1. Beberapa jam setelah fertilisasi zygote akan membelah secara mitosis menjadi 2 sel, 4, 8, 16 sel. 2. Pada hari ke-3 atau ke-4 terbentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula akan berkembang menjadi blastula. Rongga balstosoel berisi cairan dari tuba fallopi dan membentuk blastosit. Lapisan dalam balstosit membentuk inner cell mass. Blastosit dilapisi oleh throhpoblast lapisan terluar blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuniplasentaari-ari. Blastosit akan bergerak menuju uterus dengan waktu 3-4 hari. 3. Pada hari ke-6 setelah fertilisasi throphoblast akan menempel pada dinding uterusproses implantasi dan akan mengeluarkan hormon HCG hormone Chorionik gonadotrophin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan menstimulasi produksi hormon progesteron dan estrogen sehingga mencegah menstruasi. 4. Pada hari ke-12 setelah fertilisasi embrio telah kuat menempel pada dinding uterus. 5. Dilanjutkan dengan fase gastrula, yaitu hari ke-21 palsenta akan terus berkembang dari throphoblast. Mulai terbentuk 3 lapisan dinding embrio. Lapisan dinding embrio inilah yang akan berdiferensisai menjadi organ-organ tubuh. Organ tubuh aka berkembang semakin sempurna seiring bertambahnya usia kandungan.

2.8 Hormon yang Berperanan dalam Kehamilan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Penambahan Sari Buah Terung Belanda (Solanum Betaceum) Hasil Sambung Pucuk Dengan Lancing (Solanum Mauritianum) Pada Pembuatan Nata De Coco Dengan Menggunakan Acetobacter Xylinum

4 98 89

Studi Analisa Kadar Vitamin C Dan Kadar Beta Karoten Dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk Antara Tanaman Terung Belanda (Solanum Betaceaum CAV.) Dengan Tanaman Lancing (Solanum Mauritianum)

20 127 62

Aktivitas Enzim Peroksidase Dan Polifenol Oksidase Pada Kalus Terung Belanda (Solanum Betaceum Cav.) Setelah Diinduksi Kolkisin

4 46 80

Analisis Karbohidrat Produk Biosintesis pada Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk Antara Terung Belanda (Chiphomandra betaceae) dengan Rimbang (Solanum torvum swartz)

4 83 92

Ketahanan Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum Cav) Setelah Diinduksi Dengan Sinar Uv Terhadap Colletotrichum sp.

2 47 65

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Variasi Penambahan Sari Buah Terung Belanda (Solanum Betaceum) Hasil Sambung Pucuk Dengan Lancing (Solanum Mauritianum) Pada Pembuatan Nata De Coco Dengan Menggunakan Acetobacter Xylinum

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh Variasi Penambahan Sari Buah Terung Belanda (Solanum Betaceum) Hasil Sambung Pucuk Dengan Lancing (Solanum Mauritianum) Pada Pembuatan Nata De Coco Dengan Menggunakan Acetobacter Xylinum

0 0 7

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN SARI BUAH TERUNG BELANDA (Solanum betaceum) HASIL SAMBUNG PUCUK DENGAN LANCING (Solanum mauritianum) PADA PEMBUATAN NATA DE COCO DENGAN MENGGUNAKAN

0 1 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceaum Cav.) - Studi Analisa Kadar Vitamin C Dan Kadar Beta Karoten Dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk Antara Tanaman Terung Belanda (Solanum Betaceaum CAV.) Dengan Tanaman Lancing (S

0 0 20

STUDI ANALISA KADAR VITAMIN C DAN KADAR BETA KAROTEN DARI BUAH TERUNG BELANDA HASIL SAMBUNG PUCUK ANTARA TANAMAN TERUNG BELANDA (Solanum betaceaum Cav.) DENGAN TANAMAN LANCING (Solanum mauritianum) SKRIPSI IRMA SAFITRI

0 0 13